Edward duduk di hadapan Drystan ketika pemuda itu hanya diam sembari berbaring di sofa ruang tamu. Drystan tidak mengatakan apa-apa ketika Edward datang dan hanya meliriknya sekilas. Dilihat dari ekspresinya saja, Edward langsung peka bahwa pemuda di hadapannya itu tengah bad mood, dan tentu saja Edward paham masalahnya. Hanya, ia tidak mengerti mengapa Drystan sampai seperti ini.
“Jadi, mengapa kau merajuk seperti ini? Apa aku melakukan sesuatu yang membuatmu kesal?”
Drystan segera bangun. “Kau! Kau bahkan tidak tahu kesalahanmu?”
“Aku tidak melakukan kekerasan apapun seperti perjanjian kita ‘kan? Lalu apa yang kau permasalahkan?”
“Mengancam dengan kekasihnya? Kurasa itu bukan tindakan yang benar. Itu mungkin pekerjaanmu, dan kau juga mungkin terbiasa dengan hal itu. Tapi aku tidak. Aku tahu apa yang dirasakan olehnya.” Kalimat terakhir diucapkan Drystan dengan suara pelan. Ia mungkin kriminal kelas atas yang selalu dianggap pembunuh berdarah dingin, tapi Drystan sesungguhnya hanyalah pemuda biasa yang kebetulan terlahir dari keluarga tidak biasa.
“Kau juga pernah membunuh orang ‘kan?”
Drystan melebarkan matanya sejenak. “Ya, aku memang melakukannya.” Ia kemudian terkekeh. “Kau mau bilang jika apa yang kau lakukan tidak sekejam perbuatanku? Ya, ya, benar sekali kok. Kurasa harusnya aku sadar diri sebelum menghakimimu.”
“Aku tidak—“
“Kurasa aku akan keluar sebentar.” Potong Drystan.
“Hei tunggu.” Edward menahan pergelangan tangan Drystan sebelum pemuda itu mencapai pintu. “Kau benar-benar marah padaku? Dan kau ingin pergi?”
Drystan menarik tangannya. “Tidak. Seperti yang kukatakan, aku tidak berhak menghakimimu karena perbuatanku sebenarnya jauh lebih mengerikan. Aku hanya ingin jalan-jalan sebentar kok.”
“Kau jelas marah.”
“Tidak, Edward.”
“Kalau begitu kutemani.”
Drystan menggeleng keras. “Dan meninggalkan Pedro sendirian? Kau gila. Di rumah saja, aku hanya ingin berkeliling sebentar.”
“Bagaimana jika bodyguard kakakmu tidak sengaja bertemu denganmu?”
Drystan mengangkat bahu cuek. “Maka aku sedang sial.”
Sebelum Edward sempat untuk kembali bicara, Drystan sudah lebih dulu meninggallkannya. Edward hanya bisa terduduk pasrah dengan kepergian Drystan. Meski ia sangat sadar bahwa pemuda itu tengah marah padanya, dan keluar dari rumahnya dengan alasan berjalan-jalan hanyalah alibi semata.
Ѡ
Drystan memandangi bangunan Red Hand selama hampir lima menit. Ia hanya berdiri diam di depan bangunan itu. Beberapa penjaga di depan memandangnya sengit—karena Drystan memakai masker dan mereka tidak mengetahui siapa dirinya. Tentu saja, bar itu hanya dikhususkan untuk pelanggan kelas atas. Mendapati orang asing berdiri diam selama lima menit dan hanya memandangi bangunan itu pasti akan dicurigai.
Drystan akhirnya berbalik dan lebih memilih untuk mampir ke bar mungil tempatnya pertama kali bertemu Edward. Tak banyak pengunjung, hanya ada beberapa pekerja kantoran yang menikmati minuman keras, dan beberapa muda-mudi yang berkumpul. Drystan duduk pada kursi di depan bartender muda yang langsung tersenyum lebar begitu melihatnya.
“Mojito?” tanya sang bartender.
Drystan melebarkan kelopak matanya sejenak. Pemuda itu bahkan masih ingat dengan pesanannya. Drystan kemudian mengangguk, dan membiarkan pemuda itu menyiapkan pesanannya.
“Kau tahu, aku sudah jarang sekali melihat Mr. Edward datang kemari setelah insiden terakhir kali. Apa kalian bermasalah?” Katanya.
“Tidak.”
Pemuda itu tertawa. “Hal-hal seperti itu sudah biasa kami alami, apalagi karena tempat ini sangat dekat dengan bar elit itu. Kau juga tampak suntuk, sepertinya kau memang bermasalah dengan Mr. Edward.”
Drystan menghela napas. “Tidak, dia tidak ada masalah apa-apa, aku yang sebenarnya bermasalah.” Drystan menegak mojito-nya dengan rakus ketika pemuda bartender itu memberikannya.
“Woah, woah, pelan-pelan, Tuan.”
Drystan menyandarkan wajahnya pada meja dan helaan napas berat berkali-kali. “Aku benar-benar bodoh.” Gumamnya pada diri sendiri. Drystan terus saja menggumamkan kalimat itu bahkan ketika si bartender sudah kembali sibuk dengan pesanan yang lain.
“Ceroboh.”
Drystan menegakkan kepalanya. Suara bisikan familiar dan embusan napas panas di telinga kanannya membuat Drystan reflek menegakkan tubuhnya. Edward berdiri di sampingnya, dengan ekspresi geli.
“K-Kau—“
“Kau benar-benar mudah ditebak.” Katanya.
Drystan memutar bola matanya dan mengabaikan Edward. Pria itu duduk di samping Drystan dan meminta minuman favoritnya seperti biasa. Suasana di antara mereka terasa canggung, atau setidaknya itulah yang Drystan rasakan.
“Katakan, ini yang kau sebut jalan-jalan? Kau lebih seperti sedang merajuk dan meninggalkan rumah hanya untuk berharap bahwa aku akan menjemputmu.”
“HAH? Apa yang kau bicarakan?”
Edward terbahak. “Ternyata memang benar. Kau lucu.”
Drystan mendecih, ia bangkit berdiri. “Tuan, Edward yang akan membayar minumanku.” Katanya licik kemudian segera pergi.
Edward tersedak minumannya. Buru-buru ia menarik dompetnya dan membayar sebelum ia kembali kehilangan Drystan. Bartender yang melayani mereka hanya tertawa canggung menatap kepergian Edward yang berusaha mengejar Drystan ketika pemuda itu telah menghilang di belokan jalan.
“Sungguh, kau masih marah padaku?”
Drystan mendengus. “Sebelumnya aku tidak marah, tapi karena kau mengikutiku, sekarang aku marah. Pulang sana!” usir Drystan.
Edward terkekeh. Ia memandangi wajah Drystan yang tertekuk lucu. Ia baru mengenal pemuda itu mungkin hanya satu bulan atau lebih, tapi Edward rasanya sudah begitu terbiasa dengan kehadirannya. Edward sudah tahu identitas Drystan sejak lama karena begitu terkenalnya kriminal itu di antara jajaran polisi. Memang rasanya tidak adil, ketika banyak bukti telah terkumpul dan cukup untuk menjebloskannya ke penjara, namun hal itu sama sekali tidak dilakukan. Pemuda itu bahkan masih bisa bebas berkeliaran. Pengaruh latar belakang seseorang dan juga uang memang benar-benar menyeramkan.
“Kalau begitu ayo pulang bersama.” Edward menahan pergelangan tangan Drystan.
Drystan segera menepis pegangan Edward. “Sudah kubilang aku ingin jalan-jalan. Lagipula kau harus menjaga Pedro. Kalau dia kabur dan melaporkanmu pada bosnya, kau tahu kehidupanmu tidak akan tenang lagi.”
“Kalau kau sebegitunya mengkhawatirkan aku, maka ayo temani aku menjaga Pedro.”
“Astaga kau ini—“
Drystan melebarkan matanya. Edward mendorongnya hingga punggungnya menabrak dinding bangunan. Gang sepi tempat mereka berdebat terasa semakin senyap. Drystan tidak bisa untuk tidak membeku ketika merasakan dorongan di bibirnya, yang juga dari bibir Edward sendiri. Pria itu menahan pinggangnya dengan tangan kanan, dan telapak tangan kirinya menyentuh pelan pipi kanan Drystan. Drystan tidak tahu harus bereaksi bagaimana, terutama ketika ia merasakan bibir Edward bergerak di atas bibirnya, dan kedua kelopak mata pria itu yang terpejam seolah tengah menikmati.
‘A-Aku berciuman?’ Batin Drystan heboh.
Drystan ikut memejamkan mata ketika pagutan bibir Edward semakin dalam. Tubuh pria itu maju dan menekannya hingga ia semakin merapat ke dinding. Drystan bisa merasakan seluruh aliran darahnya naik ke wajah, dan ia merasa begitu panas. Sungguh, ia benar-benar tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika berada pada situasi seperti itu.
Ѡ