Part 8

1005 Kata
"Jika sekolah PJJ hanya mendapat materi, tugas, dan penjelasan, TIADAKAN SEKOLAH mulai dari sekarang! Karena fungsi sekolah untuk dididik dan dibina, bukan hanya deadline dan deadline dimana-mana. Lagipula google jauh lebih pintar dari guru." #KorbanDebatMasUI ******* Altar meuruni tangga sambil merapikan rambutnya yang sedikit berantakan, ia menatap 2 pria paruh baya diruang keluarga tengah lbercengkerama lalu menghampiri mereka. "Bagaimana kabarnya, Nak Altar? Katanya baru pulang dari luar kota," tanya papa Zion saat Altar duduk diantara mereka. "Alhamdulillah baik, Om. Iya om baru pulang tadi siang," jawab Altar. "ALFANI DEVINA ŔANŹŒ! MOBIL GUE ASTAGA! PAPA FANI GANGGU DEVAN!" "BUKAN FANI YA TAPI TANGAN FANI." "ANAK DAJJAL LO!" "KAMU BERDOSA BANGET!" Papa Zion, ayah Agra, serta Altar menggelengkan kepalanya saat teriakan-teriakan dari depan garasi dan depan rumah. "Kamu serius sama Fani, Nak? Dia sukanya teriak-teriak bikin kaca rumah pecah lho," ucap papa Zion tertawa renyah yang diikuti tawa lain dari Ayah Agra "In Sya Allah, Om. Saya menerima Fani apa adanya bukan ada apanya," jawab Altar mantap. "Jagoanmu tanggap sekali," ucap papa Zion pada ayah Agra, ayah Agra hanya mengangguk tersenyum. "Ta-" "FANI WOI! ITU BARU GUE BERSIHIN PAKE ANTI RABIES KENAPA KUCING NERAKA LO BAWA BANGKE ANJIR!" Devan berteriak saat ia baru saja mengepel lantai depan rumah tapi kucing berjenis perempuan berwarna loreng hitam abu-abu malah membawa bangkai buruannya ditengah-tengah hasil pel an Devan. "MAR! Astaga lu cewek jan nyemil bange napa! Nurunin harga diri gue banget," geram Fani menghampiri kucing yang dipanggil 'Mar' lalu melempar bangkai yang dibawa Mar. "Makanya kucing tuh kek punya gue, persia bukan kucing jalanan yang taunya makan bangKe," ejek Devan membuat Fani kesal. Si Mar memang kucing jalanan yang ia ambil karena kedinginan didepan gerbang sekolah. "Mau uji coba kagak?" Devan menatap Fani bingung tapi kepalanya ikut mengangguk. "Abis ini jangan ngeremehin si Marpu'ah lo," ucap Fani lalu melemparkan kucingnya kearah belakang dimana sebuah kucing jenis persia berwarna abu-abu sedang tiduran disana. "AISYAH! WOI FANI AISYAH SAKIT WOI! ASTAGA EKORNYA DIGIGIT KUCING LAKNAT! WOI LEPAS ANJIR!" teriak Devan saat kucing persianya dibantai oleh si Marpu'ah. Suara geraman antara Marpu'ah dan Aisyah menggelegar sampai didalam rumah, ya you know bertapa barbar nya kucing jalanan. "FANI PISAHIN! MAMA GORENG SI EPAN!" Fani bergidik ngeri langsung memisahkan si Mar dan Aisyah. "Kucheng cupu!" ejek Fani membawa Marpu'ah kedalam sambil bersenandung lagu anak-anak dengan mengganti liriknya. "Marpu'ah anak dajjal, sukanya nyuri makan, suka pup sembarangan, dikamarnya si Devan." Fani bernyanyi menggunakan lagu Si Kancil Anak Nakal yang dulu sering dinyanyikan nya. "Weh! Jadi si Mar yang suka pup dikamar gue?!" sentak Devan yang menggendong Aisyah ala bayi sedangkan Fani menggendong Mar seperti karung. "Kalian jangan berisik! Jero gak bisa tidur!" Fani dan Devan menatap manusia yang duduk didekan ruang tamu dan ruang keluarga dengan sebuah tempat tidur hewan didepannya. "Ternyata ada yang lebih barbar dari gue," lirih Fani menatap tak percaya apa yang ada didepannya. "Ternyata ada yang lebih b****k dari gue juga, Fan," timpal Devan. "Bar, itu elo serius?" tanya Devan menatap ngeri ke arah Barga. "Seriuslah," jawab Barga sewot. "MA! BARGA BAWA MASUK LANDAK GILANYA!!" teriak Fani dan Devan bersamaan. Jero, seorang, maaf bukan seorang, tapi seekor landak betina yang kini sedang hamil, anak kesayangan dari Barga. Jero dan Gero, ladak betina dan jantan yang didatangkan langsung dari Kalimantan sebagai kado ulang tahun Barga yang ke 14 tahun. Sebenarnya hanya Jero, tapi karena kasian melihat Jero sendirinya akhirnya Barga meminta landak dari sumatra, Gero. "Astaghfirullah! Keluarkan! Semua hewan terak dikandang belakang!" perintah mama Rachel yang datang menghampiri mereka sambil membawa 2 pisau pemotong daging. "Ampun, Mama," teriak Devan, Fani, dan Barga bersamaan langsung berlari kearah belakang sambip membawa binatang peliharaan mereka masing-masing. ******* Fani memeluk tubuh Altar dari belakang saat Altar sedang duduk sendiri ditaman belakang setelah melaksanakan sholat isya berjamaah. "Mas," panggil Fani dengan kedua tangan yang melingkar dileher Altar. "Kenapa?" tanya Altar menarik tubuh Fani agar duduk dipangkuannya. "Gak jadi," jawab Fani mendusal-dusal pada leher Altar. "Besok mau minta seserahan nya apa?" tanya Altar mengelus rambut belakang Fani dengan lembut. "Boneka ukuran 2×3 meter bentuknya panda warna hitam putih, terus nanti bisa dibuat samdaran duduk juga." "Baiklah, Tuan Puteri. Ada lagi?" tanya Altar. "Tidak." "Make up?" "Aku tidak suka make up, kulitku sensitif. Tapi kalo mau belikan make up seperangkat Make Over gak apa-apa," ucap Fani tersenyum manis. "Udah itu aja?" "Iya," jawab Fani membuat Altar tersenyum. "Aku mencintaimu," bisik Altar ditelinga Fani dengan nada rendah. "Aku juga mencintaimu," balas Fani membuat Altar terdiam. "Kau sudah mencintaku? Sejak kapan?" Fani tersenyum lalu mencium pipi Altar cepat. "Sejak mas bilang sama papa kalo mau serius sama Fani," jawab Fani tersenyum malu. "Kiss me," ucap Altar menunjuk bibirnya. Fani hanya kenggelengkan kepalanya sambil tersenyum dan mulai kendekatkan wajahnya kewajah Altar. Hingga, 3 centi lagi mereka akan bertemu- "Muhammad Altarix Zakaria Wardana! ALFANI DEVINA RANZŒ!! BELUM MUHRIM!!" Fani menjauhkan wajahnya dari Altar saar sebuah teriakan memekakkan telinga menyadarkan mereka. "Bang Devon?" Fani menatap sosok Devon yang berjalan mendekat kearah mereka. "Kalian jangan deket-deket." Devon menarik Fani dari pangkuan Altar dengan cepat. "Tapi kan bentar lagi sah," elak Altar. "Calon adek ipar kurang ajar! Saya tidak akan membiarkan dilompati oleh siapapun. Jadi sebelum saya menikah kalian tidak boleh menikah!" tekan Devon lalu pergi meninggalkan mereka. "Sak karepmuk, Bang! Lagian lo mau nikah sama siapa coba? Mana ada cewek yang mau nikah sama elo," gumam Fani kesal. "Husttt! Ndak boleh gitu. Ya kita doakan aja semoga abangmu cepet-cepet nikah biar kita langsung halal." "Tapi acara tunangan nnya?" tanya Fani bingung. "Acara tunangan tetep jalan dong." Dengan sewot Altar menjawab pertanyaan tadi, enak saja pertunangan nya yang ia impikan gagal. Fani menghempaskan punggungnya di d**a Altar dengan kesal. Terasa nyaman mulai melingkupi tubuh Fani yang memeluk lengan kanan Altar. "Tolong kemari wahai engkau wanita yang mau dengan bang Devon. Gue berikan mobil Pajero sport keluaran terbaru sebagai kado nikahan kalian. Gak apa-apa nikah terus cerai yang penting gue bisa nikah dulu." Altar tertawa renyah mendengar ucapan Fani yang bisa dibilang ngelantur, doa awal nya memang bagus, tapi kenapa harus ada embel-embel cerai segala. #####
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN