Alesya berlari menghampiri aku hampir anak itu terjatuh akibat kesandung sama batu, aku masih memeluk papa.
"Mbak Andin.., mbak Andin..!"
"Lho kenapa Paa, mbak Andin nangis, Papa jahilin mbak Andin ya ?" tiba-tiba suaranya meninggi dan sambil melotot tajam matanya ke arah Papa.
Aku mendongak, menghapus sisa air mataku dipipi dan tersenyum ke arahnya, Anak ini ternyata sesayang itu sama aku sebagai kakaknya padahal aku sering jutek sama dia karena mood ku lagi nggak bagus.
"Eeh siapa yang ngajarin ninggiin suara sama orang tua."
"Astaghfirullah, maaf Papa." Alesya ikut memeluk papa.
Aku pun ikut memeluk papa ku kembali dia adalah cinta pertama ku yang selalu ada buat aku, Aku menghapus air mata ku yang kembali tiba-tiba menetes lagi.
"Lho kok pada peluk-pelukkan sih nggak ajak mama nih."
Tiba-tiba mama duduk di sampingku. dia mengelus kepala ku dan aku masih dalam pelukan papa.
Aku membentengi tembok begitu tinggi selama ini agar mama citra tidak bisa masuk kedalamnya ternyata aku sangat egois, aku sudah menjadi anak yang tidak tahu terimakasih yang sudah merawat ku sejak di tinggal kan oleh mama kandung sendiri memilih berpisah dari papa.
Aku begitu takut kepada orang baru masuk di kehidupan ku. Kalian juga pernah mendengar dongeng kan, seperti dongeng bawang merah dan bawang putih.
Ibu bawang merah membenci anak tirinya yaitu bawang putih. Aku ternyata sudah terhanyut didalam cerita dongeng masa kecil tersebut. Sepertinya aku akan perlahan-lahan sedikit demi sedikit akan merobohkan tembok yang aku bangun sendiri ini.
Aku menoleh ke arah Mama Citra.
"Maa maafin Andin ya Ma !" aku memeluk mama citra dan kembali menangis lagi dipeluk kan Mama Citra. Aku tidak bisa mengungkapkan dengan kata-kata, Mama Citra pun ikut menangis juga. Aku mengurai pelukanku, Mama mengusap air mata ku dan mencium keningku.
"Andin jangan pernah merasa sendiri ya nak, Mama sayang sama Andin, Mama tidak akan membedakan kalian berdua walaupun Andin tidak lahir di rahim Mama tapi cinta mama tulus untuk Andin."
Mama memberikan jeda ucapannya agar aku meresapi kata-katanya tersebut.
"Mama akan selalu sayang sama Andin kita mulai dari awal lagi ya nak, kalian bisa berbagi kebahagiaan sama Mama begitu juga berbagi kesedihan sama Mama, Jangan khawatir cinta tulus ini selalu ada untuk kalian ."
Dia mengambil satu tangan ku kemudian dia menggenggamnya.
"Mama selalu ada untuk Andin dan juga Alesya jangan merasa kekurangan apapun, Andin punya segalanya di dalam keluarga ini terutama cinta dan kasih sayang keluarga kita ini semua milik Andin jangan khawatir Mama akan melindungi Andin "
Aku memeluk mama citra sekali lagi. "Terima kasih ya Maa.. sudah tulus menerima Andin di kehidupan Mama, Maafkan Andin ya Ma udah bikin Mama khawatir dengan sikap Andin yang masih memberikan jarak untuk Mama aku harap Mama mengerti ya Ma kenapa Andin seperti ini."
"Hm, Andin anak yang baik Mama paham tentang khawatiran Andin tersebut, tidak mudah di posisi Andin tapi jangan sedih sendiri lagi ya nak kamu sekarang punya Mama ini yang selalu ada untuk Andin."
Aku mengangguk, "Sekali lagi terima kasih Ma."
"Iya sayang, Mas terima kasih sudah membawa anak-anak ku kembali ke sisi aku lagi Mas." Mama mengusap lembut punggungku.
"Iya sayang," Papa tersenyum ke arah mama, kami berempat kembali berpelukan bersama.
Alesya mengurai pelukannya dan menatap kami secara bergantian.
"Lho kok pada nangis semua sih ?"
Kami kembali tertawa bersama.
Ternyata benar harta yang paling berharga itu adalah cinta tulus dari keluarga kita sendiri. Disaat orang lain memilih menjauh dari mu keluarga mu selalu mengulurkan tangan dan menawarkan kebahagiaan disana.
Terimakasih untuk kebahagiaan hari ini.