Aaron tidak bersuara sama sekali di dalam mobil. Drystan berada di kursi belakang dengan Aaron yang menyetir. Pengawal-pengawal keluarga Levin lainnya mengekor dengan mobil lain di belakang. Jelas sekali tujuannya ke markas besar. Drystan sudah membayangkan berbagai sekenario terburuk akibat perbuatannya ini. Selama ini, Aaron selalu melindunginya dan berkali-kali merahasiakan kelakuan Drystan dengan harapan Drystan akan merubah kelakuannya. Tapi mungkin, Drystan terlalu terlena dan meremehkan Aaron. Pria itu pasti juga sudah muak dengan Drystan dan memilih mengembalikannya saja kepada Darren.
“Um, Aaron kau tidak benar-benar akan meninggalkanku di markas besar ‘kan?” tanya Drystan takut-takut.
Aaron meliriknya dari balik spion depan. “Aku tidak punya pilihan lain. Kau harus bersama dengan kakakmu.”
“Tapi aku hanya—“
“Aku tidak butuh alasanmu.”
Drystan menghela napas kemudian terkekeh pelan. “Benar juga ya, orang-orang seperti kalian yang sudah terbiasa dengan dunia bawah tidak akan merasa terbebani apapun. Kenapa Darren tidak membuangku saja? Toh aku tidak begitu berharga selain bawahan yang mengerjakan tugasnya. Kurasa, Darren bisa menyewa orang-orang yang jauh lebih profesional daripada pembangkang sepertiku.”
Aaron tidak menjawab apa-apa. Ia mengabaikan Drystan dan berkonsentrasi menyetir. Drystan juga tidak bisa melakukan apa-apa. Sejak ia terlahir sebagai anggota keluarga Levin, ia tidak memiliki banyak pilihan. Sejak kecil diperlakukan berbeda hanya karena ia anak kedua, dan tiba-tiba dijadikan sebagai kriminal yang mengerjakan seluruh pekerjaan kotor organisasi keluarga. Rasanya, Drystan tidak pernah benar-benar mendapatkan apa yang ia inginkan.
Sejak ia mengotori tangannya dengan darah musuhnya, Drystan tidak lagi memiliki pilihan. Kalau pun Darren tidak lagi membutuhkannya, ia tidak akan dengan santai membiarkannya pergi. Drystan memiliki banyak informasi, dan Darren tidak akan membiarkan seseorang dengan informasi penuh berkeliaran begitu saja dan berpotensi menghancurkan organisasi yang dipimpinnya. Drystan sepenuhnya sadar, pilihannya hanya dua; tetap hidup dan menuruti perintah, atau bebas merelakan nyawanya.
Mobil Aaron membelok pada markas besar mereka. Dari luar, bangunan besar itu tampak seperti gudang penyimpanan pabrik, namun dinding-dindingnya begitu kuat dan dilapisi baja sehingga tidak akan bisa diselundupi oleh perampok profesional sekali pun. Di tiap pintu masuk selalu ada dua orang pengawal Darren yang berjaga dengan shotgun yang siap menembak tiap penyusup yang masuk.
Drystan tidak akan bisa mengelak lagi jika Aaron melaporkan semuanya. Ya, sejujurnya ia sendiri juga mengakui jika semua ini adalah kesalahannya. Tapi Drystan tetap tidak menyesal. Jika pun hari ini adalah hari terakhirnya melihat dunia, setidaknya ia tidak menyesal karena sudah cukup bersenang-senang meski tak banyak.
Ruangan Darren ada di lantai dua gedung dengan pengamanan super ketat. Orang-orang kepercayaannya termasuk Aaron yang hanya bisa memasuki ruangan itu. Meski bangunan markas ini tak lebih serupa pabrik dengan pengamanan super kuat, ruangan Darren didesain dengan indah dan nyaman, benar-benar seperti ruangan normal pada umumnya.
Ketika Aaron dan Drystan memasuki ruangan, Darren telah duduk di kursinya dengan kaki menyilang. Tidak ada ekspresi berarti yang bisa Drystan gunakan untuk mengira-ngira apa yang ia pikirkan. Darren hanya menatapnya datar dan entah mengapa hal itu malah mengganggu mental Drystan.
“Kalian semua bisa keluar.” Perintah Darren. Aaron dan empat orang lain yang berada di ruangan Darren mengangguk patuh dan segera keluar.
Sepeninggal anak buahnya, barulah Darren mengeluarkan ekspresi. Ia menghela napas berat dan mengusap wajahnya. Jelas, hal itu bukan pertanda yang bai untuk Drystan.
“Aku kira aku sudah cukup memperingatimu.” Ujarnya tajam.
Drystan melirik kakaknya, meski dalam hati ia ciut, Drystan tetap tidak mau menunjukkannya. Dia berusaha keras menatap mata kakaknya karena jika hanya dengan menatap mata saja ia tidak berani, maka Drystan tidak cukup kuat dan ia benci itu.
“Aaron mengadukanku?” Drystan tertawa. “Dasar orang tua pengadu.”
“Kukira kau sudah cukup diajari sopan santun.” Sindirnya.
Drystan mencebik. “Kalau kau lupa, ayah dan ibu tidak pernah mengurusku. Orang yang selalu mendapatkan seluruh perhatian ayah dan ibunya tidak akan mengerti tentangku.”
“Kau iri?”
Drystan merasakan tekanan kuat di dadanya. Ingin sekali ia meneriaki kakaknya bahwa ia menginginkan terlahir di posisinya. Terlahir dengan latar belakang keluarga mafia sudah cukup menjadi tekanan untuknya, dan lagi kedua orang tuanya seolah menganggapnya tidak ada dan menitipkannya pada sang paman yang sama sekali tidak bisa disebut sebagai seorang pengasuh yang baik. Jika memang mereka hanya menginginkan penerus tunggal, kenapa pula ia tidak digugurkan saja sebelum dirinya lahir. Drystan kira, dengan uang ayahnya yang tidak terhitung itu, menggugurkan janin tanpa risiko kematian sang ibu bukanlah perkara sulit.
“Dulu mungkin iya, tapi aku sudah terbiasa kok, jadi tidak perlu khawatir.”
“Kenapa kau tidak menuruti perintah Aaron?”
Drystan menaikkan sebelah alisnya. “Untuk? Kalian semua hanya mengekangku setiap waktu. Ayolah, aku tidak meminta apapun darimu selama ini ‘kan? Aku selalu menurut dengan semua perintahmu dan menerima apa saja yang kau mau. Setidaknya, berikanlah sedikit kebebasan untuku.”
Darren mengusap wajahnya lelah. “Kau sudah dewasa Drystan, mengapa kau bertingkah tanpa memikirkan risikonya? Aku melarangmu untuk bergaul dengan orang asing untuk kebaikanmu.”
“Oh? Tapi aku tidak merasa baik.”
“DRYSTAN!”
Darren tampak sangat marah sekarang. Drystan bisa melihatnya sejelas ia melihat wajah Darren. Tidak mengejutkan karena Drystan selalu membantah apapun yang dikatakan oleh Darren. Drystan tidak benar-benar ingin membantahnya, tapi setiap kalimat yang keluar dari bibir Darren selalu membuat telinganya gatal dan reflek melontarkan bantahan. Drystan tidak merasa mendapatkan keuntungan apapun berada di keluarga ini.
Darren mencengkram kerah kemeja Drystan dan memaksanya mendongak. “Kau akan tinggal di markas bersamaku.”
“Hah? Tidak aku tidak—“
“Aku tidak menerima bantahan. Aaron akan mengemasi barang-barangmu dan membawanya kemari.”
Darren tidak melepaskannya. Ia menyediakan satu ruangan lagi yang ditata dengan rapi seperti ruangannya. Drystan tidak tertarik dengan ruangan bagus, tetap saja ia tinggal di markas besar dengan banyak sekali pengawal. Aaron mungkin bisa ia tangani, tapi di sini, Drystan sama sekali tidak memiliki kuasa.
Ketika Drystan berjalan keluar dari ruangan bersama Darren, bawahan-bawahannya menatapnya dengan pandangan menjijikan. Tidak ada yang pernah melihat Drystan secara langsung kecuali bawahan-bawahan kepercayaan Darren seperti Aaron, maka tak heran jika mereka terus memandangi Drystan seolah tengah melihat orang asing.
Seluruhn anggota organisasi milik Darren memiliki penampilan tak bersahabat dan menyeramkan, sama saja seperti Aaron. Tetapi Aaron memiliki sifat seperti seorang ayah, makanya Drystan tidak begitu risih berada di sekitarnya. Orang-orang di markas jauh lebih menyeramkan. Drystan benar-benar tidak nyaman. Tatapan mereka bukan sekadar tatapan kepada orang asing, tapi Drystan menyadari seluruh tatapan itu, dan ia seketika merasa mual.
Ѡ