Tragis

1531 Kata
*** Di dalam kamar, Shania sedang menangis tersedu-sedu. Matanya sudah bengkak dengan tisu yang berhamburan di atas kasurnya. laptop yang sejak kemaren selalu menyala menampilkan drama sedih yang membuat perasaannya hanyut dalam alur cerita drama tersebut. Yaa, putri cantik Mr. Abraham ini sejak kemaren sibuk dengan drama yang ditontonnya. Alur cerita dengan tokoh utama seorang gadis cantik dengan keluarga yang dulu kaya raya dan memiliki segalanya harus berakhir dengan derita dan nestapa. Sang tokoh utama dipaksa bekerja menjadi kupu-kupu malam karena keluarganya memiliki banyak hutang pada bos mafia. Kekasih dan teman-teman terdekatnya menjauh ketika sang gadis tersebut tidak lagi kaya raya. Seakan tidak pernah mengenalnya ketika bertemu di jalan. Padahal sang gadis sering mengajak teman-temannya hang out bersama dan berakhir makan di restoran mahal dan itu semua dibayar cash oleh sang gadis. Di depan matanya juga, ia harus melihat sang kekasih menggandeng wanita lain. Sang kekasih mencampakannya seperti seonggok sampah yang tak berharga. Ooh, betapa malangnya nasib gadis sang tokoh utama, ia harus bekerja untuk melunasi utang-utang keluarganya yang menggunung. Di tempat kerjanya pun, ia banyak mengalami siksaan dari bos dan para pelanggannya. Ia tidak berdaya dan tidak punya kekuatan untuk melawan. Shania merenung jika seandainya ia menjadi gadis itu pasti Shania tidak akan sanggup melewati berbagai cobaan itu. Ia lebih memilih bunuh diri dari pada menjadi miskin tanpa harta. Shania mengelap air matanya dan ia berpikir sejenak. " Apakah nasibnya akan sama dengan sang tokoh utama jika ia tiba-tiba saja bangkrut?" " Apa Steve dan teman-temannya akan menjauh jika ia tidak lagi kaya?" batin Shania yang mulai dilanda gelisah. Tak lama kemudian raut wajah Shania yang awalnya gelisah berubah menjadi senyuman yang manis. " Mana mungkin ia jatuh miskin, daddynya sangat kaya dan memiliki banyak aset berharga" ucap Shania penuh bangga. " Walaupun daddynya hanya pimpinan cabang di perusahaan tapi daddy termasuk orang yang giat bekerja menghasilkan uang untuk perusahaan dan perlu diingat jika daddynya bekerja di perusahaan terbesar di kota ini, pastinya penghasilannya juga besar. Shania berpikiran positif untuk menyenangkan dirinya sendiri. Pemikiran itulah yang membuat Shania selama ini mejadi boros membelanjakan uang yang rutin di tranfer oleh daddynya. Terkadang Shania meminta uang lebih pada daddynya untuk membeli barang-barang branded hanya untuk mengikuti trend anak muda zaman sekarang. Sejak kemaren Shania mendengar jika daddy dan bi Maryn memanggilnya tapi Shania mengabaikan panggilan mereka. Ia memang belum makan dari kemaren tapi ia punya stock makanan ringan dan air putih dikamarnya. Jadi ia belum merasa lapar. Setelah menuntaskan drama yang ditontonnya, Shania bergegas mandi untuk membersihkan dirinya. Ia akan ke dapur untuk makan makanan yang dimasak oleh bi Maryn. Menurut Shania hanya masakan bi Maryn yang sesuai lidahnya dibandingkan koki pribadi keluarga mereka. " Bii, bibi buatkan aku makanan," perintah Shania yang sedang berjalan menuju dapur. Shania tampak segar dengan t-shirt kuning dan jeans pendek setengah lututnya. Rambut coklat panjangnya dibiarkan terurai menambah kesan manis pada wajah cantiknya. " Iya non, " sahut bi Maryn di dapur. Bi Maryn bernafas lega akhirnya nona mudanya keluar kamar untuk makan. Shania telah duduk di meja makan menunggu sedangkan bi Maryn mulai memasak makanan kesukaan Shania. Ayam goreng tepung lengkap dengan acar. Makanan yang tergolong simple dan murah. Sembari menunggu makanannya, Shania membuka handphonenya. Ada notifikasi dari Steve dan grup pertemanan Shania. Ia membuka pesan dari Steve kekasihnya yang menanyakan kenapa ia hari ini tidak masuk kuliah ? Shania membalas pesan Steve sambil senyam-senyum. Kekasihnya ini sangat perhatian padanya. Pesan selanjutnya di grup pertemanannya. Shania membaca dari atas sampai ke bawah dan ia mendengus malas. Teman-temannya ini selalu mengabarinya jika mereka akan pergi makan dan pada akhirnya Shania lah yang membayar semua tagihan makanan mereka. " ini non dimakan " ucap bi Maryn meletakan nasi dan sepotong ayam tepung di depan Shania. Tak lupa dengan acar dan minumannya. Bi Maryn segera pergi setelah selesai menghidangkan makanan pada nona mudanya. Ia tahu kalau keluarga Mr. Abraham memiliki kebiasaan jika berada di meja makan tidak boleh ada yang bersuara karena menurut mereka itu tidak sopan. Bi Maryn segera menghubungi Mr. Abraham untuk mengabari jika nona muda sudah keluar kamar dan makan. Bi Maryn mencoba menelpon sekali lagi setelah panggilan pertama tidak di angkat oleh tuannya. Tetap masih tidak ada jawaban dari tuannya dan bi Maryn berpikir jika tuannya pasti sedang sibuk dan ia memutuskan kembali ke dapur untuk melihat nona mudanya. Shania telah menghabiskan makanannya dan sekarang perutnya sudah kenyang. Terdengar keributan di depan rumahnya. Shania segera pergi dari dapur dan ingin melihat apa yang sedang terjadi di depan rumahnya. " Ada apa ini " tanya Shania panik melihat 8-10 orang berbadan besar sedang marah-marah dengan 2 orang penjaga rumah Shania. Salah satu dari orang berbadan besar itu menghampiri Shania dan menunjukan selembar surat jika rumah beserta isinya disita dan meminta mereka untuk segera pergi dari sini tanpa membawa apapun. Shania melebarkan matanya tidak percaya dan membaca surat yang di pegang oleh orang bertubuh besar itu. Dengan emosi Shania merobek surat tersebut dan memaki para pria bertubuh besar itu. Terjadi aksi tarik menarik di rumah Shania dan pada akhirnya Shania beserta para pekerja dirumahnya diseret keluar dari kediaman Mr. Abraham. Shania belum bisa mencerna apa yang sedang terjadi padanya saat ini. Semua orang sekarang berdiri didepan rumah Shania tanpa membawa apapun. Pintu pagar rumahnya digembok oleh orang-orang bertubuh besar itu. Bi Maryn baru saja menghubungi Mr.Abraham dan Bi Maryn mencoba menenangkan para pekerja dan memberi pengertian tentang kondisi Mr. Abraham. Bi Maryn menyuruh mereka untuk mencari pekerjaan lain. Para pekerja satu persatu pergi dan meninggalkan kediaman Mr. Abraham. Bi Maryn melihat Shania terdiam memandangi rumah megahnya. Bi Maryn membisikan pada Shania jika Mr. Abraham saat ini sedang berada di rumah sakit karena serangan jantung. Bi Maryn mengajak Shania untuk ke rumah sakit melihat keadaan daddynya tapi Shania tidak merespon dan hanya diam. By Maryn pergi meninggalkan Shania yang larut dalam lamunannya. Shania tidak pernah membayangkan jika kehidupannya akan berubah 180 derajat. Kehidupan mewahnya dulu telah hilang tanpa bekas. Ia tidak menyangka bahwa selama ini daddynya melakukan tindakan penggelapan uang di tempat kerjanya sehingga presdir perusahaan itu murka dan menyita semua aset milik daddynya. Tiga mobil mewah dan rumahnya telah disita guna membayar kerugian yang diakibatkan oleh daddynya. Shania ingin marah pada daddynya tapi urung ia lakukan karena daddynya mendapatkan serangan jantung dan sekarang dirawat dirumah sakit. Teman-teman Shania pernah bertanya padanya tentang penghasilan daddynya perbulan?? Kenapa daddynya begitu kaya padahal hanya menjabat sebagai kepala cabang di perusahaan dan bukan pemilik perusahaan. Shania juga merasa heran dengan penghasilan daddynya yang mampu membelikannya barang-barang mewah tapi ia tidak mau ambil pusing dari mana daddynya mendapatkan uang itu. Shania berdiri didepan rumahnya dengan tatapan nanar. Sejumlah bayangan tentang rutinitasnya sehari-hari dirumah ini terlintas dalam ingatan Shania. Sejak kecil ia telah menempati rumah ini bersama daddy. Begitu banyak kenangan dirumah ini sehingga membuat Shania tak rela harus pergi dari kediamannya. Rumah yang menjadi tempat ternyaman Shania dan menghabiskan waktu bersama daddynya tak bisa lagi ia lakukan. " Hai gadis kecil, kenapa berdiri disini??" pergi sana!!" usir pemilik suara. Shania melihat ke kiri dan ke kanan untuk mencari sumber suara dan ketika ia melihat kebelakang betapa kagetnya ia. Pria tampan berjas hitam berjalan mendekatinya dengan dua orang yang menurut Shania itu bodyguardnya sang pria tampan tersebut. Kedua tangannya dimasukan kedalam saku celananya menambah kadar ketampanannya. Shania sempat terpesona dengan ketampanannya tapi ketika pria itu mencoba mengusirnya, Shania berfikir jika pria ini adalah pria kasar dan arogan. " Tidak mau, siapa kau berani-beraninya mengusirku dari sini ?" tantang Shania. Shania tidak takut dengan pria tampan di depannya. Salah satu bodyguardnya membisikan sesuatu di telinga tuannya. Tak lama kemudian pria itu mengangguk-anggukan kepalanya tanda ia mengerti suatu hal. "Ooo, jadi ini anak dari Abraham yang mengambil uangku" kata pria tampan itu sambil melihat Shania dari atas sampai ke bawah seolah sedang menilai penampilan Shania. " Apa maksudmu ?" tanya Shania bingung. " Coba kau pikir, gadis kecil ?" seorang kepala cabang di perusahaanku memiliki aset kekayaan fantastis yang sangat jauh dari gaji perbulan yang ia dapat. Kalo bukan mengambil uang perusahaanku jadi apa namanya?" tanya Alan Hugos yang merupakan presdir perusahaan NT Coorporation tempat Mr. Abraham bekerja. Sejenak Shania terdiam, mencerna kalimat yang tadi di ucapkan pria didepannya ini. " Jadi selama ini daddynya mengambil uang perusahaan?" Shania membatin. " Daripada kau melamun disini, lebih baik kau pergi saja," usir Alan dengan nada tegasnya. " Kenapa tidak kau saja yang pergi, aku disini apa masalahmu, dasar sinting " ucap Shania berang. Alan dan kedua bodyguard sontak melebarkan ke dua mata mereka. Sama sekali tidak menyangka jika gadis kecil didepan mereka ini berani membentak mereka. " Berani-beraninya kau membentakku gadis kecil ?" Balas Alan dengan murka Kedua bodyguard Alan langsung mundur dua langkah ketika bos mereka mulai menampakan kemarahannya. Shania melipat kedua tangannya di d**a. Ia tampak tidak takut akan kemarahan dari bos mafia yang paling ditakuti di kota ini. Alan mendekat dan langsung mencengkram pipi Shania dengan kasar. Shania meringis kesakitan tapi tatapan matanya tajam dan tidak gentar akan perilaku Alan padanya. " Menarik " ucap Alan sambil menyeringai. Alan mengakui jika gadis ini cukup berani dan sepertinya Alan tertarik untuk menjadikannya mainan barunya. " Ayo gadis kecil, kita bermain " dengan seringaian m***m Alan langsung menggendong Shania seperti karung beras menuju kediamannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN