Pertama kali masuk rumah pria itu Debora dibuat menganga dengan interior rumah ini. Apalagi di depan rumah ada taman bermain, yang mungkin saja sengaja dibuat untuk Giffard. Sesuai dengan pemikiran Debora jika anak tadi bukanlah anak orang biasa. Walaupun Debora tidak tahu siapa dia, yang jelas rumah ini akan melindungi Debora dari orang suruhan Papanya.
Langkah kaki Debora berhenti saat menatap wanita dewasa yang duduk di sofa dan sedang membaca majalah fashion. Wanita itu langsung berdiri dari duduknya dan menatap Debora dari ujung rambut bunga ujung kaki
"Dia siapa?" Tanyanya sambil menunjuk Debora. Tatapannya seakan tengah menilai penampilan Debora dari atas hingga bawah.
"Dia Babysitter baru yang mengurus Giffard." Jelas pria itu.
"Oh, yaudah. Kerja yang bagus jangan sampai ada vas bunga atau barang apapun yang pecah lagi." Ucapmu dengan nada Ketus
"Iya Bu."
Wanita itu mengangguk lalu pergi begitu saja dari hadapan Debora. Bahkan sikap yang tidak sopan itu, malah pria di sampingnya yang meminta maaf. Karena sikap istrinya yang kadang suka bawel setiap hari.
Debora langsung dibawa ke kamarnya, kamar bekas Mbak Anggun Babysitter dulu, yang satu kamar dengan Mbok Sri pembantu rumah ini.
"Kamu bisa istirahat dulu, besok saja mulai kerja. Giffard biar sama saya aja."
Debora mengangguk dia pun langsung menyerahkan Giffard yang sejak tadi di gendongannya pada Bapaknya. Tapi yang ada Giffard malah mengalunkan tangannya di leher Debora, seakan bocah itu tidak ingin lepas dari pelukan Debora.
Mau tidak mau Debora meminta izin pas Bapaknya, agar Giffard tidur di kamar ini, nanti kalau sudah tidur terlelap dia akan membangun kan Bapaknya untuk memindahkan Giffard.
"Panggil saya Kenzo saja. Nama kamu siapa?"
"Saya Debora Pak." Tidak sopan jika harus memanggil dengan nama. Lagian Kenzo adalah Bosnya mana mungkin dia memanggil nama. Yang ada hidup Debora di ujung tanduk.
"Ya sudah saya tinggal dulu ya, nanti kalau dia sudah terlelap tolong kasih tau saya."
"Baik Pak."
Debora masuk ke kamar barunya yang tidak begitu luas. Kamar yang hampir mirip dengan kamar mandinya ini sekarang menjadi tempat tidurnya. Bahkan kamar ini dibagi menjadi dua, terlihat jika ada dua ranjang di depannya. Dan mungkin penghuni satunya belum masuk ke kamar.
"Giffard tidur ya, Nanny dongengin."
Giffard mengangguk dia pun langsung membaringkan badannya di tempat tidur kosong. Matanya terus menatap Debora dengan memuja, seakan dia sedang menunggu Debora untuk bercerita.
Debora memposisikan dirinya setengah tidur di samping Giffard, dengan kepala yang disandarkan di kepala ranjang sambil mengusap kepala Giffard dengan lembut. Debora mulai bercerita, dia pun menceritakan tentang kisah seorang pangeran yang dikutuk menjadi katak akibat kesombongannya. Sesekali Debora juga memainkan tangannya sebagai katak dan juga membentuk sebagai burung di depan Giffard.
Debora terus mengusap kepala Giffard hingga bocah itu mengantuk berat. Sampai akhirnya dia pun tidak kuat lagi, dan langsung memejamkan matanya.
"Hingga akhirnya pangeran katak pun bertemu dengan tuan putri, dan kembali menjadi manusia." Cerita Debora selesai. Wanita itu mengecup kening Giffard singkat, dan menarik selimut untuk menutupi tubuh Giffard. Rasanya dia tidak tega jika harus memindahkan Giffard yang baru saja tidur. Lebih baik Giffard biar tidur disini dulu, besok pagi baru dia kembalikan pada Emak Bapaknya.
Karena merasakan lelah Debora pun membaringkan badannya di samping Giffard. Tapi belum juga tertata rapi pintu kamar ini terbuka. Debora pikir itu Kenzo, nyatanya seorang wanita tua yang terkejut melihat Debora dan juga anak majikannya ada disini
"Kamu siapa?" Tanyanya dan menghampiri Debora. Lebih tepatnya melihat Giffard yang terlelap.
"Saya Debora Babysitter Giffard." Ucap Debora dengan sopan. Bagaimanapun dia berhadapan dengan wanita tua. Yang dimana jika Mamanya masih hidup, mungkin sudah seusia wanita itu.
"Oh Babysitter baru…" Ucapnya tersenyum. "Saya Mbok Sri ART rumah ini, semoga kamu betah ya kerja disini."
Karena penasaran Debora pun meminta Mbok Sri untuk menceritakan Babysitter Giffard yang dulu. Yang katanya hanya bertahan tiga bulan karena Nadine--Mama Giffard sangat bawel dan suka marah-marah kalau ada barang pecah. Dan yang paling akhir Mbak Anggun dia harus pulang ke kampung karena Ibunya meninggal. Dia wanita yang paling lama bekerja disini dan tahan banting dengan omelan Nadine.
Tidak hanya itu Mbok Sri juga bercerita jika Nadine tidak begitu peduli dengan anaknya. Bahkan, hampir semua kebutuhan Kenzo semua Mbok Sri yang menyiapkan. Sedangkan Nadine sendiri lebih sibuk bersama dengan teman dan juga akun sosialnya.
"Jadi nanti kalau Tuan Kenzo minta tolong sama kamu, atau minta sesuatu tolong buatin ya, kasihan soalnya." Kasihan soalnya
Rasa ingin menikung tapi punya istri. Coba saja kalau duda, mungkin Debora akan maju. Astaga apa yang aku pikirkan. Debora menggelengkan kepalanya dia pun langsung memposisikan dirinya memeluk Giffard dan tertidur terlelap. Esok adalah hari dimana dia harus tempur dengan dunia.
-NannyToMommy-
"Nadine tolong ambilkan kemeja maroon ku di lemari." Ucap Kenzo
Nadine hanya melirik tanpa ada minat untuk mengambilnya. Matanya masih ngantuk, tapi tangannya terus saja bermain ponsel.
"Nadine… " Panggil Kenzo berharap wanita itu mau berdiri dari tidurnya dan melayani Kenzo
"Apa sih Ken!! Kamu bisa ambil sendiri kan? Kenapa nyuruh aku sih."
"Kamu istri aku jadi ini sudah jadi tugas kamu."
"Masih pagi Ken jangan ngajakin debat!! Ini yang nggak aku suka dari kamu."
Nadine menyibakkan selimutnya dia pun segera masuk ke kamar mandi. Mungkin dia akan pergi sebentar dari rumah ini. Walaupun hampir tiap hari Nadine jarang di rumah, dia selalu bersama dengan temannya atau tidak pergi shopping bersama dengan Ibunya.
Sedangkan Kenzo dia pun langsung mengambil kemeja maroonnya dan menggunakannya dengan rapi. Tak lupa juga dengan menyemprot parfum di bagus tertentu, terlihat wangi dan segar. Setelah sudah Kenzo pun langsung turun dan menemukan Giffard yang sudah duduk manis di meja makan. Seakan bocah kecil itu telah menunggu Kenzo datang.
"Papa…." Panggilnya sambil terkikik.
Kenzo tersenyum dia pun langsung menghadapi Giffard dan mengecup kening anak satu-satunya ini. "Semalam Papa nunggu loh. Kamu nggak datang." Ucapnya mengacak rambut Giffard.
"Dongeng." Jawab Giffard dan membuat Kenzo menatap Debora heran.
"Maksudnya semalam dia ketiduran Pak, pas saya dongengi. Saya juga ketiduran pas dongengin Giffard." jelas Debora dan membuat Kenzo mengangguk.
Itu tidak masalah yang penting Giffard tidak rewel saja itu sudah cukup untuk Kenzo. Saat Kenzo ingin sarapan, matanya teruji pada Nadine yang sudah rapi turun dari tangga.
"Kamu mau kemana?" Tanya Kenzo.
Wanita itu mendongak dan menatap jam tangannya "Aku mau ke rumah Mama. Setelah itu ngopi sama temenku."
Kenzo menghela nafasnya dalam, tangannya terulur mengusap wajahnya dengan kasar. "Bisa nggak sehari saja kamu di rumah main sana Giffard?"
"Ya jelas nggak bisa dong Ken. Kamu kan tau aku ini wanita bebas sejak dulu, aku masih suka main. Jadi tolong ya Ken jangan bawel, kamu cukup kerja dan urus anak saja, kehidupanku jangan." Jawabnya dan langsung pergi begitu saja.
Mungkin dulu kalau Kenzo tahu sifat asli Nadine seperti ini, dia akan berpikir dua kali sebelum bertindak. Dulu, Kenzo memang sangat mencintai Nadine mengingat masa pacaran mereka sejak pertama kali kuliah hingga menikah. Tapi rasa cinta itu pudar seiring berjalannya waktu.
Tidak mau berdebat di depan Debora dan juga Giffard, Kenzo memilih mengalah dan membiarkan Nadine untuk pergi. Sedangkan Kenzo dia pun duduk di samping Giffard dan menikmati sarapannya.
-NannyToMommy-
Debora masuk ke kamar Giffard yang banyak sekali mainannya. Dia pun mengambil satu mobil-mobilan dan bermain dengan Giffard. Bahkan demi menyakinkan Giffard bibir Debora terus mengeluarkan suara mobil dan motor. Tentu saja tingkah laku Debora membuat bayi berusia satu setengah tahun ini tertawa terpingkal.
Tidak hanya itu Debora juga menirukan suara binatang, dan juga mengajari Giffard berhitung satu sampai tiga, dalam bahasa Inggris dan juga bahasa Indonesia.
"Giffard giliran ya, suara singa seperti apa?" Tanya Debora
Langsung saja Giffard menirukan suara Singa sambil terkikik, belum lagi tangan Giffard yang mengambil mainan singa di sampingnya.
"Pintar. Kalau suara kucing?"
"Meow…"
Satu kata tapi mampu membuat Debora tertawa terbahak. Setelah puas bermain Debora pun mengajak Giffard pergi ke dapur. Dia ingin membuat cemilan sehat untuk Giffard, apalagi bocah seusia Giffard ini suka sekali makan yang manis-manis.
Pertama Debora membuat puding, dan juga jus kental untuk Giffard. Apalagi dia juga membuat roti bulat-bulat yang diisi dengan keju mozarella. Tidak hanya itu, Debora juga membuat buah yang dipotong lalu ditusuk dengan tusuk sate, diberi taburan keju dan juga s**u kental manis.
"Giffard nggak boleh banyak gerak ya, nanti jatuh." Ucap Debora memperingati
Bocah kecil itu hanya mengangguk dan bertepuk tangan. Dia juga menurut, diam duduk di atas meja seakan dia tengah menunggu sesuatu yang dibuat oleh Debora.
Tanpa sadar dan terlalu asyik memasak, Debora hingga tak sadar kalau Kenzo pulang untuk makan siang bersama dengan Giffard. Tapi menatap Giffard yang duduk diatas meja membuat Kenzo khawatir dan langsung berlari ke arah Giffard. Nyatanya bocah itu duduk disamping Debora yang sedang membulat-bulat sesuatu di tangannya.
"Lagi bikin apa?" Tanya Kenzo tiba-tiba dan membuat Debora mendongak.
"Eh Pak Ken udah pulang? Maaf ya Pak saya nggak tau kalau Bapak pulang." Ucap Debora tidak enak hati. "Lagi bikin bola-bola keju."
Kenzo tersenyum dia pun duduk di seberang meja di depan Debora. "Nggak masalah, saya cuma khawatir saat melihat Giffard duduk di atas meja."
Debora tersenyum dia pun melanjutkan apa yang seharusnya dia lanjutkan. Hingga satu mangkok tepung yang diuleni pun jadi roti bulat-bulat kecil dan tinggal di goreng.
"Pak Ken titip Giffard dulu ya, saya mau goreng ini dulu."
"Iya, tapi nanti tolong ya ambilkan makan siang saya. Saya ingin makan siang dengan Giffard."
Debora mengiyakan ucapan Kenzo, dengan cepat Debora menggoreng bulat-bulat itu di atas teflon tanpa minyak. Setelah itu mengambilkan makan siang Kenzo dan juga Giffard.
Lagian itu orang aneh sekali istrinya ada tapi minta makan diambilin sama orang lain. Gunanya dia punya istri apa?
"Makan siang datang…" Ucap Debora ceria lalu menyajikan dua piring dengan menu yang berbeda di hadapan Giffard dan juga Kenzo.
Giffard bertepuk tangan bocah itu langsung membuka mulutnya saat Debora memberi satu suapan nasi dan juga sayur. Melihat hal itu Kenzo sedikit aneh, perasaan Giffard tidak pernah suka makan dengan sayur atau pun masakan yang berbau kuah. Dan kali ini dia malah melihat anaknya makan dengan sayur dan kuah?
"Anak Papa pinter ya, sudah mau makan sayur." Puji Kenzo
"Awalnya nggak mau Pak, tapi saya bilang kalau nggak makan sayur, nanti perutnya keluar cacing." Jawab Debora dan langsung disambut tawa oleh Kenzo.
Wanita itu ada saja akalnya untuk membujuk Giffard, tapi tidak masalah yang penting anak laki-laki nya mau makan sayur, dan tubuhnya akan sedikit berisi.
Selesai makan siang Kenzo sedikit bermain bersama dengan Giffard. Sedangkan Debora dia membersihkan sisa makan siang Kenzo dan juga Giffard. Tak lupa juga saat kembali Debora membawa kue bulatnya dan juga puding yang sudah dingin untuk Giffard.
"Giffard kenapa dasi Papa di tarik." Kenzo mengambil dasinya yang terlepas dari tali simpul nya. Walaupun usianya sudah kepala tiga, tapi nyatanya pria itu tidak bisa menggunakan dasi dengan benar.
Dari dulu jika bukan teman kantornya Mama-nya yang suka memasangkan dasi Kenzo. Dan sekarang tali simpul dasinya telah lepas.
"Tinggal di pasang lagi Pak." Ucap Debora dan menyuapi Giffard puding.
"Saya nggak bisa pakai dasi sendiri." Kenzo memalingkan wajahnya malu, umur setua ini dia tidak bisa memakai dasi.
Debora tertawa kecil melihat ekspresi wajah Kenzo. "Sini Pak saya pasangkan."
"Kamu bisa?"
"Ya bisa dong Pak. Gini-gini saya juga lulusan bisnis loh." Ceplos Debora tanpa sadar.
Kenzo langsung mengernyitkan keningnya, dia ingin protes dengan ucapan Debora. Tapi ucapannya tertahan saat Debora mendekat dan memakaikan dasinya di leher Kenzo. Pandangan Kenzo terarah pada bibir mungil Debora yang sedikit terbuka. Wajahnya juga begitu dekat sehingga membuat Kenzo menelan salivanya dengan susah payah. Baru pertama kali Kenzo menatap wanita lain memuja selain Nadine--istrinya.
Astaga sadar Kenzo.
-NannyToMommy-