Awal Kehancuran
Shania Gutov merupakan putri tunggal Abraham Gutov dan Miranda Gutov. Miranda Gutov meninggal dunia 19 tahun lalu ketika melahirkan Shania akibat pendarahan pasca melahirkan Shania kecil hanya bisa melihat foto-foto mendiang mommynya itu dalam beberapa album yang tersimpan rapi oleh daddynya Abraham.
Semenjak kematian istrinya Miranda, Abraham tidak berniat menikah lagi. Ia ingin fokus merawat putri cantiknya hingga menjadi orang sukses dan menikah dengan pria yang mampu menjaga dan memenuhi semua kebutuhannya. Abraham sangat menyayangi Shania. Semua keinginan Shania pasti ia penuhi bagaimanapun caranya.
Beranjak remaja Shania hidup bergelimangan harta. Ia tidak pernah merasakan apa namanya itu kesusahan. Abraham selalu memberikan kemewahan untuk Shania lengkap dengan segala fasilitasnya. Semua itu diberikan Abraham agar Shania tidak pernah merasakan kekurangan sedikitpun.
Diberi kemudahan sejak kecil membuat Shania tumbuh menjadi gadis yang manja dengan perilaku yang buruk.
Terdengar bunyi langkah kaki menuju ruang kerja Abraham..
Brak !!!
Pintu ruang kerja Abraham terbuka membuat Abraham sontak memegang dadanya kaget.
Daddy, belikan aku mobil Bugatti Veyron. Soalnya si Katty jelek itu sudah punya mobil itu dad. " rengek Shania sambil berjalan mendekati meja kerja daddynya.
Abraham melepaskan kacamata kerjanya dan menatap putri cantiknya itu..
" tapi mobilmu kan masih bagus sayang, dan baru tahun kemaren daddy belikan." ucap Abraham dengan nada lembutnya.
" Tapi dad, Shania mau mobil baru. Shania tidak mau kalah dari si Katty jelek itu. Semua teman-teman Shania memuji Katty terus dan itu buat telinga Shania panas dad." ucap Shania yang telah berdiri di depan Abraham.
Abraham tidak habis pikir dengan alasan Shania meminta untuk dibelikan mobil mewah limited edition Bugatti Veyron dengan harga jutaan dollar hanya untuk pamer dengan teman-temannya.
" Begini sayang, kalo saat ini daddy belum bisa belikan mobil baru. Tapi daddy janji akan membelikannya sekitar dua tahun lagi. Bagaimana ?"
Apaaa !!!
teriakan Shania membuat Abraham terkejut untuk yang kedua kalinya. Jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya.
Shania melebarkan mata pada daddynya. Apa daddynya sekarang menjadi pelit sehingga tidak mau membelikannya mobil baru. Biasanya daddynya ini selalu memberikan apa yang diinginkan Shania. Kenapa sekarang daddynya berubah.?" batin Shania.
" Pokoknya Shania ingin mobil baru sekarang. Daddy belikan atau jangan bicara lagi dengan Shania". amuk Shania berlalu dari hadapan Abraham.
Abraham hanya geleng-geleng kepala dan memegang pangkal hidungnya untuk meredakan sakit kepalanya yang mendadak pening.
Dengan kesal Shania pergi meninggalkan ruang kerja daddynya dan mengurung dirinya dikamar sepanjang hari. Ia tidak ingin keluar dari kamarnya.
Para maid di rumahnya kewalahan membujuk Shania untuk makan karena nona mereka telah melewatkan makan siang dan makan malamnya.
Saat ini Shania dalam modus " merajuk ". Ia tidak akan keluar kamar hingga keinginannya tercapai.
" Sayang, tolong buka pintunya. Dari kemaren kamu belum makan nak, nanti sakit " ucap Abraham dari luar kamar Shania.
" Ini sudah pagi sayang dan bukannya sekarang jadwal ujian di kampusmu. Ayo keluar nak !! ucap Abraham yang mulai frustasi akan tingkah putrinya ini.
Tidak ada sahutan dari dalam kamar putrinya yang menandakan putrinya ini masih marah padanya dikarenakan ia belum mau membelikan Shania mobil baru. Abraham memegang dadanya yang terasa nyeri. Kepalanya sedikit menunduk dan menggenggam knop pintu kamar Shania dengan kuat. Keringat dingin mulai bercucuran di wajahnya yang tidak lagi muda.
Bi Maryn merasa iba sekaligus cemas melihat majikannya itu dan segera menghampiri majikannya.
" Tuan, anda tidak apa-apa ?" tanya Maryn khawatir.
Abraham mengangkat wajahnya dan menatap Maryn. Pelayan yang begitu setia terhadap keluarganya sejak awal pernikahannya dengan mendiang Miranda dan memperlakukan Shania layaknya putrinya sendiri.
Abraham menggelengkan kepalanya menandakan ia tidak apa-apa.
" Maryn, tolong kau bujuk lagi Shania untuk keluar kamar dan makan. Aku takut putriku jatuh sakit ". ucap Abraham yang sudah berdiri tegap.
" Baik tuan, saya akan membujuk nona Shania lagi. Tuan jangan khawatir " ucap Maryn sopan.
Abraham mengangguk dan berjalan meninggalkan kamar Shania.
Abraham akan pergi ke kantor dan pada saat ia akan membuka pintu mobilnya di bagasi telponnya berbunyi.
" Hallo, dengan siapa ini ? tanya Abraham tanpa basa-basi mengangkat telpon dari nomor yang tidak dikenal.
" Apa kabar Mr Abraham, pimpinan cabang perusahaan NT Coorporation wilayah timur". ucap seseorang dengan nada dinginnya.
Sontak wajah Abraham memucat seakan aliran darahnya berhenti mendadak.
Ia tahu siapa yang menelponnya sekarang dan cepat atau lambat ia akan mendapatkan balasan atas perbuatannya.
" Apa kau sudah menghabiskan uangku untuk keperluan pribadimu ?". tanya seseorang diseberang telpon dengan nada intimidasinya.
" Aku tidak akan mengampuni orang-orang yang telah berbuat curang di perusahaanku dan kau beserta keluargamu akan menanggungnya " ancam pemilik perusahaan NT Coorporation tersebut.
Sambungan telpon terputus dari sebelah pihak dan meninggalkan Abraham dengan wajah ketakutannya.