Terlalu beresiko.

1344 Kata
The Evil Symphony                   Lucas tengah berlatih dengan Biolanya, karena sebuah kelalaian. Ia harus menunda konsernya. Yang harusnya di lakukan bulan lalu, kini baru bisa di lakukan bulan ini. Fokusnya yang tak bisa terpecah untuk saat ini. Konsernya atau, Nortwest Corporation. Berlatih bukan lagi menjadi hal utamanya. Tapi mencari siapa musuhnya yang lihai menyembunyikan diri dan menyerang dalam diam. Itulah PR terbesar Lucas.                   “Mau ikut bermain ... ? “ tanya Lucas saat Rachel mengintip di balik pintu. Mata teduh dengan warna kayu hangat milih Rachel membuat Lucas teralih dari Biolanya.                   “Apa kamu percaya keajaiban ... ? “ tanya Rachel dengan tiba tiba. Matanya mengerjap penuh binar.                   “Musik juga keajaiban, keajaiban apa yang kamu maksud ... ? “ tanya Lucas dengan mata yang tak teralih dari Rachel. Mengusap rambut Rachel dengan perlahan. Memberikan rasa nyaman satu sama lain.                   “Apa yang akan kamu berikan padaku, kalau aku tunjukan satu keajaiban padamu ... ? “ tanya Rachel menantang Lucas. laki laki itu terkekeh, Rachel yang dulu takut takut dan gugup dengannya. Sekarang sudah berubah menjadi sosok pembangkang yang sangat imut di mata Lucas.                   “Satu pelukan .. “ tutur Lucas terkekeh tanpa tau keajaiban apa yang Rachel maksud.                   “Itu terlalu kecil nilainya, aku mau yang sangat istimewa ... “                 “Kamu jadi tamak belakangan ini Rachel ... “ Lucas lagi lagi terkekeh. Tapi Rachel tidak, ia beralih dan pergi meniggalkan Lucas. “ Mau kemana ... ? “ tanya Lucas menyelidik. Gelagat Rachel aneh akhir akhir ini.                   “ Menunjukanmu buktinya, jadi kalau kamu mengingkari janji. Aku bisa menodongmu dengan bukti yang ada .. “ ucap Rachel dengan suara yang sudah menghilangi di lorong lorong. Lucas menunggu Rachel menghampirinya dengan bukti yang di maksudnya. Lucas menunggu dengan tak sabaran, sudah terlalu lama Rachel meniggalkannya. Tapi perempuan itu tak kembali lagi menemunya sampai sekarang. Ia menjadi penasaran dan ingin mengintip apa yang sedang di lakukan Rachel sekarang ini.                   Lucas menelusuri lorong apartemennya, mencari cari di mana sosok Rachel. Lucas terus berjalan sampai ke kamarnya, ia membuka pintu pelan pelan. Tapi tak ada sosok Rachel di sana. Sampai ia melihat pintu kamar mandi yang setengah tertutup. Senyuman jahil muncul. Lucas ingin mempermainkan Rachel dan menjahili perempuan itu.                   Ia mendekati pintu kamar mandi dan semua rencananya untuk menjahili Rachel tertimbun rapat rapat. Tubuh Rachel terkapar di lantai kamar mandi.                   “Rachel ... ? “ Lucas mencoba membangunkan Rachel. Tapi naas, tak ada jawban. Rachel pingsan tanpa alasan. Tapi Rachel terlihat baik baik saja, bibirnya tak pucat. Tak seperti orang pingsan yang kebanyakan karena dehidrasi.                   “Damian .. ? Cepat kemari! Rachel pingsan ..!! “ seru Lucas tanpa basa basi. Ia tak menunggu jawaban Damian. Lucas langsung mematikan ponselnya dan menggotong tubuh Rachel ke kamar. Membaringkan tubuh Rachel, menapaki setiap tubuh Rachel, mencoba menerka nerka apakah Rachel terluka.   *** 000 ***                   “Dia hamil .. “ tutur Damian tanpa keraguan. Keraguan itu justru muncul di ekspresi Lucas.                   “Tidak mungkin! “ bantah Lucas sekuat tenaga. Ia tak tau kenapa mungkin.                   “Itu mungkin saja, kamu suaminya .. “ jawab Damian dengan santai. Ia justru tak habis pikir, kenapa Lucas mengelak dengan fakta bahagia yang ia katakan barusan.                                “Dion bilang, Rachel akan kesulitan untuk hamil. Bahkan peluang hamilnya kecil .. “ tutur Lucas dengan masih tak percaya. Matanya melihat Rachel dengan tak pecaya. Rachel hamil! Batin Lucas. Damian mentap Lucas dengan tatapan tak habis pikir. Lucas yang melihat itu semakin merasa terpojok dan tak terima menjadi pihak yang di salahkan.                   “Dia tertembak di perutnya, rahimnya terluka. Dion bilang, sulit baginya untuk bisa mengandung... dan sekarang, ucapan Dion tak terbukti, tapi Rachel tiba tiba pingsan. Perempuan hamil harusnya muntah, morning sickness, bukan pingsan Damian ... “ tutur Lucas dengan ekspresi khawatir berlebihan.                   Damian mencerna penjelasan Lucas dengan tenang, sebagai dokter. Ia di haruskan mengambil keputusan dengan kepala dingin tanpa emosi. Objektif dan terarah. “Dia masih muda, itu yang membuat peluang kehamilannya meningkat .. “ ungkap Damian dengan nada yang sangat tenang, sarat dengan profesionalisme.                   “Tapi bukan berarti tanpa resiko, yang Dion bilang memang sangat mungkin. Tapi dia hamil, kemungkinannya. Bayinya takaan bertahan, dua duanya bertahan—“ Damian menghentikan kalimatnya, tak sanggup melanjutkan.                   “Atau salah satu yang akan bertahan ... “ ungkap Lucas dengan suara dingin. Auranya berubah drastis seketika. Tatapan matanya tak berhenti tertuju ke arah perut Rachel.                   “Seharusnya aku diam diam melakukan Vasektomi ... “ bisik Lucas dengan nada penuh penyesalan. Matanya terlih ke arah Damian.                   “Dunia sudah modern Lucas, kamu bisa cari ke seluruh penjuru dunia dengan koneksimu. Mencoba merawat Rachel dan bayinya agar keduanya tetap ada, selamat. “                   “Berapa kemungkinanya .. ? “ tanya Lucas. Ia tak terpengaruh dengan sugesti Damian. Sugesti hanya memberikan pengharapan. Lucas hanya percaya pada peluang nyata.                 “Lima puluh lima puluh .. “ Damian tak bisa berbohong.                 “Aku tak mau mengambil resiko, semuanya terlalu beresiko .... “ Lucas terenyuh sejenak, ia teringat bayi Damian dengan Natasya. Ini pasti karma buruk karena membuat bayi itu tak di anggap anak oleh Damian.                   “Intinya, jangan berprasangkan buruk dulu Lucas. Kamu bukan penentunya. Tuhan yang berkuasa, aku pamit dulu ... “ ucap Damian sambil berlalu.  Meniggalkan Lucas yang tengah terduduk di samping Rachel. Matanya lesu dan frustasi. Ada di ambang pilihan yang sulit.                   Mata Rachel mengerjap ngerjap merasakan sorotan cahaya menelusuk ke bola matanya, ada sosok Lucas di sampingnya, membuat ingatan samarnya terputar kembali sebelum ia tiba tiba pingsan. Ia hendak memperlihatkan alat tes kehamilan.                   “Lucas ... ? “ panggil Rachel, laki laki itu langsung beralih dan melihat Rachel yang sudah tersadar. Wajahnya lesu dan frustasi.                   “Kamu kenapa .. ? “ Rachel masih tak bisa mengerti. Apa yang mengganggu Lucas di dalam kepalanya itu.                   “Kamu hamil Rachel ... “ ungkap Lucas dengan nada tak suka. Seketika membuat hati Rachel sakit bukan main. Seakan, kehamilan yang ia maksud sebagai keajaiban pada Lucas beberapa saat yang lalu. Bukanlah keajaiban yang Lucas mau.                   “Kamu sudah tau .. ? “ tanya Rachel dengan meneguk ludahnya, “Aku baru mau mengatakannya padamu, syukurlah .. “ ucap Rachel, mencoba berpikir positif pada apapun yang tengah Lucas khawatirkan.                   “Jangan pertahankan anak itu Rachel ... “                 Nafas Rachel tercekat dengan perkataan spontan Lucas yang benar benar menyakitinya itu. “ Di-- a anakmu .. “ ucap Rachel dengan terbata bata.                   “Dia ada karenamu, bukan begitu caranya Lucas .. “                 Lucas putus asa saat melihat kepedihan di mata Rachel. Saat menjadi ibu, kamu punya sisi yang tak terungkap. Sisi melindungi yang sangat tinggi.                   “Anak it-- u, membahayakanmu Rachel ... “                 “Anak ini adalah keajaiban, kamu menganggapnya sebagai ancaman .... ? “ ujar Rachel dengan nada meniggi, “ Katamu, kemungkinan aku akan mandul. Tapi Tuhan berikan anak ini kepada kita, dia bukan anacaman Lucas. dia berkah untuk kita ... “                   “Dia bisa membunuhmu .. “ Lucas berhenti. “Kamu tiba tiba pingsan karena mengandung anak itu di dalam rahimmu .. “ semakin Rachel mendengar kata kata Lucas, semakin sakit dan sesak di buatnya. Ia tak percaya. Sudut pandanngya dengan Lucas tentang berkah di karunia anak. Sangatlah bertolak belakang.                   “Ku mohon, jangan pertahankan anak ini .. “ pinta Lucas dengan putus asa.                   “Anak kita Lucas!! “ Rachel dengan histeris menutupi perutnya dengan kedua tangannya. Seolah melindungi jabang bayinya dari bahaya, “ Kamu membuat aku menjadi pembunuh anakku sendiri .. ? Jadi bermimpilah .. “ ujar Rachel dengan tekad bulat.                 Lucas hanya menatap Rachel dengan tatapan buntu. Penolakan Rachel yang sangat kentara itu membuatnya tak bisa berpikir. Yang bisa di lakukannya sekarang, hanyalah mengalah.                 “Tidurlah dan istirahat ... “                 Ucap Lucas sembari meniggalkan Rachel di kamar, ia keluar tanpa suara dan tanpa memalingkan wajah pada Rachel. Rachel menatap punggun itu tak percaya, “Itu Ayahmu, jangan marah padanya. Mama yang akan melindungimu, kamu berada di perut Mama, bukan perut Ayahmu. Tapi dia yang merasa keberatan .. “ bisik Rachel pada dirinya sendiri, berharap bayinya yang bahkan belum berdetak itu bisa mengerti dan memaafkan tingkah Lucas barusan.                 Lucas bergerak frustasi, berada di ruangan yang sama dengan Rachel membuatnya takut kehilangan kendali, kendali otaknya juga kendali mulutnya. Ia pernah menyakiti Rachel. Jangan sampai ada yang kedua kali.  Tak boleh. Ia terus berjalan mondar mandir tak karuan, jalan keluarnya tak ia temukan. Hanya bisa di pastikan.                 “Anak itu harus hilang atau tetap ada .. “ ucap Lucas getir. Ini pertama kalinya ia mendengar ada individu yang ia sebut anak kandung. Sedang bertumbuh di perut Rachel. Ayah yang seharusnya secara alami melindungi anak anaknya. Tapi Lucas justru dilema, ia tak bisa mempertahankan keduanya. Terlalu beresiko untuk kehilangan keduanya.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN