Pagi itu, aku berjalan dengan cukup cepat dari yang seharusnya. Bagaimana tidak? Pertemuanku dengan anak remaja yang belum aku ketahui namanya itu, membuatku sangat-sangat kesal sekaligus tidak habis pikir dengannya.
“Kh … bagaimana bisa anak remaja sepertinya begitu agresif?! menyebalkan!” itu lah yang aku gumamkan ketika kembali mengingat bagaimana dirinya mengancamku di dalam lift beberapa menit yang lalu, jujur saja hal yang seperti itu sangat menyebalkan, dan dia benar-benar sudah berhasil merusak suasana pagiku hari ini. Aku melangkah sangat-sangat cepat, seseolah ada seseorang yang mengejarku pada saat ini, padahal seharusnya aku hanya perlu berjalan santai di sana, karena pada dasarnya aku tidak akan mungkin terlambat di pagi itu. Merasa bahwa aku tidak semestinya seperti ini, dengan segera aku menghentikan langkah kakiku dan memejamkan kedua mataku seraya menghembuskan napasku di sana.
“Huft … huft … relax, Sophia … please relax lah!” aku berusaha untuk menenangkan diriku sendiri, dan setelah merasa cukup tenang, aku kembali membuka kedua mataku untuk akhirnya menatap sebuah cafe yang terletak dua gedung dari tempatku berdiri, yang tentu saja membuatku menjadi kembali bersemangat setelah sebuah ide yang datang di dalam kepalaku berkata bahwa ‘sepertinya vanilla latte akan kembali menaikkan moodku di hari ini!’ dan itu lah yang aku niatkan setelahnya.
Aku melanjutkan langkahku untuk akhirnya memasuki cafe shop tersebut dan berniat untuk membeli satu cangkir vanilla latte, minuman kesukaanku!
Aku berjalan mendekati sang pelayan yang berdiri di balik meja kasir itu, yang pada akhirnya tersenyum ke arahku setelah aku berhenti tepat di hadapannya saat ini.
“Good Morning Madam … adakah yang ingin kau pesan?” sebuah pertanyaan yang ramah yang di lontarkan oleh sang pelayan di sana, membuat senyumanku kini mengambang dan aku menganggukkan kepala seraya berkata,
“Yes, Vanilla Latte one please!” ucapku memesan kepada sang pelayan yang kini menganggukkan kepalanya dan segera membuatkan menu yang aku pesan di sana, pandanganku kini menoleh ke arah kanan dan kiri untuk melihat ke arah sekitar, dan satu hal yang ada di dalam benakku saat ini, adalah ramai, Cafe ini pasti akan menjadi cafe langgananku nantinya!
Setelah menunggu kurang dari lima menit, pesananku datang dan aku segera pergi untuk kembali melangkah menuju kantorku, dan tentu saja mood ku kembali naik setelah mendapatkan minuman kesukaanku di sana.
“Selamat pagi, pak!” dengan ramah aku menyapa seorang satpam yang berdiri tepat di samping pintu Lobby kantor di mana tempat aku bekerja, dan tentu saja sapaanku itu membuat dirinya tersenyum membalas sapaan pagi dariku di sana.
Hari itu, aku kembali yakin jika hari ini merupakan hari terbaikku.
…
Waktu bergulir dengan begitu cepat, hingga tiba waktunya bagi kami untuk beristirahat di siang hari itu untuk mendapatkan satu menu makan siang. Aku yang kala itu tengah mencatat semua hasil keputusan rapat yang baru saja di gelar oleh CEO kami pun menolehkan pandanganku setelah sebelumnya seseorang memanggilku dengan sangat ramah di sana,
“Sophia!” pandanganku kini tertuju ke arah Mr.William, CEO di mana tempatku bekerja, yang tentu saja membuatku segera tersenyum seraya bertanya,
“Yes, Sir?” tanyaku kepadanya,
“Beristirahatlah! Kembali lagi jam Satu, take your time for Lunch!” itu lah yang di lontarkan oleh Mr.William kepadaku, dan membuatku mengangguk menanggapinya di sana,
“Thank you Sir!” ucapku sebelum akhirnya dia pergi dari hadapanku untuk kembali masuk ke dalam ruang kantornya di sana, dan hal itu membuatku menghembuskan napasku ketika merasa bahwa pada akhirnya aku bisa beristirahat untuk satu jam di sana.
Aku bersandar dengan rileks di kursi rapat yang terletak di ruang rapat pada saat itu, pandanganku kini menoleh menatap ke arah jendela luar sana yang tengah memperlihatkan luasnya langit biru yang indah di hari itu.
Tok … tok …
Pandanganku dengan cepat beralih menatap ke arah pintu, di mana kini seorang wanita tengah berdiri dan tersenyum ke arahku, wanita berusia dua puluh enam tahun yang memiliki kecantikan yang seperti seorang putri yang lemah lembut di sana memanggil namaku dengan suara merdunya,
“Sophia … apakah kau ingin ikut makan dengan kami?” sebuah pertanyaan itu lah yang pada akhirnya membuatku merasa senang, karena pada kenyataannya aku mendapatkan seorang teman saat ini, dan wanita bak putri itu adalah Charlotte, seorang wanita yang bekerja sebagai kepala staff di sana.
Tanpa basa-basi aku menganggukkan kepalaku untuk menjawab pertanyaannya di sana dan segera saja merapikan seluruh berkas yang ada di hadapanku saat itu untuk akhirnya berlari kecil untuk mendekati dirinya di sana.
…
Menu makan siangku saat ini adalah ayam panggang dengan salad dan potato soup, dan itu adalah makanan favorit bagiku, aku bahkan selalu meminta ibuku untuk memasakan sup kentang jika waktu makan siang tiba, dan itu hanya untukku saja.
“Jadi … kau tinggal di mana?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh wanita dengan rambut merah sebahu di sana membuatku menatap dirinya, Marla. Wanitayang juga bekerja di kantor kami yang menginjak posisi sebagai staff, membuatku tersenyum ke arahnya dan berkata,
“Aku tinggal di apartemen terdekat dari sini, Marla!” jawabku kepadanya, yang kini membuatnya mengerutkan dahi dan berkata,
“Kau tidak tinggal di rumah?” tanyanya, dan hal itu langsung saja di sambung oleh seorang lelaki tinggi dengan tubuh yang tegap yang juga staff yang bekerja di kantor kami, dia Bob.
“Hei! Dia tinggal di luar kota, tidakkah kau mendengar Mr.William berkata tadi?” tanya Bob, dan hal itu membuatku tersenyum seraya menganggukkan kepala setuju dengan apa yang dikatakan oleh Bob saat itu,
“Ya … aku berasal dari luar kota ini, orang tuaku dan aku tinggal di desa!” jawabku kepadanya, dan kini terlihat excited dengan apa yang aku ucapkan,
“Wah! Aku tidak mendengarnya, maafkan aku … kebetulan aku juga tidak dari kota ini, aku dari desa Hour, kau tinggal di desa mana?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Marla pada saat itu, membuatku kini kembali tersenyum dan berucap,
“Aku dari Desa Spectrum!” jawabku kepadanya, dan hal itu bukan hanya direaksikan oleh Marla, namun Charlotte dan Bob pun menganggukkan kepalanya untuk bereaksi di sana.
“Baiklah, jika ada kesulitan atau masalah … hubungi aku dan Charlotte, kami akan membantumu, Sophia!” ucapan yang di lontarkan oleh Bob saat itu, tentu saja membuatku merasa tersanjung, aku mendapatkan ketiga teman yang baik dan ramah, yang tentu saja membuatku merasa beruntung pada saat itu. Setidaknya aku bisa menjadi betah tinggal dan bekerja di kota Iremia ini.
…
Hari kembali berjalan dengan begitu cepat, aku bekerja semaksimal mungkin membantu CEO ku dalam berbagai hal, mengisi data, menjadwalkan ulang seluruh aktivitasnya, menyusun kembali file-file lama dan memilah file-file yang sudah tidak aktif lagi. Semua hal itu aku kerjakan dengan sangat teliti, karena aku merasa jika aku tidak mau ada satu pun kesalahan yang terjadi dan membuatku di cap sebagai sekretaris yang buruk olehnya.
Detik demi detik berlalu, dan bahkan aku tidak menyadari jika waktu sore pada hari itu sudah berganti menjadi malam. Aku menyadari hal itu ketika Mr.William berjalan mendatangiku dan memerintahkanku untuk pulang dengan berkata,
“Sophia … hari ini pekerjaanmu sudah selesai, kau boleh pulang!” itu lah perintah yang diucapkan oleh CEOku, yang tentu saja membuatku kini menoleh ke arah jam dinding yang kini menunjukkan pukul 9 malam. Waktu di mana aku harus pulang dari sana.
“AH, terima kasih Sir!” ucapku kepadanya yang kini mengangguk, dan aku pun tentu saja membereskan dengan segera meja kerjaku untuk akhirnya memutuskan pulang ke apartemenku.
…
“Hah!” aku merebahkan diriku di atas kasur empuk itu, setelah sebelumnya aku membuka kedua heels yang aku kenakan di sana. Pandanganku kini menatap ke arah atap langit apartemenku yang gelap, aku sengaja tidak menerangkannya karena sedari tadi lampu di kantor sudah cukup menggangguku dan membuat kedua mataku perih dan itu bertambar buruk ketika aku harus menatap layar komputer cukup lama.
Hari pertamaku saat itu cukup lancar, aku senang mendapatkan pekerjaan ini, meski memang lelah namun itu merupakan konsekuensinya! Aku mendapatkan tiga teman baru yang ramah-ramah, dan aku senang akan hal itu. Meski ya … di awal aku berangkat aku tidak semood yang seharusnya karena gadis remaja itu, namun aku segera melupakan kejadian itu dengan cepat dan tidak sabar ingin kembali bekerja di hari esok.
“Ugh! Aku benar-benar menantikan hari esok!!” pekikku ketika kupeluk bantal yang tergeletak di sampingku saat itu.
Drrt … drrrt…
Pandanganku kini tertoleh menuju handphoneku dan aku tahu bahwa aku baru saja mendapatkan sebuah pesan, yang dengan segera aku raih handphoneku dan mendapati sebuah pesan masuk dari kedua sahabatku yang bertanya kepadaku melalui chat grup di aplikasi kokoa.
Marilyn
-Hei, bagaimana harimu?-
Lisa
-Berjalan lancarkah?-
-Kau sudah pulang?-
Itulah pertanyaan yang di lontarkan oleh mereka, hingga aku tersenyum senang menanggapinya dan segera membalas chat dengan kalimat,
“Ya! Hari ini lancar, aku sangat senang karena semua ramah di sini! Aku baru saja pulang bekerja” itu lah yang aku kirimkan kepada mereka, dan berakhir kami vidcall bersama dan bertegur sapa secara online. Aku menceritakan semua hal yang aku alami di hari pertamaku kemarin hingga tadi, menceritakan betapa buruknya beberapa orang di sini, betapa tampannya tetangga sebelah, betapa agresifnya anak remaja di apartemnen ini dan bahkan aku menceritakan mengenai hal yang aku alami di kantor kepada mereka, yang tentu saja Lisa dan Marilyn terlihat excited mendengarkan semua yang aku ceritakan kepada mereka, hingga aku harus rela memasak sambil bercerita agar aku tidak merasa kesepian di sana. Malam itu adalah malam yang hebat menurutku, karena bisa berhubungan dengan Lisa dan juga Marilyn hingga aku tertidur karena lelah di hari itu. Dan beruntungnya aku kedua temanku itu adalah sahabat yang pengertian.
…