Part 6

1005 Kata
"Aku pamit, semoga kau dan dia bahagia." ***** Fani menatap sahabatnya yang kini sedang duduk santai menikmati waktu setelah selesai mengerjakan UAS dengan nongkrong dikantin. "Devon mau kuliah dimana, Fan?" tanya Bagas menyeruput es teh milik Eza. "Punya gue, Gas," geram Eza saat Bagas mengembalikan es miliknya yang hanya sisa sedikit. "Iya," sahut Bagas santai. "Denger-denger dia mau kuliah di Singapura, nggak tau deh gimana," sahut Fani lalu membuka mulutnya saat Devan menyuapinya. Kebiasaan memang, orang tidak bisa memilah duri dengan daging ikan tapi ngotot mau makan ikan, ya Fani. "Masa lo dari dulu gak bisa misahin durinya, Fan?" tanya Rizky yang menjadi juru pisah antara daging ikan dan durinya. Membagi tugas antara Rizky dan Devan. "Bisa kok, ta--" "Ya udah makan sendiri!" sentak Rizky menggeser piring yang berisi ikan didepan Fani, sedangkan Devan meletakkan sendok nya diatas piring Fani. Fani menatap Rizky dan Devan bergantian, ia seperti anak kecil yang baru belajar makan sekarang. Dengan kaku Fani mengambil 1 ikan bawal lalu mengambil daging bagian badannya menyisahkan lumayan banyak daging dibagian atas dan pinggir. Fani makan langsung pakai tangan dan melahap hasil pemisahan nya tadi dengan semangat. Lalu ia membalik ikan tadi dan memisahkannya seperti apa yang ia lakukan sebelumnya. Ia hanya mengambil sedikit daging lalu menjauhkan piringnya tanda ia telah s "Kalo kayak gini sumpah lo gagal banget jadi chef," gumam Adit tak percaya saat Fani meletakkan ikan yang hampir dibilang utuh tadi kep piring kosong. "Gue gak bisa pisahin ikan sama durinya, gue takut kayak dulu, dan lo kita chef bakal ngegeledah ikan sama durinya? Gue sih ogah." "Lah? Lha terus lo kalo jadi chef bagemane?" "Minta tolong sama bawahan," jawab Fani enteng. "Selepet," ucap Eza menyantap mie ayamnya. "Surosot," balas Bagas Menyeruput jus milik Devan. "Sini gue suapin lagi," ucap Devan mencuci tangan Fani didalam baskom lalu mulai menyuapi Fani dengan telaten. "Sumpah si Fani manja banget ya." "Makan aja harus disuapin, bocah banget!" "Alay banget makan ikan aja gak bisa." "Iya, norak!" Fani melirik kearah utara dimana meja para cewek sedang menggosipkan dirinya. Ia mengambil sumpit mie ayam milik Eza lalu melemparkannya kearah utara dengan perhitungan yang pas sampai sumpit itu menabrak gelas es hingga air es itu tumpah dan membasahi beberapa ponsel disekitarnya dan baju mereka karena air yang mengalir. "Woi! Maksud lo apa-apaan jatohin gelas gue." Fani membalik badannya menatap seorang cewek yang sedang marah-marah dihadapannya. "Nih yang terakhir," ucap Devan menyuapkan nasi terakhir pada Fani. Cewek tadi menatap jijik pada Fani yang sedang disuapi Devan. "Tanggung jawab lo! Nih hp gue basah gara-lo! Hp gue tuh hp mahal ya! Ini tuh iphone 11 pro terbaru tau nggak!? Rusak kan hp gue!" "Hp lo kw kali, barang mahal diciptakan karena tahan lama dan gak bakal cepet rusak. Contohnya kayak gini," ucap Fani lalu merebut hp si cewek dan memasukkannya kedalam kobokan air yang ia gunakan tadi. Emang benar kan? Barang mahal diciptakan karena kualitas dan kuantitas nya, jadi jika barang itu tidak sesuai antara harga dan kualitas sebut saja dengan kata KW "Ganti rugi lo!" "Lo lihat hp gue? Hp gue gak iphone gak masalah tuh, mau uji ketahan? Denger-denger iphone cuma menang di kamera sama bodynya aja," ejek Fani menunjukkan hpnya. Samsung Galaxy S20+. Cewek tadi menatap tajam kearah Fani membuat Fani terkekeh dan mengambil ponsel 11 Pro yang ia masukkan kedalam air kobokan lalu mengembalikkan nya pada cewek didepannya. "Jangan kan Iphone 11 Pro, Iphone S4 Elite Gold gue juga bisa beli!" Dari kejauhan, Devon bersandar pada gerobak somay menatap kekacauan yang berasal dari kembarannya. "Kak Devon nggak mau misah mereka?" tanya Inas yang berdiri di samping Devon. "Samperin yok, takutnya malah mereka berantem, di gedung sebelah ada tamu dari luar kota lho," ajak Inas yang langsung diangguki Devon lalu ia mengambil nampan yang dibawa Inas. ***** Percaya tidak percaya, saat Devon dan Inas menghampiri Fani dengan segala kekacauan nya, kini Fani dan Grandis si cewek yang suka nyinyir itu tengah adu mulut dengan ketua geng SLC, Fani. "Kalian kayak anak kecil tau nggak!? Masalah sepele aja di gede-gedein," sarkas Devon tajam. "Noh salahin si j****y yang mulutnya minta ditabok malaikat Izrail," tuding Fani kesal. "Lo tuh yang tangannya minta diamputasi." Dengan tak terima, grandis membalas perkataan Fani ketus. "Kok gue sih? Jelas-jelas lo duluan yang jelek-jelekin gue! "Lo kan emang jelek," balas Grandis tak mau kalah. "Ow assu!" ucap Fani dengan nada kelewat santai membuat Adit, Eza, Rizky, dan Devan tertawa pelan. "Memang kenapa dengan Fani?" tanya Devon pada Grandis. "Dia itu manja, caper, dan sok banget makan gak bisa pisahin duri sama dagingnya. Tol--" "Fani memang tidak bisa misahin duri sama dagingnya! Ibarat kata kamu mau sate ular tapi gak tau cara makannya terus kamu mau makan ular hidup-hidup? Bukannya kenyang malah masuk kuburan," potong Devon sarkas. Inas menyenggol lengan Devon pelan saat mendengar Devon bukannya memberi solusi tapi malah menakut-nakuti. "Jangan nakut-nakutin!" sentak Inas membuat Devon terkekeh. "Gada yang harus ditakutin bocah," ucap Devon. "Lo juga jadi cewek ganjen amat sih!" tuding Grandis pada Inas. "Gada yang ganjen, lo nya aja yang ngakuin diri lo sendiri kalo ganjen," balas Devan yang dari tadi hanya diam dan tertawa. "Kok jadi aku?" tanya Inas bingung sendiri. "LO TUH GANJEN!" teriak Grandis didepan wajah Inas membuat Inas memejamkan matanya dan sedikit mundur. Byur! "Jangan pernah teriak didepan wajah orang yang gue sayang!" desis Devon setelah menyiram wajah Grandis dengan jus alpukat di nampan yang ia bawa. "Kita cari makan yang lain aja," ajak Devon menarik Inas pergi setelah meletakkan nampannya didelan Eza. Dengan kesal Grandis pergi bersama antek-anteknya yang dari tadi hanya diam. "Makan gratis," seru Eza dan Adit lalu melahap somay milik Devon dan Inas. "Iya gue tau gue manja," gumam Fani dengan wajah menunduk nya. Ia bukan marah atau kesal, tapi ia sadar jika selama ini ia selalu merepotkan orang lain. "Gue pergi," ucap Fani pelan dan pergi setelah membawa ponsel dan tasnya menuju entah dimana ia akan berdiam. "Nah kan si Fani ngambek," ucap Bagas setelah kepergian Fani. "Emang ya si Grandis itu minta dimasukkan ke kuburan." "Fani nya aja yang baperan." Tamat.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN