Balasan yang Tak Disangka

1149 Kata
Hari itu berjalan dengan cukup baik, namun tidak dengan ketika waktu aku pulang … karena tidak seperti malam yang biasanya, malam ini hujan dan jalanan menjadi sepi. Aku adalah orang yang sudah banyak mempersiapkan sesuatu, dan alih-alih meneduh, aku memilih berjalan karena aku membawa payung lipat yang sudah aku siapkan di dalam tas kerjaku. “Wah … ini buruk! Setelah mendengar tentang berita itu, jalan sendirian menjadi tidak tenang di jam sembilan ini!” gumamku perlahan, aku melangkahkan kakiku dengan cukup kencang, namun penuh dengan kehati-hatian karena sepatuku licin dan jalanan basah. DIN!! Aku terlonjak kaget ketika mendengar suara klakson berbunyi di sana, pandanganku dengan cepat menoleh ke arah samping yang tenyata sebuah mobil berhenti tepat di sampingku, dan kaca jendela itu diturunkan dan memperlihatkan seseorang yang tak asing bagiku kini tersenyum ke arahku dan berkata, “Hei, Sophia … kau butuh tumpangan? Kau mau pulangkan?!” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh laki-laki itu membuatku tersenyum ketika mengetahui jika laki-laki yang baru saja bertanya di sana adalah Andrew, seorang pengacara yang tinggal di tiga lima sepuluh. “Ah … hello, tak apa aku ikut? Sepatuku basah!” jelasku kepadanya yang kini menggeleng dan berucap, “Ah! Bukan masalah bagiku, masuk lah!” ucapnya dengan ramah, dan tentu saja, karena aku mengenalnya, aku dengan berani masuk ke dalam mobil itu dan tersenyum dengan senang, “Terima kasih atas tumpangannya, Mr.Andrew!” ucapku kepada Andrew yang kini menggeleng dan mengayunkan tangannya seraya berucap, “Oh … tidak … tidak, jangan panggil aku Mr. Panggil aku Andrew saja!” ucapnya yang kini mulai menjalankan mobilnya lagi, dan hal itu membuatku mengangguk dan meralat ucapanku, “Terima kasih Andrew!” dan membuat Andrew kini mengangguk, dan kemudian berucap, “Kueanya … aku sangat suka kue buatan ibumu itu, sangat lezat!” pandanganku kini menoleh menatapnya yang tengah memfokuskan dirinya kejalanan yang ada di depan sana, “Benarkah?” tanyaku kepada Andrew yang mengangguk menjawabnya, “Kue itu membuatku bisa berpikir lebih keras lagi, kalai bisa aku akan meminta kuenya lagi kepada ibumu… hahaha!” ucapnya dan hal itu membuatku tersenyum dan berkata, “Ah, aku masih memiliki kue di apartemenku, jika kau mau kau boleh mendapatkannya!” ucapku, dan hal itu membuatnya menatapku dengan senang, “Serius?” tanyanya dan aku mengangguk menanggapi hal itu, “Ya … tentu!” jawabku kepadanya yang kembali tersenyum dan berucap, “Wah … terima kasih!” aku menganggukkan kepala senang, karena setidaknya ada yang menyukai kue buatan ibuku, dan ah … ya, selain Andrew, Scarlet pun menyukainya, ck … yah … yang jelas aku senang setidaknya mereka menyukai kue buatan ibuku! … “Terima kasih atas tumpangannya, Andrew!” ucapku kepadanya yang kini menoleh menatapku dan tersenyum, “Sama-sama Sophia!” jawabnya di sana, pandangan kami seketika menoleh menatap layar lift yang sudah terbuka di lantai apartemen kami, dan hal itu membuat kami melangkah untuk keluar dari sana, ”Semoga malammu menyenangkan, Sophia!” ucap Andrew, dan aku tersenyum untuk membalas ucapan itu sebelum akhirnya ia masuk terlebih dahulu ke dalam kamarnya, dan membuatku kini ikut masuk ke dalam apartemenku. “Wah … aku benar-benar merasa canggung dengannya!” gumamku ketika aku masuk ke dalam apartemenku, namun aku kembali lagi berpikir jika Andrew adalah laki-laki yang baik, yang akhirnya membuatku kini tersenyum karenanya. “Baiklah kalau begitu, karena dia menyukai kue buatan ibuku, aku akan antarkan kue-kue ini kepadanya setelah aku mandi nanti!” gumamku menatap dua toples kue yang menganggur di atas meja itu, dan akhirnya aku pun memutuskan untuk mandi. Seperti yang aku niatkan, setelah mandi dan berganti pakaian, aku berjalan menuju apartemen miliknya, aku dengan berani menekan tombol bel yang terpasang di sana untuk kemudian tidak lama dari situ pintu pun terbuka memperlihatkan Andrew yang menataoku dengan kaca mata yang ia gunakan di sana, “Oh … Sophia?” tanyanya, dan aku tersenyum seraya menyerahkan dua toples kue itu kepadanya, “Ini kue yang aku janjikan untukmu, Andrew!” ucapku, dan aku bisa dengan jelas melihatnya terkejut dan senang ketika mendapati kue buatan ibuku di sana, “Ah … kau serius ternyata, terima kasih banyak, Sophia! Kau mau masuk?” pertanyaan yang di lontarkan oleh Andrew saat itu, membuatku kini menoleh menatap banyaknya map yang tertumpuk di atas mejanya, dan hal itu membuatku tahu, jika laki-laki ini sangat-sangat sibuk, hingga aku tidak enak untuk mengiakan tawarannya di sana, “Ah … ini sudah terlalu malam, tidak akan nyaman jika saya masuk saat ini!” jelasku kepadanya, dan hal itu membuat Andrew menganggukkan kepala menyepakati hal tersebut, “Benar juga … ah! Kalau begitu, tunggu sebentar … ada sesuatu untukmu!” ucapnya yang kini pergi dari hadapanku dan membiarkan pintu apartemennya terbuka, aku melihat dengan jelas selain dari meja yang berantakan dengan banyak sekali file, tak ada yang berantakan lagi di sana, dan membuatku kini yakin jika Andrew adalah orang yang apik. “Nah! Aku kebetulan diberi banyak sekali oleh-oleh dan dari banyaknya, aku tidak suka coklat … jadi ini untukmu!” aku terkejut ketika Andrew datang dengan tiga hingga empat tote bag yang berisikan beberapa box coklat serta puding di sana, pandanganku menoleh menatapnya yang tersenyum seolah merasa senang bisa membaginya denganku, “ada puding juga, aku tidak tahu harus memberinya kepada siapa, jadi kurasa kau pantas mendapatkannya!” ucap Andrew, dan hal itu membuatku merasa senang di sana. “Terima kasih Andrew!” ucapku kepadanya yang kembali tersenyum, “Selamat malam, Sophia!” “Good Night!” Itu lah yang aku ucapkan sebelum akhirnya aku pergi dari sana dan dia kembali menutup pintu apartemennya, pandanganku kini menoleh menatap ke arah puding dan coklat yang ada di tanganku saat ini, “wah … dari bungkusannya ini terlihat mahal!” gumamku seraya masuk ke dalam apartemenku, karena merasa penasaran, aku pun mencari harga dari kotak-kotak coklat serta puding di sana, dan aku hanya bisa ternganga ketika melihat harga-harga itu. “astaga … ini semua mahal!” gumamku, bagaimana tidak? Yang ku dapati darinya adalah Chocopologie chocolate tuffle, Noka Vintages, Delafee, dan Amedei Porcelana yang harganya membuatku hanya bisa menganga. Dan membuatku kini merasa tidak mengerti dengan apa yang ia lakukan di sana, ia membalas kue buatan ibuku dengan coklat yang harganya sangat tidak masuk di akan saat ini, namun di satu sisi aku sangat senang karena mendapatkan coklat mahal yang belum tentu bisa aku beli dengan uangku sendiri. “Wah … dia benar-benar! Aku tidak tahu harus bagaimana, tapi terima kasih banyak … Andrew!” pekikku dengan pelan dan bahkan aku melompat kegirangan di atas kasurku malam itu. Yang tentu saja aku tidka boleh melewatkan kisahku ini dan segera menceritakan hal itu kepada Lisa dan Marilyn, hingga mereka kepanasan dan penasaran dibuatnya, keduanya terus saja bertanya mengenai siapa Andrew itu dan bagaimana orangnya, namun aku sengaja tidak menceritakan Andrew agar setidaknya mereka datang kemari untuk melihat secara langsung bagaimana Andrew itu, aku juga bercerita mengenai Mark dan membuat mereka semakin kegirangan mendengarnya. …
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN