bc

Benih Rahasia Bosku

book_age18+
157
IKUTI
3.4K
BACA
contract marriage
family
HE
age gap
forced
arranged marriage
badboy
heir/heiress
bxg
office/work place
lies
affair
assistant
like
intro-logo
Uraian

[TOLONG BACA BERURUTAN SUPAYA TIDAK MERUSAK GRAFIK!]

Gressida Nadia Ayu Purwaninata menggadaikan rahimnya kepada sulung Adhiyaksa demi melunasi hutang puluhan milyar. Benar-benar gila dan cari mati! Bukan hanya itu saja, mereka terlibat pernikahan kontrak sampai bayi itu lahir. Setelah bisnis keluarganya bangkrut demi pengobatan ibunya yang kini sudah berpulang, duka Gressida tidak berhenti sampai di situ saja. Ayahnya mengidap depresi karena ditinggalkan oleh orang terkasih plusnya berhutang puluhan milyar pada bank. Gressida terpaksa menggadaikan rahimnya kepada atasannya demi menyelamatkan sang ayah dari hukuman penjara dikarenakan tidak bisa bayar utang. Aset keluarga mereka sudah habis tak bersisa, hidup di kontrakan kecil dengan makan seadanya. Jika mendapat jalan keluar dengan mengandung seorang bayi mampu mengubah kemalangannya maka, kesempatan yang tidak bisa Gressida tolak asalkan hidupnya bebas dari teror.Termasuk saat bosnya meminta merahasiakan hubungan mereka, membuat Gressida mengalami masalah besar dengan tudingan PEREMPUAN HAMIL TANPA SUAMI Gressida tidak punya pilihan selain mengiyakan demi terlepas dari utang-utang.

chap-preview
Pratinjau gratis
Bab 1. Penawaran Pernikahan
“Permisi, Bapak memanggil saya?” tanya seorang perempuan dengan posisi menahan dahan pintu. Sekertaris baru yang bertahan selama enam bulan di saat banyaknya pekerja yang memilih mundur. “Masuk! Gressida, tolong kunci pintunya.” Balasan masuk tidak lama kemudian. Awalanya perempuan itu terdiam mengerjab kaget, tapi dehaman bosnya membuatnya buru-buru mematuhi perintahnya. “Ada yang datang sewaktu saya keluar, ‘kan?” Gressida mengerjap tersadar lupa melaporkan tugasnya. “Maaf saya lupa laporan, Pak. Untuk bunganya baru mau saya kirim kira-kira dikirim ke alamat mana, Pak?” tanya perempuan itu sesopan mungkin. Dia menunggu dengan sabar karena bosnya sedang sibuk berselancar pada iPad. Tak tahukan kakinya berusaha untuk berdiri tegak, berusaha tidak membuat pola abstrak di lantai. “Ralat kartu ucapannya. Kamu jangan aneh-aneh lagi, Gressi! Saya tahu adanya pertemuan karena ulahmu.” Disindir terang-terangan di depan mata jelas membuat perempuan berusia awal 20-an menjadi kikuk. Sepertinya kerjaan dia selama ini ketahuan padahal ini kan bukan atas inisiatif, melainkan amanat tegas dari nyonya besar. “Itu ….” “Sebenarnya kamu bekerja kepada saya atau nenek saya, Gressi?” tanyanya tajam terdengar sarat akan ancaman. Lalu tatapan mengintimidasi memindai tubuh Gressida membuat perempuan itu merinding. Apakah kiranya langsung dipecat atau mendapat peringatan saja? Barangkali alasan bosnya memanggil setelah baru tiba di kantor karena masalah kecil ini? Gressida meringis di dalam hati menelan kasar salivanya. “Masalah kecil bagi gue jelas masalah besar buat dia, Gressi,” batinnya lalu mengumbar senyum kikuk. Kedua tangannya bertaut di bawah perut. “Maaf, Pak. Saya tidak bisa menolak permintaan nyonya besar,” akunya membela diri bahkan tak segan memanggilnya berdasarkan kasta tertinggi dalam silsilah keluarga. Hampir semua karyawan memanggilnya nyonya besar atau orang nomor satu dari klan Adhiyaksa. “Mata duitan,” cibir pria itu lalu mendorong iPad ke depan. “Silakan duduk!” “Ya, Pak?” “Anak muda seperti kamu tuli?” tanyanya dengan sarkas. Gressida selaku kacung mendengus kecil. Seumur-umur baru pertama kali dipersilakan duduk bahkan saat interview langsung pun berdiri selama dua jam. Namun, apa pun itu Gressida bersyukur karena saat ini kakinya nyaris kesemutan. Sebelum Gressida menjangkau benda di depannya—pria yang terlihat arogan dengan aura tegas bukan kaleng-kaleng—menyodorkan sebuah map warna biru dengan cara dilempar pelan. “Buka!” Gressida mengerjap kaget lalu mengangguk. Di benaknya menduga barangkali perintah dinas ke luar kota seperti biasa. Namun, tubuhnya membeku pada lembar pertama yang dia buka. Nominal, nama pemegang, dan status sebagai buronan. Benar! Buronan. Kepalanya mendongak menodong jawaban dari pria di depannya akan tetapi, sikap acuhnya membuat Gressida merasa perlu terburu-buru membalik lembar demi lembar. Gressida tahu siapa sosok Raden Isaac Rush Adhiyaksa. Cucu Adhiyaksa yang memiliki power tak mungkin susah mencari identitas orang, meskipun Gressida sudah menyingkat nama dan melakukan penyamaran. Matanya berkaca-kaca karena masalah yang sengaja disembunyikan dengan mudahnya dikorek oleh orang asing, apalagi orang itu adalah sumber penghasilannya. “Saya bisa melunasi utang-utang ayahmu, tapi dengan syarat.” Suara Isaac mendengung di gendang telinganya. Seharusnya dia tidak bermain-main dengan orang kaya karena balas dendamnya sekalian. “Saya juga bisa memberikan fasilitas pengobatan terbaik untuk pak Seno Adjie Purwaninata. Kamu hanya perlu melakukan satu hal.” Suara pria itu kembali menyadarkan Gressida. Haruskan dia menerima? Pertolongan tidak datang dua kali; begitulah pikirnya. Namun, bisakah menaruh kepercayaan pada Isaac? “Kamu—” “Apa yang harus saya lakukan? Apakah dengan mengabdi pada Adhiyaksa seumur hidup, Pak?” Isaac tercengang lalu terkekeh. Dia berdiri memasukkan kedua tangannya ke saku celana; cool dan berkharisma. Pantas saja wara-wiri perempuan karir mengantri untuk dijadikan istrinya. “Baca,” katanya tahu-tahu berbisik di belakang tubuh Gressida. Tubuhnya yang merendah membuat perempuan itu gugup. Gerakan mengambil iPad terlihat bergetar sehingga Isaac yang turun tangan langsung. Demi apa pun Gressida belum pernah sedekat ini dengan seorang pria, pria yang tergolong dekat hanyalah ayahnya saja. Hidupnya sibuk mengurus kehancuran keluarga termasuk utang-utang yang sampai mati pun tak akan sanggup dia lunasi. Dan kini dipepet agresif oleh bosnya sukses membuat Gressida meremang. Issac menarik dirinya saat melihat reaksi kurang nyaman sekertarisnya. Pria itu kembali duduk di kursi kebesarannya—menunggu dengan sabar jawaban dari bawahannya itu. Poin yang membuat perempuan itu kaget bukan main. Kepalanya mendongak menatap Isaac dan iPad secara bergantian. “Kalau saya berubah pikiran untuk mundur saat ini juga apakah saya akan dapat konsekuensi, Pak?” “Secara dari penawaran saya tidak ada konsekuensi, tapi dari segi pekerjaan kamu yang berani menerima suap … kamu paham apa maksud saya,” jawabnya tegas. “Walaupun di luar kerjaan kantor? Bukankah Pak Isaac menyuruh saya di luar job desk kantor dan saya melakukannya tanpa melanggar aturan job desk kantor juga,” jelas Gressida berusaha menerangkan sedetail mungkin. Mana sudi membayar denda karena menerima suap dari nyonya besar. “Perlu kamu tahu, saya bisa melakukan apa pun yang saya kehendaki.” Gressida menatap takut. Wajahnya pucat dan ingin muntah mendadak, perutnya benar-benar bergejolak, mungkin jika dia masih berdiri barangkali sudah pingsan. Tatapan permohonan Gressida benar-benar menarik perhatian Isaac, pria itu suka melihat lawannya tertindas. “Kamu hanya perlu menikah dan melahirkan keturunan. Sisanya biar saya yang mengurusnya, Gressi. Tugasmu hanya berperan sebagai istri di luar ataupun di dalam. Lebih dari itu keuntungan ini membuat hidupmu mudah. Pikirkan baik-baik.” “Ada ketentuan lain, Pak?” tanya Gressida sigap. Penawaran dari bosnya menguntungkan dia akan tetapi, sekali lagi tidak boleh tergiur tanpa kejelasan. Sialnya bukan jawaban yang diberikan pria itu, melainkan sodoran map baru yang berbeda warna. Alis Gressida terangkat naik menatap map dan bosnya secara bergantian. Tidak mendapat jawaban alhasil dia pun buka map tersebut. Salinan pernjanjian pra nikah, benefit, dan syarat ketentuan. Gila! Isaac sudah gila akan tetapi, Gressida lebih gila karena jarinya menari di atas kertas. Goresan pena atas namanya menjadi bukti bahwa perempuan berusia 24 tahun memang sudah gila. Demi membayar utang sampai rela rahimnya digadaikan. Oh bukan, dia bukan sedang menggadaikan karena rahimnya tak lagi utuh, melainkan menjual rahim dengan nominal 10 milyar! Gressida menatap goresan pena di kertas putih dengan tatapan nanar. Dia setuju, demi ayahnya kendati merusak masa depannya sendiri. "Bagus! Saya yakin penawaran ini sulit ditolak." "Bapak menginginkan hubungan ini disembunyikan termasuk jika saya hamil tidak boleh membeberkan siapa ayahnya." "Kamu akan tahu nanti. Untuk saat ini lakukan sesuai arahan saya. Silakan kembali ke mejamu. Hari ini juga kita bertemu eyang saya."

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

TERNODA

read
198.6K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.2K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.7K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.5K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.7K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
56.0K
bc

My Secret Little Wife

read
132.0K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook