Kalau lagi di rumah, malam-malam begini enaknya sih bikin Indomie 4 bungkus terus dimakan ramai-ramai sekeluarga, jangan lupa pakai saos tomat yang meskipun kata orang terbuat dari cabai dan tomat busuk tetap saja kalau dicampur ke Indomie rasanya tak terkalahkan dan tetap ada enaknya. Kasa jadi kangen dengan rumah. Dia kangen masa-masa di mana dia dan keluarganya nge-Indomie bareng sambil nonton pertandingan sepak bola di televisi. Maka dari itu, Kasa berniat buat beli Indomie di warung sebelah. Yah, meskipun rasanya tidak akan sepersis seperti di rumah setidaknya Kasa sudah bisa mengobati rasa rindunya. Tadinya sih dia mau mengajak Kisa sekalian, tapi cewek itu malah pergi entah ke mana. Lanjut mengajak Saka, katanya dia mau nyalin PR ke rumahnya Danis. Ya sudah, jadilah Kasa pergi sendirian saja.
Malam itu awan tampak mendung namun berhasil membuat udara terasa gerah. Sepertinya pertanda akan turun hujan.
Setelah berjalan selama beberapa menit, akhirnya Kasa sampai di tempat tujuan. Namun, cewek itu tiba-tiba tercekat ketika melihat sesuatu yang mengganggu pemandangan malam itu. Entah kebetulan atau sengaja, rupanya di sana ada Badrol juga. Kayaknya sih lagi ngebakso. Tapi yang bikin Kasa bertanya-tanya bukan cuma itu, Badrol tidak sendirian di sana. Melainkan dia lagi duduk satu meja sama seorang cewek. Setelah ditelisik rupanya dia adalah Kirana, teman sekelas Kasa maupun Badrol. Mereka tak segan saling melempar canda tawa, kayaknya sih seru banget sampai terasa dunia cuma milik mereka berdua.
Melihat Badrol dan Kirana di sana, Kasa jadi pengin putar balik atau lebih baik mencari warung lain yang bersuasana lebih nyaman. Soalnya warung yang ditempati Badrol tuh entah kenapa suasananya bikin hareudang panas. Kasa hendak berbalik namun bisa-bisanya Badrol malah berseru padanya.
"Kasa!"
Sial, dia ketahuan.
Kasa menoleh. Badrol melambaikan tangannya sok akrab pada Kasa menyuruhnya buat menghampiri. Terpaksa deh Kasa menurut. Kirana dan Badrol duduk berhadapan, sementara Kasa memilih duduk di samping Kirana.
"Lo ke sini mau beli bakso juga?" Tanya Badrol pada Kasa.
"Beli nuklir." Jawab Kasa sedikit sewot. Gimana gak sewot soalnya tangan Kirana dan Badrol saling bertautan di atas meja bikin Kasa luar biasa gondok melihatnya. Kalau lagi begini, Kasa berharap ada ustadz lewat lalu menceramahi Badrol dan Kirana yang bisa-bisanya pegangan tangan di tempat umum.
'Zina itu woy!' benak Kasa.
"Ditanya bener malah jawab ngaco." Badrol jadi jengkel. Cowok itu mengusap-usap tangan Kirana yang rupanya tidak sengaja kecipratan air panas beberapa waktu lalu. "Ini tangan kamu udah mendingan gak, Na?"
Cewek bernama Kirana itu mengangguk-anggukkan kepala. "Udah lumayan kok."
Kasa mau muntah sekarang juga.
"Makanya lain kali hati-hati kalo makan. Tuh teh panas jadi tumpah kan kena tangan kamu. Untung kulitnya gak melepuh." Kata Badrol.
"Iya deh." Kata Kirana sambil melepaskan tautan tangannya dengan Badrol.
Demi apa pun, Kasa tiba-tiba mau minum jus baygon sekarang juga. Kenapa dia harus dihadapkan dengan momen cringe yang bikin dia luar biasa mual sih? Kasa tidak sanggup menyaksikannya.
Kenapa Badrol dan Kirana bisa sedekat itu? Kasa pun baru mengetahuinya sekarang. Sepertinya kehadiran Kasa di sana cuma jadi obat nyamuk doang. Soalnya dari tadi Badrol dan Kirana asyik saja mengobrol sampai lupa kehadiran Kasa di sana. Dan setelah makanan yang dipesannya tiba, Kasa pun langsung menyendokkan mie itu ke mulutnya dengan sadis. Badrol yang melihatnya saja dibikin ternganga. Maklum, Kasa lagi kesal.
Kalau semisal mie itu adalah Kirana, Kasa tak segan memakannya dengan sadis bak psikopat. Soalnya Kasa luar biasa jengkel pada Kirana yang keasyikan ngobrol sama Badrol. Kasa sedikit cemburu.
Jarang-jarang Kasa cemburu begitu.
Tiba-tiba salah satu ponsel di atas meja bergetar, rupanya itu milik Kirana.
"Ah, sorry nih gue harus pulang. Ada urusan mendadak." Kata Kirana kemudian.
"Mau dianter?" Badrol menawarkan dan lagi-lagi bikin Kasa mendelik.
"Gak usah. Gue bisa pulang sendiri kok." Ucap Kirana kemudian segera pergi dari sana meninggalkan Badrol dan Kasa.
Kekesalan Kasa sedikit mereda setelah kepergian Kirana.
Badrol mendelik melirik ke arah Kasa. "Lo cemburu, kan?"
Sontak perkataan Badrol bikin Kasa terbatuk, buru-buru cewek itu merogoh gelas di dekatnya dan langsung meminumnya. "Gue? Cemburu? Ngimpi!"
Kasa sok jual mahal. Padahal kenyataannya dia memang agak cemburu tadi. Tidak mungkin dia terang-terangan bilang dia cemburu pada Kirana, bisa-bisa Badrol kegeeran nantinya.
"Gak mau ngaku juga lu?" Badrol mengintrogasi sekali lagi.
"Kenapa emang?"
"Kalo lo cemburu tandanya tuh cinta."
"Ya terus?"
"Lo cinta sama gue?"
Kasa sudah siap-siap menggaplok pipi Badrol pakai centong. "Ngomong tuh yang bener dong!"
"Emang ada yang salah sama omongan gue barusan?"
"Salah!"
"Apa salahnya?"
Kasa bisu sesaat. "Ya salah. Gak usah nanya yang aneh-aneh deh. Sebelum pala lu gua gaplok nih pka centong."
"Ceilah." Badrol mendelik.
"Oh iya," Kasa sengaja memelankan suaranya, "sejak kapan lo deket sama Kirana?"
Badrol terkejut. Keningnya sampai dibikin keriput. "Lah, kenapa emang?"
Kasa berdecak. "Gue cuma nanya. Lagian di kelas lo jarang kelihatan deket sama dia. Ngobrol aja gue gak pernah liat. Terus tadi lo malah berduaan ngobrol kek akrab banget sampe pegangan tangan segala kek mau nyebrang jalan aja."
Badrol kebingungan. "Gue pegangin tangan dia karena tadi tangannya Kirana gak sengaja kena air panas. Bener kan cara gua nolongin dia?"
"Ya kenapa harus dipegangin juga tangannya, k*****t!" tegas Kasa.
"Ya emang salah?"
"Salah!" Nada suara Kasa mengeras nyaris membuat Badrol terjengkang.
Namun, entah kenapa Badrol malah memasang senyum random. Cowok itu melirik ke arah Kasa dengan pandangan menyipit. "Lu cemburu bilang aja. Gua tau kok. Soalnyangue punya indra kedelapan."
***
"I will go with you." Pinta Liura pada Rangga ketika cowok itu bersikeras untuk mengantar Kisa pulang. Cewek itu tidak sadarkan diri setelah tidak sengaja meminum segelas wine, maka dari itu Rangga berniat mengantarnya pulang. Tapi Liura malah memaksa untuk ikut.
"Lalu gimana sama pestanya?"
"I don't care." Liura memasang wajah marahnya sehingga dengan terpaksa Rangga pun mengiakan. Tentu saja karena Liura tidak bisa membiarkan Rangga hanya berdua dengan Kisa, makanya gadis itu memaksa untuk ikut. Hari ini, dia memang agak sensitif.
Tak sampai 10 menit perjalanan, akhirnya mereka sampai di asrama Kisa.
"Kamu tunggu di sini sebentar. Biar aku yang ngantar Kisa sendiri." Perintah Rangga pada Liura menyuruhnya untuk tetap diam di dalam mobil sementara Rangga membopong Kisa yang pingsan menuju ke kamar asramanya.
Entah kenapa melihat Rangga yang bersikap peduli pada Kisa seperti itu membuat Liura amat jengkel. Mungkinkah dia cemburu? Wajar. Rangga kan calon tunangannya. Yah, meskipun belum resmi.
Gadis itu turun dari mobil. Lantas dia menyandarkan punggungnya pada body mobil sambil melipat kedua lengannya di depan d**a sembari menunggu kedatangan Rangga kembali. Ekspresinya tampak cemberut namun tetap saja tak memudarkan kecantikannya barang sedikit pun. Kebetulan tidak ada siapa pun yang mengantar mereka kemari karena terlalu buru-buru untuk mengantar Kisa yang pingsan sehingga tidak sempat untuk memanggil sopir atau bodyguards.
Sepi, satu kata untuk menggambarkan suasana kala itu. Tidak ada siapa-siapa lagi di sana selain dirinya. Sembari menunggu Rangga kembali, gadis itu berjalan-jalan sebentar mengitari pelataran yang hanya diterangi lampu-lampu taman yang bercahaya temaram bahkan nyaris suram. Sayangnya, bulan tak bercahaya malam itu karena tertutup awan yang agak mendung. Melengkapi suasana yang gelap dan sepi.
Berjalan diantara kerikil-kerikil kecil yang berserakan di jalan, tanpa sengaja Liura sedikit tergelincir dan nyaris terjatuh. Beruntung ada tangan yang melingkari pergelengan tangannya menahan Liura agar tidak terjatuh. Pemilik tangan itu tak lain dan tak bukan adalah Saka yang tiba-tiba ada di sana. Liura mengerjap beberapa saat sambil menatap cowok seumuran dengannya yang kini ada tepat di hadapannya.
Mereka saling pandang selama beberapa detik sambil menyelami netra satu sama lain dengan rasa bingung dan keheranan. Saka tidak menyangka rupanya dia bisa bertemu lagi dengan gadis di depannya tersebut. Entah itu karena takdir atau kebetulan semata. Bukan Saka lebay, tapi melihat Liura tepat di hadapannya dengan jarak yang tak seberapa benar-benar membuat jantungnya nyaris melorot saking deg-degannya. Mungkin dalam dunia Saka sekarang, seluruh pikirannya tengah dipenuhi oleh lagu HIVI yang berjudul Siapkah Kau Tuk Jatuh Cinta Lagi yang kini terus terngiang di otaknya.
Saka mencoba menyadarkan pikirannya lagi. Cowok itu mengerjap kemudian melepaskan genggamannya pada tangan Liura. "Maaf, saya tidak bermaksud." Saka panik sambil mengangkat kedua tangannya di udara.
Liura terkekeh. "Kenapa minta maaf?"
Saka agak mengernyit ketika sebuah senyuman terlukis di wajah gadis itu membuat jantung Saka kian ajep-ajep bak lampu di diskotik.
"Terima kasih kamu udah nolongin saya tadi. Kalau nggak saya bisa jatuh." Kata Liura.
Saka menggaruk kepalanya yang tidak gatal tanda dia agak grogi. "Saya kebetulan lewat tadi dan tidak sengaja melihat kamu hampir terjatuh. Ngomong-ngomong, kita pernah bertemu sebelumnya, kan?"
Liura mengernyit lalu berpikir sesaat. "Bertemu? Kapan?"
Rupanya gadis itu tidak ingat. Saka mengeluarkan sapu tangan dari sakunya yang mana itu adalah milik Liura yang dia berikan saat insiden Liura datang ke sekolahnya pakai mobil Tesla Pegasus. Saat itu Saka terjatuh dan tangannya kotor, makanya Liura meminjamkan sapu tangannya pada Saka.
"Kamu yang ngasih sapu tangan ini ke saya waktu itu. Ingat?"
Dari ekspresi Liura, tampak gadis itu baru mengingatnya setelah melihat sapu tangan yang ditunjukkan Saka. Gadis itu terkekeh dengan manisnya kemudian mengambil sapu tangannya sendiri. "Gue bener-bener gak inget. I'm so sorry. Jadi, siapa nama lo?"
"Aksa Kastara. Kamu bisa panggil saya Saka."
"Jangan bicara terlalu formal lagi sekarang. Lo bisa panggil gue Liura. Liura Kiehl."
"Maaf telat balikin sapu tangan lo."
"No problem. Gue bahkan udah gak inget sama kejadiannya. Tapi, makasih udah balikin sapu tangan ini." Gadis itu lagi-lagi tersenyum.
Saka tidak mengira gadis bernama Liura ini begitu ramah. Kelihatannya sih dia orang kaya dilihat dari gaya berpakaiannya yang memakai gaun mahal bak putri raja serta mobilnya yang kedapatan ganti dari sebelumnya berjenis Tesla Model X sekarang berubah menjadi BMW i8 Coupe. Jarang-jarang ada orang kaya seramah itu pada orang biasa seperti Saka.
"Tapi, lo lagi ngapain di sini? Sendirian lagi?" Tanya Saka.
"Nunggu seseorang."
"Siapa?"
Liura hendak menjawab namun teralihkan oleh suara handphone Saka yang tiba-tiba berbunyi. Ternyata itu pesan dari Kasa yang menyuruhnya buat buru-buru menemuinya sekarang juga. Saka tentu saja jengkel karena bisa-bisanya Kasa mengganggu waktu berduaannya dengan Liura. Tapi mau tidak mau, Saka harus rela berpamitan dengan Liura.
"Why?" Liura sedikit penasaran dengan ekspresi Saka ketika membaca pesan di handphonenya. Cowok itu tampak kesal.
Saka berdecak. "I'm sorry, Liura." Saka sok berbahasa Inggris. "Tapi, gue harus buru-buru pergi sekarang."
"It's okay. Kita bisa ketemu lagi lain waktu." Kata Liura.
Dengan berat hati akhirnya Saka mencabut langkahnya dari sana dan meninggalkan Liura. Setelah dirasa Saka sudah pergi, Liura berencana kembali lagi ke dalam mobil. Namun, saat hendak berbalik, jantungnya dibuat hampir lompat dari tempatnya ketika tahu-tahu Rangga sudah berada di belakangnya. Liura terkejut melihat Rangga.
"Kenapa kamu di sini?" Tanya Rangga.
Tapi Liura malah mengabaikannya. Gadis itu segera menghindar dan masuk ke dalam mobil tanpa mengatakan hal apa pun. Di dalam mobil, Rangga bisa melihat sesuatu yang digenggam oleh tangan Liura, seperti sapu tangan yang membuat Rangga jadi bertanya-tanya.
"Sejak kapan kamu membawa itu?" Tanya Rangga merujuk pada sapu tangan Liura.
Liura hanya memutar kedua bola matanya malas. "Not your business."
Baik, Rangga hanya perlu diam sekarang. Tampaknya Liura memang sedikit agak sensitif hari ini, jadi dia memutuskan untuk menyalakan mobilnya dan segera kembali ke aula pesta yang sempat ditinggalkannya tersebut.