bc

Nanny To Mommy

book_age18+
3.0K
IKUTI
27.5K
BACA
badboy
goodgirl
mistress
comedy
sweet
bxg
city
office/work place
betrayal
affair
like
intro-logo
Uraian

Akibat perjodohan Debora Ansylla Giancarlo pergi dari rumah. Dia rela menjadi Babysitter pengusaha kaya yang memiliki istri bodo amat. Debora pikir hidupnya akan terlindungi dari anak buah Papanya yang terus mencarinya dan meminta Debora untuk pulang. Tapi yang ada Debora malah terjebak cinta dengan Bosnya sendiri.

Lalu apa yang terjadi dengan Debora selanjutnya? Apa dia akan mempertahankan suami orang, atau mungkin akan menikah dengan pilihan Papanya?

chap-preview
Pratinjau gratis
NTM-01
"Pah Debora nggak mau. Jangan di paksa." Debora Ansylla Giancarlo. Wanita berusia puluh lima tahun ini harus dipaksa menikah dengan pilihan Papa-nya. Dengan alasan pria itu cukup dekat dengan Papa-nya dan pria yang mapan. Sekalipun Debora tidak pernah bertemu dengan pria ini. Tapi yang ada Papanya ini terus mengeyel dan meminta Debora untuk segera menikah. "Debora dia pria yang baik, dan sepadan dengan kita. Papa lebih setuju kamu menikah dengan dia dibanding pacar brandal kamu itu." Zero Pradipta pria tampan yang memiliki profesi sebagai selebgram dan anak band. Dia adalah kekasih Debora, mereka menjalin hubungan sudah lama, sekitar dua tahun terakhir ini. Hubungan mereka baik-baik saja, tapi Papa Debora tidak menyukai Zero. Dan mereka berpikir jika Zero cuma memanfaatkan uang Debora. Walaupun terkadang Zero sering minta uang pada Debora, bukan berarti dia matre kan? Bukannya cinta itu saling melengkapi? Dan sekarang Debora sedang melengkapi kekurangan Zero. "Dia punya nama Pah. Namanya Zero, ingat itu. Dan dia nggak brandal, dia anak band." Ralat Debora. Dia paling tidak suka kalau kekasihnya di jelek-jelekkan. Lagian Zero juga tidak buruk, dia baik, pengertian dan romantis. Kalau dilihat dari segi penampilan dia memang terlihat seperti berandalan. Dia memiliki tato, anting dan terkadang menggunakan kalung rantai. Tapi itu terlihat keren Papa-nya saja yang kudet, atau tidak Papa-nya ini tidak pernah muda. "Papa nggak peduli, mau anak band anak sapi Papa nggak peduli!!" Ucap sang Papa dengan nada ketusnya. "Yang Papa mau, kamu menikah dengan Aska. Titik!!" Ujarnya "Pah bisa nggak sih jangan urusin urusan aku? Masalah jodoh Debora bisa kok cari sendiri, tanpa perlu Papa cariin. Debora tahu pria mana yang terbaik dan nggak untuk Debora!!" Wanita itu tampak kesal. Ini pertama kalinya Debora berbicara dengan nada tinggi. Dia sudah cukup muak dengan Papa-nya yang selalu saja mengatur hidup Debora. Semenjak Mama-nya meninggal Papa-nya ini kejam pada Debora. Semua kehendaknya Debora harus turutin. Padahal Debora memiliki kehidupan sendiri tanpa harus dikekang seperti ini. Dia ingin menentukan hidupnya, masa depannya dan juga pilihan hidupnya nanti. Tanpa harus Papanya ini ikut campur di dalamnya. Dia masih laku kalau mencari pasangan sendiri. Kalau seperti ini terus semua orang akan mengurangi jika Debora adalah wanita tidak laku. Suami saja harus Papanya yang mencarinya. "Debora Papa lakuin ini demi kebaikan kamu. Jadi Papa ingin kam--" Ucapan sang Papa terpotong, saat menatap Putrinya nyepong pergi begitu saja. "Debora Papa belum selesai bicara!!" Tidak mau peduli dengan ucapan Papa-nya Debora memilih pergi ke kamarnya. Lama-lama dia bisa stres jika harus berhadapan dengan Papa-nya. Dia memiliki hidup sendiri, dan tujuan hidup pun dia yang memilih bukan Papa nya. Menatap lemari kaca di depannya membuat Debora tersenyum. Dia pun langsung mengambil tas punggung, dan memasukan beberapa potong baju ke dalam tas itu. Tak lupa juga dia membawa beberapa alat yang menurut dia sangat penting. "Kalau aku nggak bisa nikah sama Zero, aku juga nggak akan nikah sama Aska." Cuman Debora memasukan alat make up nya, dan juga beberapa lembar uang ke dalam tas. Jangan sampai dia mati kelaparan akibat kabur dari rumah. Telat Debora sudah bulat, siang ini juga dia harus keluar dari rumah. Dia harus membuktikan pada Bapaknya jika dia bisa menemukan pria yang baik untuk menjadi masa depannya. Menatap jendela kamar ini Debora pun tersenyum kecil. Dia pun mengambil lain di lemari dan mengikatnya menjadi panjang. Tak lupa juga menulis surat permintaan maafnya pada sang Papa. Setelah itu Debora pun langsung bergelayutan di kain tadi dan turun ke bawah. Padahal kamar Debora ada di lantai tiga rumah ini. Berhasil turun Debora langsung pergi melewati pintu samping. Kalau lewat pintu depan yang jelas Debora akan ketahuan, apalagi di sana ada dua satpam yang siap menyeret Debora. Sebelum meninggalkan rumah ini, Debora menatap rumah mewah ini dengan derai air mata. Rumah yang sejak kecil dia tinggali, dan sekarang dia harus pergi. Ini semua salah Papa-nya, coba saja kalau tidak, mungkin hal ini tidak akan terjadi di hidup Debora. Dan pada akhirnya Debora pun memilih pergi dan mencari kehidupan sendiri. -NannyToMommy- Seorang CEO baru saja pulang dari kantor dalam keadaan basah kuyup. Tadi dijalan akibat tidak membawa mobil Kenzo Danio Tyler pun kehujanan. Dia dengan sengaja menaiki motor karena bagi dia itu akan lebih cepat membuat dua sampai di kantor dan terhindar dari kemacetan. Tapi naas dia lupa membawa jas hujan. "Nadine tolong siapkan air panas, aku mau mandi dan juga siapkan baju aku ya." Ucap Kenzo sambil melepas jam tangan mahalnya. "Baju kamu baru saja disetrika dan dimasukkan di lemari. Kamu ambil sendiri aja ya. Air hangatnya juga kamu suapin sendiri!" Selalu. Istrinya ini tidak pernah membuat Kenzo lega. Apapun yang diminta Kenzo sama sekali sekalipun dituruti oleh Banding. Kenzo dan Banding menikah sudah hampir lima tahun. Tapi apapun yang diminta Kenzo tak ada satupun yang benar di mata istrinya itu. Mereka juga dikarunia anak laki-laki berusia satu tahun setengah, namanya Giffard Elios Tyler. Anaknya itu bahkan lebih dekat dengan Kenzo dibanding Nadine. Bahkan wanita itu sama sekali tidak memiliki waktu untuk keluarga. Kecuali dia yang sibuk dengan akun sosial menjadi, dan juga teman-temannya. "Terus kamu kerjanya ngapain aja?" Sudah cukup Kenzo sungguh kesal dengan sikap Nadine yang seenaknya. "Aku suamimu loh, aku pulang kerja bukannya disambut malah di cuekin." Nadine menghela nafasnya dia pun mengunci ponselnya dan menatap Kenzo heran. "Udah deh Mas jangan masalahin hal ini. Aku capek habis pergi sama temen aku. Jadi tolong ngertiin dong." "Sejak kapan aku nggak pernah ngertiin kamu?" Kenzo berkacak pinggang menatap Nadine yang tampak kesal dengannya. Toh Kenzo juga berhak marah kalau memiliki istri yang tak perhatian sama sekali dengan dirinya. "Nadine kamu mau kemana…" Kenzo berteriak saat melihat Nandini pergi dari kamarnya. Sampai kapanpun wanita itu tidak akan berubah. Kenzo memiliki istri, tapi hidupnya seperti duda anak satu yang tak memiliki istri sama sekali. Tidak mau memikirkan hal ini, Kenzo memilih membersihkan diri. Dia basah kuyup dan bisa saja dia jatuh sakit dan tidak ada yang mau merawatnya. Selesai mandi Keno pun segera bertemu dengan anaknya Giffard yang bermain dengan Nanny. Bocah itu sejak bayi sudah diasuh oleh Babysitter, Nadine sama sekali tidak mau direpotkan oleh anak. Menyusui Giffard saja dia tidak mau, dengan alasan jika payudaranya akan kendur jika dia menyusui Giffard. Makanya dari bayi sampai saat ini Giffard minum s**u Formula. "Tuan Ken, saya mau ngomong sesuatu sama Tuan." Ucap Babysitter itu. "Ada apa? Apa Giffard melakukan kesalahan?" Kenzo tampak panik pasalnya Babysitter dulu banyak yang keluar akibat kewalahan menjaga Giffard yang mulai aktif dan memecahkan banyak barang. Belum lagi Nadine yang suka mengomel saat barang berharganya pecah atau rusak. "Tidak Tuan. Tapi saya mau izin pulang kampung, anak saya membutuhkan saya Tuan. Ibu saya meninggal siang tadi, dan saya harus pulang." Kenzo menghela nafas, tidak ada yang bisa diperbuat kecuali mengangguk dan mengizinkan Babysitter nya ini pulang kampung. Dan memintanya untuk segera kembali, karena Giffard tidak ada yang menjaga. Tapi sekali lagi Kenzo harus menghela nafasnya kembali saat Babysitter nya berkata jika dia tidak akan kembali lagi. Dan dengan terpaksa Kenzo harus mencari Babysitter lagi untuk Giffard. "Ya sudah Sus, kamu pulang saja Sus. Saya akan cari Babysitter lain." "Baik Tuan terima kasih." Kenzo berdiri menggendong Giffard dan memberikannya pada Nadine. Tapi belum sempat anak itu berada di pangkuannya Nadine sudah pergi lebih dulu, dengan alasan jika dia mengantuk dan ingin tidur. Karena lapar dan tidak ada makanan apapun, Kenzo memilih pergi mencari makan di luar bersama dengan Giffard, dan berharap jika ada restoran siap saji yang masih buka. -NannyToMommy- Debora mendengus hari sudah semakin malam dan dia tidak tahu harus tinggal dimana. Tidak mungkin jika Debora kembali ke rumahnya, dan menikah dengan Aska pria yang sama sekali tidak dia kenal. Dan sekarang dia luntang-lantung di pinggir jalan seperti orang gila. "Ya ampun jangan sampai aku jadi gembel beneran di pinggiran jalan kayak gini." guman Debora lirih. Helaan nafas keluar dari ini Debora dia pun menatap sekeliling jalan ini, dan menatap banyak penjual makanan. Debora melihat uang yang dia bawa tadi, teringat sisa lima puluh ribu. Uangnya habis untuk makan di restoran mahal tadi. Andai saja tadi dia mau beli bakso atau roti, mungkin uangnya tidak akan habis. "Lima puluh ribu makan apaan!! Terus aku tidur mana?" Guman Debora lagi. Mau tidak mau Debora pun memilih mana nasi goreng pinggiran jalan. Setidaknya perutnya terisi, masalah gempa tidur mungkin dia akan tidak di masjid untuk sementara waktu. Dan Debora akan mencari pekerjaan yang menyediakan tempat tinggal. "Bang nasi goreng pedas satu ya, sama es teh gulanya dikit aja." Ucap Debora pada penjual nasi goreng. Sambil menunggu makanannya datang, Debora memilih bermain ponsel. Dia menatap banyak pesan dari Papanya yang bertanya dimana Debora saat ini. Belum lagi Papanya mengancam memblokir semua kartu platinum Debora kalau dia tidak pulang. Sampai kapanpun Debora tidak akan pulang sampai Papanya menyetujui hubungannya dengan Zero. Dia adalah pria pilihan Debora, dan Debora ingin Papanya menerima Zero apa adanya. "Nanny…" Seseorang menarik ujung baju Debora dan membuat wanita itu menoleh. Ditatapnya bocah kecil dengan piyama tidurnya. "Nanny…" Ucapnya lagi "Eh anak siapa nih kok disini." Debora menggendong bocah kecil itu dan mendudukan nya di atas meja. Lalu mencubit pipi gembul nya dengan gemas. "Mama kamu mana? Kamu anak siapa?" Bocah itu hanya memiringkan kepalanya dengan ekspresi lucunya. " Nanny…" "Aku bukan Nanny. Namaku Debora. Panggil Aunty ya." Bocah itu menggeleng, dia pun menatap sekeliling penjaga nasi goreng ini dan tidak ada tanda-tanda orang yang mencari anak ini. Sampai Debora bertanya pada penjual nasi goreng pun, tidak ada yang tahu siapa orang tuanya. Sampai akhirnya pesanan Debora pun datang, katanya lapar Debora pun langsung melahap makanannya dan sesekali mengajak bocah itu berbicara. Bahkan Debora juga memberi minumnya pada bocah kecil itu saat mengeluh haus. Satu piring pun telah habis. Debora langsung menggendong bocah itu sambil membayar tagihan makannya. "Pak kalau ada yang cari ini anak, bilang ya saya di masjid ujung." Ucap Debora memberi pesan. Siapa tahu saja ini kedua orang tuanya mencari ini anak. Kalau dilihat dari bajunya tidak mungkin juga ini anak orang biasa. Pasti kedua orang tuanya kaya. Sambil berjalan dan membeli beberapa cemilan dengan harga murah. Debora pun duduk di masjid berdua dengannya bocah kecil itu. Bahkan kalau dilihat bocah itu tampak lahap saat makan cemilan yang dibelikan Debora. Dalam hati Debora berharap jika orang tua bocah ini datang dan menjemputnya. "Mau s**u?" Tawar Debora dan membuat bocah itu mengangguk. Debora mengambil pipet dan mencoblos lapisan aluminium berwarna merah. Lalu memberikan s**u kotak itu pada bocah itu, dan langsung meneguknya hingga tandas. "Namamu siapa Boy?" "Gif." Ucapnya dengan suara tidak begitu jelas. Debora tertawa dia pun menatap sekeliling masjid ini dan menemukan sebuah mobil hitam terparkir di sana. Debora berdiri dia yakin jika mobil itu adalah mobil orang tua itu. Tapi saat pemilik mobil itu keluar Debora berpikir jika mungkin saja itu kakaknya. "Giffard…" Pria itu langsung berlari kecil dan membendung Giffard. Bocah kecil yang tadi ditemukan oleh Debora. Tak lama pria itu menoleh menatap ke arah Debora yang berdiri seperti patung di samping pria itu. "Terima kasih telah menemukan anak saya." Ucapnya "Anak?" Ulang Debora tak percaya, dia sudah berpikir jika pria tadi adalah kakaknya. Ternyata Ayahnya. "Iya dia anak saya, namanya Giffard. Terima kasih sudah menemukan anak saya." Ucap pria itu. Debora tersenyum kecil, "Iya nggak masalah Pak. Lain kali tolong jangan di tinggalin sendiri ya." "Tadi saya masih makan, dia duduk di samping saya, taunya sudah hilang." Debora tersenyum dia pun menolak saat pria itu ingin memberi uang. Tidak munafik, bukan berarti Debora tidak butuh uang. Dia butuh, tapi pekerjaan untuk saat ini dan tempat tinggal. Apalagi di luaran rumah seperti ini sangat rawan untuk Debora. "Nanny…." Ucap Giffard dengan suara yang begitu lucu. Melihat hal itu pria itu pun meminta Debora ikut dengannya dan bekerja di rumah pria itu sebagai babysitter. Apalagi anaknya yang langsung suka dengan Debora. "Tapi Pak…." "Saya akan gaji kamu, dan memberi tempat tinggal. Jadi apa kamu mau ikut saya pulang kerumah saya?" Ucap pria itu dan membuat Debora diam. -NannyToMommy- Berkomentar lah jika kalian suka hahah

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

TERNODA

read
198.2K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
29.5K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
187.7K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.3K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
31.6K
bc

My Secret Little Wife

read
131.8K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook