"Selamat pagi Mami." sapa Alden pada Magdalena dan mengecup pipinya.
"Selamat pagi Boy ayo sarapan. Adikmu mana?"
Alden mengedikkan bahunya tanda jika dia tidak tahu adiknya dimana. Lagian mana sempat Alden mengurus adiknya satu itu. Bocah yang selalu membuat Alden emosi tingkat dewa setiap jam.
"Ngapain sih Mami nyariin dia, anak tengil kayak gitu aja dicariin." dengus Alden.
Magdalena tersenyum dia tahu betul sikap anak pertamanya yang pencemburu. Dari dulu Alden memang tidak ingin memiliki adik, tapi saat itu Magdalena sedang hamil anak kedua saat Alden berusia tiga tahun.
Alden berpikir jika dia memiliki adik, maka Maminya ini akan sayang dengan adiknya dan dia akan dilupakan. Hal itulah kenapa Alden tidak menyukai adiknya. Maminya adil dalam hal segala bidang, tapi bagi Alden tetap saja Maminya belum adil sepenuhnya.
"Enak aja lo bang ngatain gue. Gini-gini gue juga adik lo." sahut Aiden Mikhael Jonathan, adik dari Alden Raphael Jonathan.
"Setannya nongol."
"Mi abang nah.." rengek Aiden pada Magdalena.
Magdalena hanya tersenyum dia pun menatap kedua anaknya yang gak pernah akur. Tapi bukan berarti mereka musuhan ya, walaupun sering bertengkar tapi mereka saling melengkapi dengan kasih sayang.
"Udah dong jangan berantem terus, Mami sedih dengarnya." lerai Magdalena.
Dan benar saja dua pria dewasa itu langsung diam dan menikmati sarapannya. Satu persatu anggota rumah ini pun turun dan ikut makan bersama. Dari Papi Jonathan, dan juga kedua orang Jonathan yang masih hidup. Sedangkan kedua orang tua Magdalena sudah meninggal dua tahun yang lalu, akibat kecelakaan pesawat.
"Al selesai makan temui Papi di ruang kerja Papi." ucap Jonathan tegas membuat Alden mengangguk.
Alden berpikir kesalahan apalagi yang dia buat. Tapi seingat nya tidak ada kesalahan apapun setelah dia menikah. Maksudnya Alden tidak berulah sama sekali selama ini, dan kenapa dia harus datang ke ruangan Papinya ini.
Ruangan yang menurut Alden dan Aiden cukup ngeri. Ini sudah seperti ruang bimbingan konseling, yang memiliki coretan hitam di setiap buku, alias kenakalan remaja. Kalau ruangan Jonathan, hampir sama dengan itu tapi lebih ke jalur neraka. Tidak memiliki kesalahan, atau kadang salah satu nama saja rasanya Alden dan Aiden ingin bunuh diri.
Selesai makan Alden segera mengekor di belakang Jonathan. Perasaannya tidak enak, dia jadi berpikir kalau Jonathan tahu jika dirinya sudah menikah diam-diam. Tapi kalau di pikir tidak mungkin juga, Kevin tidak mungkin mengkhianatinya sampai saat ini.
Alden duduk berhadapan dengan Jonathan. Matanya menatap bola mata Jonathan dan mencari tahu apa yang terjadi. Tapi bukannya menemukan sebuah keganjalan, Jonathan malah melempar sebuah map ke arah Alden.
"Apa ini?" tanya Alden heran, tangannya terukur mengambil map itu dan membacanya.
Matanya membulat seketika saat tau isi dari map itu, "Papi ini nggak bener." bela Alden.
"Jangan sampai Papi sita semua fasilitas kamu ya Al." ancam Jonathan.
"Papi nggak percaya sama Al? Ini bukan Al, Pi."
"Terus siapa kalau bukan kamu?"
Orang buta pun akan tahu, dari postur tubuh bagian belakang saja Jonathan tahu jika itu adalah anak pertamanya. Mana mungkin Jonathan sampai salah lihat akan hal ini.
Di dalam map ini terdapat sebuah foto Alden berdua dengan wanita p*****r. Alden tidak mengelak jika itu dia, tapi bagaimana bisa foto ini ada di tangan Jonathan. Foto ini sebelum Aldden menikah, dan Alden juga masih ingat saat dia mabuk berat, ketika Chika menikah dengan pria lain. Jadi foto ini sudah lama sekali, beberapa bulan yang lalu kalau tidak salah.
"Pi…"
"Kamu cuma bilang, iya apa nggak Alden. Jangan sampai kamu mengkhianati dia ya Alden."
Alden pasrah dia mengaku jika di dalam foto itu dirinya. Tapi foto itu sudah diambil cukup lama dan kenapa fotonya baru sampai di tangan Jonathan sekarang?
"Salah satu suruhan Papi yang ngasih itu foto. Dan wanita itu meminta bayaran atas foto kamu. Papi nggak masalah kamu mau apa, tapi jangan seperti orang gila macam ini. Kasihan calon istrimu kena sisa."
Alden mendengus dia pun langsung menutup map itu dan segera pergi. "Udah ya Pi, Al mau berangkat kerja dulu." pamitnya dan berlalu tanpa menunggu jawaban Jonathan.
-SecretWife-
Kaleena menatap sebuah mobil mewah berwarna hitam, baru saja keluar dari rumah mewah. Rumah uni cukup luas dari segi samping sampai belakang mungkin bisa dibilang seperti lapangan bola, sangat luas.
Walaupun tidak pernah menaiki mobil itu, Kaleena tahu jika mobil hitam itu adalah mobil Alden. Tadi wanita itu sempat mencari tahu siapa Alden, karena Kaleena hanya tahu jika Alden adalah pengusaha sukses yang sedang mencari sugar baby. Dan ternyata dua terlahir dari orang kaya, rumah yang mewah dan luas. Tapi kenapa juga Alden tidak mengajak Kaleena untuk tinggal di rumahnya? Dan malah meminta Kaleena untuk tinggal di apartemen.
"Kalau dilihat rumah laki lo gede juga Leen." Tiara sejak tadi menang memperhatikan rumah mewah ini. Entah berapa luas rumah ini, tapi Tiara yakin kalau pun bermain sepak bola tidak memerlukan lapangan lagi.
"Gue baru tau ini rumah malahan." ucap Kaleena.
Tiara menoleh bingung menatap wanita di sampingnya dengar haran, "Ha yakin lo?"
"Tampang gue keliatan boong apa?" ucap Kaleena sewot.
Tiara mengangguk paham, dia pun menatap rumah ini dengan teliti dan tersenyum kecil. Lalu membisikkan sesuatu pada Kaleena, agar Kaleena bisa tinggal di rumah mewah ini bersama dengan keluarga Alden.
"Ra lo yakin? Maksud gue nggak harus jadi pembokat juga kan! Ya kali gue jadi babu di rumah mertua gue." ucap Kaleena tidak percaya.
Bagaimana dia bisa percaya kalau mendadak Tiara meminta Kaleena untuk menjadi pembantu dirumah Alden. Pertama Kaleena belum siap jika Alden akan marah. Kedua Kaleena juga belum siap jika harus tinggal bersama dengan keluarga Alden. Dia masih terbayang film semalam yang dia lihat tentang Istri yang ditindas mertuanya.
Kaleena jadi berpikir bagaimana reaksi keluarga Alden jika tahu jika Kaleena adalah istri Alden. Apa mereka akan menerima Kaleena dengan senang hati, atau mungkin malah menyiksa Kaleena dengan kejam.
"Anjir yang penting lo tau kegiatan suami lo kayak apa. Niat nggak sih lo bikin suami lo jatuh cinta sama lo?" ucap Tiara gemas.
"Ya niat, tapi nggak harus babu juga kali Ra."
"Heh bangke, tinggal nurut apa susahnya sih. Lo jarang lihat film ya, kalau buat suami jatuh cinta itu dimulai dari masakan."
"Emang tampang cantik doang kurang apa?"
Dengan gemas Tiara langsung menoyor kepala Kaleena. Hingga Tiara meminta sopir taksi ini untuk pergi ke sebuah toko baju. Entah setuju atau tidak tapi Kaleena harus melakukan hal ini.
Membeli banyak baju biasa, dan juga barang-barang KW premium, dan juga style yang diinginkan Kaleena. Tak lupa juga make-up, wanita itu tidak bisa jauh dari make-up, jadi hal ini tidak boleh terlupakan.
"Sekarang lo tinggal ganti baju lo sama kaos sama jeans ini aja, jangan bagus-bagus lo ngelamar jadi babu soalnya."
Kaleena mendengus dia pun keluar taksi dan masuk ke kamar mandi di pom bensin. Mengganti bajunya dengan baju yang dipilihkan oleh Tiara, setelah itu kembali ke taksi dan menuju rumah Alden.
Dengan jantung yang berdebar kencang Kaleena pun turun dari mobil. Ditatapnya gerbang mengulang tinggi di depannya, dengan Tiara yang terus menunjuk gerbang rumah mewah ini.
Kaleena tampak ragu dia hanya takut jika Alden marah. Tapi peduli setan dengan hal itu, dengan berani Kaleena pun memencet bel pagar ini tidak sabaran, dan membuat satpam rumah ini langsung menghampiri Kaleena.
"Cari siapa Neng?" tanya satpam ini bernama Tius.
"Maaf ya Pak, saya datang kesini mencari pekerjaan. Kata tetangga sebelah rumah ini lagi cari pembantu." ucap Kaleena
Tius tampak bingung dia pun langsung menatap Kaleena dengan memicing. Pasalnya walaupun majikannya mencari pekerjaan rumah, atau pembantu pasti dia kana msmberutaju Tius lebih dulu. Pasalnya majikannya tidak memberitahu apapun
"Ha Neng berita dari mana? Perasaan majikan saya nggak cari pembantu." jawab Tius.
"Mask sih Pak saya ditipu. Saya dari kampung lho Pak. Coba deh Bapak tanyain majikan Bapak dulu, siapa tau menang lagi cari pembantu."
"Bentar saya tanyakan dulu ya, kamu tunggu disini."
Tius pergi, dan membuat Kaleena mendengus. Pasalnya kalau dia diizinkan masuk mungkin akan lebih elit. Tapi sayangnya Kaleena suruh menunggu di luar, di bawa terik matahari yang bersinar cerah. Mata Kaleena berkunang-kunang, dan semoga saja Kaleena tidak pingsan.
Tapi sayangnya semua tampak gelap di mata Kaleena, dan membuat Kaleena tidak sadarkan diri.
-SecretWife-
Alden melirik jam tangannya yang menunjukan pukul dua belas siang. Dia pun memilih pergi ke apartemen Kaleena berniat untuk mengajaknya makan siang. Namun sayangnya, Kaleena tidak ada dan kata pembantu yang dia sewa, sejak pagi Kaleena pergi dan belum kembali.
Dimana wanita itu? Kenapa wanita itu pergi tanpa memberitahunya lebih dulu?
Akhirnya Alden memilih untuk pulang kerumah, ada berkas yang penting saat dia berangkat tadi. Dan mungkin saja Alden bisa menikmati makan siang bersama dengan Magdalena.
Dengan cepat Alden langsung meninggalkan apartemen mewah ini dan pulang. Tidak butuh waktu lama, karena rumah dan apartemen ini hanya menempuh waktu lima belas menit.
Sesampainya di rumah Alden segera turun, dia pun menatap rumah ini yang terbuka dan juga ramai. Ada apa? Pikir Alden.
Segera Alden berlari kecil memasuki rumah. Ditatapnya semua orang tampak panik, dan mengerumuni seseorang di ruang tamu.
"Mami…" panggil Alden.
Magdalena yang dipanggil pun menoleh dia pun menghampiri Alden dan meminta Alden untuk menelpon dokter keluarga mereka.
"Ada apa sih Mi, pake telepon Dokter segala?" tanya Alden bingung.
Magdalena menjelaskan jika tadi di depan rumah ada wanita yang melamar bekerja di rumah, tapi wanita itu pingsan dan hampir setengah jam belum sadarkan diri. Magdalena khawatir jika terjadi apapun dengan wanita itu, apalagi kulit nya memerah seperti kepiting rebus.
Alden yang melihat Mami-nya panik segera menelpon Dokter keluarganya. Entah wanita mana yang membuat Mami-nya sepanik ini, hingga merepotkan banyak orang.
Tak butuh waktu lama Dokter yang di telepon Alden pun datang. Magdalena segera meminta Dokter itu untuk memeriksanya.
Karena penasaran Alden pun menerobos banyak orang yang mengerumuni wanita pingsan ini. Bahkan dia tidak diberi oksigen untuk bernafas. Tapi saat di depan wanita itu, mata Alden mendelik sempurna saat tahu siapa yang pingsan di rumahnya.
"Ini dia kenapa ada disini?" ucap Alden tanpa sadar dan mengundang banyak perhatian.
"Al kamu kenal dengan wanita ini?" tanya Magdalena yang mendengar ucapan Alden barusan.
Alden menggeleng cepat, jangan sampai Mami-nya tahu kalau dia sudah menikah dengan wanita yang saat ini pingsan di depan rumahnya. Tapi untuk apa juga wanita ini ada di rumahnya?
"Bu Magda, perempuan ini baik-baik saja, mungkin dia pingsan karena belum makan. Dan warna merah di kulitnya itu dia hanya terlalu lama terpapar sinar matahari." jelas Dokter Simon.
Magdalena mengangguk paham, lalu meminta bantuan pada maid untuk membuat wanita ini bangun.
"Tidak ada luka serius, saya hanya akan memberi vitamin saja ya Bu agar merah-merahnya hilang."
Dokter Simon menulis resep dan dia berikan pada Magdalena. Lalu meminta Dom sopir rumah ini untuk menebus obat itu dengan segera. Dam meminta pembantu rumah ini untuk mengoleskan minta di hidung wanita itu.
Beda lagi dengan Alden yang tidak bisa berbuat apapun. Dia hanya diam menatap wanita di depannya dengan bingung. Banyak pertanyaan yang bersarang di otaknya tentang kedatangan wanita itu di rumahnya.
Cukup lama akhirnya wanita itu bangun dari pingsannya. Mengetahui hal itu Magdalena langsung memberikan wanita itu minum.m, agar dia kembali pulih.
"Nak kamu nggak papa?" tanya Magdalena lembut.
Wanita itu menggelengkan kepalanya dengan cepat. Dia pun duduk dengan rapi dan sedikit meremas kepalanya, tanda jika kepalanya masih sedikit pusing. Belum lagi pandangannya juga sedikit kabur, maklum wanita itu mengidap penyakit darah rendah.
"Masih ada yang sakit? Tante panggilan Dokter ya." ucap Magdalena khawatir.
Wanita itu menggeleng, dan mendongak menatap banyak orang yang masih mengerumuninya. Termasuk Alden juga ada disini.
"Saya tidak apa-apa kok Bu. Maaf jika saya merepotkan Ibu." ucapnya sopan.
Magdalena tersenyum, "Tidak apa-apa, kamu pingsan saat di rumahku, jadi aku harus merawatmu."
Wanita itu mengangguk. Dia pun kembali meneguk minumnya hingga tandas. Maklum saat dia berdiri di depan pintu tadi, tidak ada yang memberikan tempat meneduh dan minuman. Jadi jangan salahkan kalau wanita itu pingsan dengan dadakan.
"Nama kamu siapa? Dan apa perlu apa kamu datang kerumah saya?"
"Saya Kaleena Ibu, saya datang kesini untuk mencari pekerjaan. Kata tetangga sebelah rumah ini pasti membutuhkan banyak tenaga kerja, makanya saya melamar pekerjaan di rumah ini." jelas Kaleena.
Magdalena menatap Alden yang diam saja sejak tadi. Anak pertamanya ini terus saja menatap Kaleena, dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Kamu berasal darimana Nak?" tanya Magdalena lagi.
"Saya dari Jawa Timur Bu."
"Terus kamu disini sama siapa?"
Kaleena tersenyum memelas, "Sebenarnya saya sama suami saya Bu. Tapi suami saya meninggalkan saya tanpa sebab dan alasan, jadilah saya diusir dari kontrakan dan luntang-lantung di jalanan Bu."
Mendengar keluh kesah Kaleena membuat Magdalena tidak tega. Wanita ini masih muda, dan sudah ditinggalkan oleh suaminya, dia harus mencari nafkah untuk dirinya sendiri. Kalau tidak mau menafkahi anak orang kenapa juga dia harus menikahi anak orang pula?
"Yaudah Kaleena kamu tinggal di sini saja. Kebetulan pembantu rumah kami yang bagian masak keluar, dan saya juga belum mencari penggantinya. Tapi kalau kamu mau, kamu bisa bekerja disini." ucap Magdalena.
"Mi…."
"Saya Mau Bu, saya mau bekerja disini." sahut Kaleena cepat dan membuat Magdalena tersenyum beda lagi dengan Alden yang menunjukan wajah kesalnya dengan sikap Kalenna.
-SecretWife-