Canggung

1592 Kata
Hari ini adalah hari yang berbeda dari hari kemarin, karena di pagi buta kala itu, pintu apartemenku diketuk yang tentu saja mendatangkan sebuah tanda tanya besar di dalam diriku tatkala menebak siapa yang mau datang di pagi buta pada pukul setengah enam? Yang tentu saja membuat diriku yang tengah memainkan handphoneku, melihat-lihat beberapa toko online di sana pun terganggu karenanya. Tok ... tok … tok … Di awal, aku berpikir jika mungkin ia salah alamat, namun karena pintu terus di ketuk, dan membuatku merasa jengkel mendengarnya, pada akhirnya dengan segera aku beranjak dari atas kasurku untuk melenggang pergi mendekati pintu yang tertutup dan terkunci dengan rapat di sana. Dengan malas kubuka pintu apartemenku seraya berkata, “Maaf kau salah alamat!” “Rico?!” aku menyambungkan ucapanku ketika terkejut di saat adik laki-lakiku datang dengan senyuman yang merekah di hadapanku saat ini, “Pada kenyataannya aku tidak salah alamat, permisi jangan menghalangiku!” aku menggeserkan tubuhku setelah ia berjalan dan memaksa untuk masuk ke dalam apartemen milikku dengan sebuah box yang ia bawa di kedua tangannya, aku terkejut bukan main saat itu. Aku memang mengetahui jika ia akan datang, tapi aku tidak tahu bahwa ia akan datang sepagi itu. “Terkejut akan kedatanganku sepagi ini, sis?” pandanganku seketika tertuju ke arahnya yang menatapku dengan senyuman mengejeknya, yang tentu saja membuatku dengan segera mengekeh karena cukup senang melihatnya datang pada saat itu, “Well … yeah … aku merasa terkejut, ku akui itu … kenapa kau tidak mengabariku terlebih dahulu, huh?” tanyaku, dengan sengaja aku berjalan mendekati dirinya dan menunjuknya dengan jemariku, namun ia terlihat kerepotan sendiri menoleh ke arah sekitar, seolah kebingungan akan menaruh box yang ia genggam itu di mana, “Letakkah itu di meja makan!” ucapku seraya menunjuk ke arah meja makan, dan dia terlihat mengedikkan kepalanya dan berjalan mendekati meja itu. “AKu tidak mengira jika apartemennya akan sesempit ini!” ku kerutkan keningku ketika aku mendengarnya berkata seperti itu, “Kecil? Halo! Meskipun kecil, namun ini nyaman untukku!” ucapku berusaha membela diri, karena memang kecil nyaman akan lebih betah di bandingkan luas tapi tidak cukup nyaman untukku, dan pembelaanku itu diberi anggukkan oleh Rico. Aku sempat merasa senang ketika dirinya menyetujui apa yang aku ucapkan, namun setelah ia menambahkan alasanku, perasaan senangku berubah menjadi sebal kepada dirinya. “ Yeah .. tentu, ini cocok untukmu … aku malah akan heran jika kau memilih yang besar, karena setahuku kau adalah orang yang penakut!” ucapan Rico pada saat itu seperti ejekkan bagiku, dan meski pun seperti itu aku berusaha untuk tetap bersabar menghadapi ejekannya. “Hei, apakah kau tidak berangkat ke kantormu?” pertanyaan Rico saat itu, membuatku seketika menoleh dengan cepat ke arah jam dinding untuk mengecek jam berapa saat itu, dan ternyata itu masih jam enam, dan akhirnya aku mengangguk menjawab pertanyaan yang di lontarkan oleh adik laki-lakiku itu. “Yeah … aku akan bersiap-siap … apa yang ingin kau makan? Aku akan memasak sebelum siap-siap!” ucapku kepadanya yang dengan segera menggelengkan kepala dan mendorongku dengan perlahan-lahan menuju kamar mandi seraya berkata, “Tidak … tidak … serahkan itu semua padaku, aku akan menyiapkan makanannya, kau mandi dan bersiap lah untuk bekerja!” ucapnya kepadaku, dan tentu saja hal itu sangat-sangat jarang ia lakukan, hingga aku sendiri kini terkejut atas apa yang di katakan oleh Rico beberapa saat yang lalu. “Huh?! kau akan memasak, Rico?” tanyaku, dan dia dengan percaya dirinya menganggukkan kepala dan kembali mendorongku, “Sudah masuk saja, serahkan menu pagi ini padaku!” jelasnya lagi, dan karena dia yang memaksa, aku pun masuk kedalam kamar mandi dan menutup pintunya untuk mempercayakan semuanya pada Rico pagi itu. … Aku tidak akan pernah mengetahui jika Rico bisa memasak, dan kini aku terkejut ketika melihat dirinya benar-benar menyiapkan sesuatu di atas meja itu. Empat potong roti isi daging serta segelas jus orange yang terlihat sangat menggungah telah ia siapkan di sana, yang tentu saja aku terkagum melihat menu pagiku saat itu. Dengan melangkah perlahan, ku tolehkan pandanganku ke arah Rico yang kini meletakkan mangkuk kecil berisikan saus tomat cincang yang aku duga ia juga membuatnya dengan sendiri. “Rico … ini benar-benar buatanmu?!” tanyaku kepadanya yang tidak menjawab selain tersenyum dan mengedikkan kepalanya mengartikan bahwa dia mengajakku untuk menikmati sarapan pagi yang telah ia hidangkan di sana. “Ayo, mereka ada untuk di makan, Sophia!” ucapnya kepadaku, yang tentu saja aku mengembangkan senyumanku lagi dan kemudian terduduk di hadapan meja makan itu sebelum akhirnya kulahap roti isi daging tersebut yang rasanya sungguh memuaskanku, hingga aku terus memuji kehebatan memasak adikku di dalam hatiku pada saat yang bersamaan. “Dari Apartemen ini menuju kantormu, berapa lama?” pandanganku menoleh menatap Rico yang tengah mengunyah dan bertanya kepadaku pada saat itu, yang membuatku kini berkata, “Eum … nggak lama kok, cuma lima belas menit aja!” jawabku kepadanya yang kini menganggukkan kepala menanggapiku, yang tentu saja membuatku kini merasa penasaran mengenai kenapa dia bertanya seperti itu kepadaku, “Ada apa?? apa kau mau mengantarku ke kantor dengan mobilmu, Rico?” tanyaku kepadanya, dan jawaban yang ia berikan sangat mengejutkanku, karena saat ini ia menganggukkan kepalanya dan berkata, “Yeah … aku pikir jaraknya cukup jauh dari sini!” aku terdiam, bukan karena terkesima atau merasa tersanjung, namun aku merasa khawatir dengan perubahan sikap Rico kepadaku di saat itu, yang tentu saja dengan segera aku menggelengkan kepalaku dan berkata, “Oh no! Tidak perlu mengantarku, aku bisa berjalan kaki dan menikmati sekitar kota! Jika kau ingin berkeliling kota, silahkan saja … eum … apakah kau akan menginap di sini?” tanyaku kepadanya, dan hal itu membuatnya menganggukkan kepala, dan aku segera mengangguk dan berkata, “Yeah … aku akan memberikan kunci cadangan kepadamu jika begitu, kau bisa mendapatkannya!” ucapku kepadanya, Rico menoleh menatapku dan berkata, “Kau tidak apa jika aku tidak mengantarmu? Kita bisa saja pergi bersama!” ucapnya, dan dengan segera aku menggelengkan kepala dna tertawa, “Hahaha … kau aneh, aku tidak apa!” ucapku kepadanya, yang pada akhirnya ia pun memutuskan untuk tidak mengantarku di pagi itu. … “Hah!” berkali-kali aku menghela napasku di antara pekerjaanku saat itu, beruntung CEOku tidak datang di hari itu karena ia harus mengantar istrinya, yang membuatku bisa sedikit leluasa menghembuskan napasku seperti saat ini. “Hei, what’s wrong??” aku menoleh menatap ke arah Bob yang ternyata kini berdiri tepat di hadapanku dengan berkas-berkasnya yang tentu saja aku ketahui itu semua untuk CEO kami. “Hhh … tak ada apapun, hanya Adik laki-lakiku saja berkunjung hari ini!” ucapku kepadanya, yang kini terlihat excited dan berucap, “Kau punya adik laki-laki?! itu bagus bukan?” aku kembali menghembuskan napasku ketika mendengarnya berucap seperti itu, dan aku yakin ia juga melihat reaksiku yang seperti itu, yang membuatnya kini kembali berkata, “Apakah dia menganggu kerjamu, Sophia?” tanyanya, dan kembali aku menggelengkan kepala seraya berkata, “No, hanya saja … tingkah lakunya tidak seperti biasanya, Bob! Dan itu menggangguku.” ucapku kepadanya, mungkin karena merasa penasaran, kini Bob menahan tubuhnya dengan tangan kanan yang di letakkan di atas meja kerjaku, seraya berkata, “Seperti apa tingkah aneh yang kau katakan itu? Bercerita lah kepadaku!” aku mengedikkan kedua bahuku dan mulai bercerita kepadanya seraya memilah file-file yang baru saj diberikan oleh Bob kepadaku pada saat itu, yah … karena Mr.William tidak ada, kami jadi merasa lebih leluasa dan membuatku juga merasa jika bercerita di sela pekerjaan adalah hal yang tidak masalah di saat ini. “Hahaha!” pandanganku kini hanya menatap Bob dengan malas, aku pikir dia akan memberiku sebuah saran, namun ternyata ia tertawa dan berkata, “Ah, itu adalah hal yang wajar … Sophia! Dia bertingkah seperti itu karena mungkin dia merasa rindu dan tidak mau bertengkar di saat seperti ini!” itu lah yang di ucapkan oleh Bob kepadaku, dengan cepat aku mengerutkan dahiku seraya berkata, “Itu lah yang membuatku canggung, Bob!” ucapku seraya melompat-lompat kecil di kursiku saat itu, dna kembali membuatnya tertawa. “Yeah … hal itu adalah wajar, aku tahu kau pasti sangat canggung … tapi cobalah untuk berbicara dengannya, kau tahu? Seseorang yang biasanya bertengkar paling banyak denganmu diantara saudara yang lainnya, adalah seseorang yang paling mencintaimu dna perduli padamu! Dan aku rasa ia kehilangan dirimu ketika kau pindah kemari, itu lah sebabnya kenapa ia datang dan bersikap sangat baik kepadamu!” jelasnya kepadaku, yang tentu saja membuatku kembali menghembuskan napasku untuk mengingat dan memproses semua yang diucapkan oleh Bob kepdaku. Pandanganku kembali menatapnya, “Apakah kau juga memiliki saudara yang seperti itu, Bob?” tanyaku kepadanya, dan dia menganggukkan kepala menanggapi hal itu, “Yeah … kakak laki-lakiku! Di awal memang sangat canggung, tapi berusaha lah untuk menjadikannya teman bercerita … aku yakin dia akan selalu ada untukmu, Sophia!” yah … setidaknya itu yang ia ucapkan sebelum akhirnya pergi dari ruangku untuk kembali bekerja di sana. Dan ya … aku lagi-algi menghela napasku dan merasa jika hal itu tidak akan pernah aku coba, berbincang dengannya mengenai hal yang santai?? oh ayolah … dia sama sekali tidak pernah bercerita mengenai hari-harinya ketika kami masih satu rumah. Dan kini pikiranku tertuju kepada satu hal dan terus berputar di sana, Apa yang akan aku lakukan dengan Rico, ketika waktu kerjaku habis? Apakah aku akan mengajaknya makan di luar? Atau kah aku memasakan sesuatu untuknya dan membiarkan dia menikmati tayangan sepak bola di Tv? Karena tidak mendapatkan jawabannya, aku merasa jika pilihan kedua adalah hal yang lebih baik dari yang pertama, dan aku memutuskan akan memasak dan menyuruhnya menonton pertandingan football. … 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN