NTM-03

1906 Kata
Kenzo mondar-mandir di depan meja kerjanya sejak setengah jam yang lalu. Bahkan ini terjadi setelah Kenzo pulang dari rumah dan makan siang bersama dengan Giffard. Ini sudah tradisi, setelah Giffard bisa makan Kenzo akan meluangkan waktu untuk makan siang bersama. Tapi entah kenapa hal tadi mampu mempengaruhi Kenzo. Wanita itu tidak berbuat apapun, dia hanya berjongkok di depan Kenzo dan memakaikan dasi di leher Kenzo. Hanya itu tapi mampu membuat Kenzo dejavu. Ini pertama kalinya setelah Kenzo menikah dengan Nadine. Padahal dulu tidak ada wanita lain yang mampu menggantikan Nadine. Tapi melihat Debora tadi, Kenzo jadi berpikir jika dia sudah seperti anak sekolah yang berumur belasan tahun yang sedang labil. Dia tidak menyukai wanita itu, hanya saja Kenzo merasa aneh dengan wanita itu. Kenzo masih ingat, jika orang jatuh cinta maka jantungnya akan berdebar kencang. Seperti ada suara musik dan hanya orang yang jatuh cinta yang bisa mendengarkannya. Bahkan seperti musim semi yang banyak sekali kupu-kupu berterbangan kesana-kemari. Suara pintu dibuka membuat Kenzo menoleh. Ditatapnya siapa yang berani dengan lancang masuk ke ruangan Kenzo tanpa permisi. "Hai bro!!" Sapa orang itu dan membuat Kenzo mendengus. "Aku pikir siapa. Ternyata kamu, ngapain?" Kenzo kembali duduk di kursi kebesarannya. Dia pun menatap teman masa kecilnya yang langsung melempar berkas ke arah Kenzo "Approved jangan lama-lama." Kenzo mengangguk dia menyingkirkan berkas itu dan menatap nanar Arga yang duduk di depannya. Sedangkan Arga yang berasa aneh pun langsung menaikkan alisnya. "Kenapa sih?" Tanya Arga heran. Pasalnya sahabatnya ini sedikit aneh, sebelum masuk pun Arga sempat melihat wajah Kenzo yang panik. Bersyukur yang pembatas ruangan ini setengahnya terbuat dari kaca. "Kalah tender?" Ucapnya dengan memicing. Kenzo menggeleng dia pun langsung bercerita apa yang terjadi. Tentang Debora yang memasangkan dasi di leher Kenzo. Tapi dengan kurang ajarnya Kenzo malah terlalu fokus dengan bibir Debora yang sedikit terbuka. Bahkan melihat hal itu saja membuat hidup Kenzo kacau. "Maklum ya, suami yang nggak pernah disentuh istri ya begini. Lihat yang terbuka sedikit aja udah langsung nafsu." Ledek Arga dan tertawa kecil. Kenzo mendengus dan menyangkal jika hal ini tidak benar. Dia memang sudah menikah dengan Nadine, dan terakhir melakukan hubungan intim sebelum Giffard lahir. Setelah Giffard lahir barulah Nadine tidak ingin disentuh oleh Kenzo, dengan alasan takut postur tubuhnya berubah dan tidak seksi lagi. "Jangan sampai kamu tertarik dengan dia." Ucap Arga lagi. "Aku masih ingat istri dirumah." Jawab Kenzo cepat "Aku ingatkan jika istrimu nggak peduli sama kamu." Sialan!! Apa yang diucapkan Arga ada benarnya juga. Selama ini Nadine sama sekali tidak pernah peduli dengan Kenzo. Apapun semua kebutuhan Kenzo, Nadine juga tidak mau tahu. Dengan Giffard, Nadine juga masa bodo. Dia hanya mementingkan hidupnya sendiri dan juga sosialita. Hingga Nadine lupa jika dia memiliki suami dan anak yang membutuhkan dia. Padahal peran seorang istri dan ibu tidak ada duanya, entah nasib sial atau buruk Kenzo memiliki istri seperti Nadine. Tidak mau membahas hal ini Kenzo pun mengajak Arga untuk minum. Hanya untuk sekedar melepas rindu dimasa lalu. -NannyToMommy- "Debora tolong ya nanti kamu bilang sama Kenzo kalau saya harus pergi keluar kota. Saya ada jadwal liburan sama teman saya selama satu minggu." Ucap Nadine menyeret kopernya Debora mengangguk, enak sekali menjadi Nadine suaminya kerja, anaknya ada yang ngurus dan hidup dia hanya foya-foya dan jalan-jalan keluar bersama dengan temannya. Giffard melambaikan tangannya pada Nadine seakan hal seperti ini sudah biasa bagi Giffard. Melihat mobil Nadine sudah pergi, Debora dan Giffard pun segera masuk. Bocah kecil ini susah mengucek kedua bola matanya tanda jika Giffard sudah mengantuk. Sebelum membawa ke kamarnya, Debora membuatkan satu botol s**u untuk Giffard, agar tidurnya nyenyak. Seperti biasa Debora mendongengi Giffard lebih dulu sebelum dia tidur. Mungkin dulu Babysitter nya tidak pernah seperti ini, makanya Giffard sangat suka didongengi. Melihat Giffard sudah terlelap, Debora pun memilih keluar kamar dan membuka pintu kamar ini agar terdengar jika Giffard terbangun. Siang ini Debora ingin membuat ice cream s**u untuk Giffard, bocah itu pasti suka dengan ice cream yang dibuatnya. Berkutat dengan mixer tiba-tiba saja seseorang menepuk bahunya dan membuat Debora terjingkat kaget. Untung saja mixer di tangannya tidak melayang ke udara. Debora menoleh menatap siapa yang datang, dia pun menatap Kenzo yang sudah berdiri di belakangnya. "Pak Kenzo, bikin saya kaget aja." Seru Debora dan kembali membuat adonan ice cream susunya. "Maaf, tapi ini rumah kok sepi pada kemana?" Sejak masuk dari gerbang depan Kenzo sama sekali tidak melihat orang lain selain satpam. Ditambah lagi mobil Nadine juga tidak ada. "Mbok Sri lagi belanja bulanan Pak. Bu Nadine pergi keluar kota katanya satu minggu, dan saya suruh menyampaikan pesan ini sama Bapak. Kalau Giffard dia udah tidur." Jelas Debora sebelum Kenzo banyak tanya. "Ya sudah tolong siapkan makan siang ya. Saya lapar." Debora mengangguk setelah mencetak ice creamnya dan di bekukan. Debora segera memasak makan siang untuk Kenzo, lagian Mbok Sri pergi tanpa masak lebih dulu. Terpaksa Debora pun menggoreng ayam dan juga membuat sayur sop. Hampir setengah jam Debora selesai masak. Untung saja dulu waktu kuliah Debora belajar masak seadanya, coba kalau tidak, mungkin kali ini dia tidak harus berbuat apa. Langsung saja Debora menyajikan masakannya di meja makan. Giffard lagi tidur tidak mungkin juga Kenzo menunggu Giffard untuk makan siang. "Pak maaf nih makan siangnya agak lama. Mbok Sri nggak masak pas pergi." Ucap Kenzo tidak enak hati. "Jadi, ini kamu yang masak?" Debora mengangguk antusias dan Kenzo pun langsung mencoba masakan Debora. Lidahnya seakan tengah meneliti rasa apa yang kurang dari masakan ini. Tapi sayangnya walaupun masakan sederhana, tapi mampu menggugah selera makan Kenzo. "Ini enak." Komentar Kenzo. "Kalau enak di habisin Pak, jangan ada sisa." Ucap Debora dan mendapat anggukan dari Kenzo. Debora lebih menyibukkan dirinya di dapur membuat sesuatu. Tapi sebelum itu terjadi suara teriakan dari atas membuat Debora langsung berlari ke atas dan menuju kamar Giffard. Dan yah, bocah kecil itu terbangun dengan mata yang berkaca-kaca. Dengan cepat Debora menggendong Giffard dan turun ke bawah. Debora juga menunjuk Kenzo yang sedang makan di meja makan. Melihat hal itu Kenzo pun langsung merentangkan tangannya ke arah Giffard. Tapi yang ada Giffard malah tidak menyambut tangannya seperti biasa dan malah menekuk Debora dengan cemberut. "Sayang Nanny…." Ucapnya dengan suara yang begitu tidak jelas. Maklum usia segini kalau tidak cadel ya tidak begitu jelas suaranya. "Nggak sayang Papa apa?" Giffard menggeleng sebagai jawaban dan langsung membuat Kenzo mendengus. "Ya sudah Papa kerja aja deh kalau gitu." Seketika itu juga Giffard yang duduk di atas meja merangkak ke arah Kenzo dan memeluknya. Melihat hal itu Debora penasaran kenapa saat Nadine pergi ke luar kota, Kenzo dan Giffard tidak di ajak? Harusnya kalau keluarga harmonis hal ini pasti tidak akan terjadi. "Saya lagi nggak pengen ikut aja, makanya di rumah sama Giffard." Ucap Kenzo dan menciumi pipi Giffard. "Debora untuk satu minggu kedepan selama istri saya ke luar kota. Tolong ya kebutuhan saya kamu yang siapin, kamar saya juga tolong diberesin." Jelasnya. "Siap Pak." Masalah gaji Kenzo bisa menaikkan gajinya jika kerja Debora bagus dan memuaskan untuk Kenzo. Tak mau lama-lama Kenzo pun segera pergi dari rumah dan kembali ke kantor. -NannyToMommy- Untuk mengusir rasa bosan Debora pun memutuskan untuk pergi keluar rumah hanya sekedar untuk minum kopi. Lagian ini bocah kalau dikurung di rumah terus juga akan stres, karena tidak tahu dunia luar. Saat keluar dengan Giffard tak lupa juga Debora mengirim pesan pada Kenzo dan juga Nadine jika Debora membawa Giffard jalan-jalan. Dan diantara mereka cuma satu yang mau membalas pesan Debora. Yaitu cuma Kenzo sedangkan Nadine tidak sama sekali, padahal Nadine membaca pesan itu. Sedangkan Kenzo selain memberi izin, pria itu juga menawarkan diri untuk menjemput Debora dan juga Giffard. "Oke Giffard kita main yuk, kita kesana…" Debora menunjuk salah satu tempat bermain khusus anak berusia satu sampai lima tahun. Ini yang lebih aman daripada time zone, kadang seusia ini anak belum bisa menerima suara yang keras. "Giffard mau nggak main disitu?" Ujarnya "Mauuuuuu…" Jawabnya dengan bibir monyongnya. Debora tertawa terpingkal dia pun langsung membawa Giffard masuk ke taman bermain, yang satu jam saja seharga lima puluh ribu. Debora menuntun Giffard untuk bermain, dan kali pertama Debora melihat Giffard yang senangnya luar biasa. Seperti anak yang baru saja keluar dari goa. Debora mengabadikan momen itu dan mengirim foto Giffard pada Nadine dan juga Kenzo. Dan seperti biasanya hanya Kenzo lah yang merespon pesan Debora. Dia bahkan langsung meminta alamat tempat dimana Debora saat ini bersama dengan Giffard. Tak peduli jika ini adalah masih jam kantor. Hari ini Debora dan Giffard sengaja couple warna baju dengan motif berbeda. Warna abu-abu meletakkan di tubuh mereka berdua. Giffard dengan dinosaurus nya, sedangkan Debora dengan Mini Mouse-nya. Kartun yang sejak kecil menjadi kesukaan Debora. Selain Mickey dan Mini yang cerewet mereka selalu saja menghibur semua orang. "Debora…" Wanita itu menoleh saat namanya disebut. Dia pun langsung menatap Kenzo yang terdiri di pintu masuk yang hanya sepinggang. "Pak Ken…" Lirih Debora dan menghampirinya. "Saya pikir Bapak nggak kesini loh. Mau masuk Pak?" Ujarnya Kenzo menggeleng disini tertulis jika hanya boleh satu orang saja yang boleh masuk menjaga anak. Sedangkan di dalam sana sudah ada Debora, dan Kenzo memutuskan untuk duduk di pinggiran foodcourt dan memesan dua buah minuman. Untung saja tempat bermain ini sebelahan dengan Foodcourt. Setiap gerak gerik Giffard membuat Debora tertawa. Bagaimana tidak tertawa kalau Giffard beberapa kali terjungkal saat berlari bersama dengan teman sebayanya. Untung saja dulu Debora dulu pernah mengurus keponakannya saat masih sekolah. Jadi tidak kaget jika suatu saat nanti Debora memiliki anak. Tidak perlu jasa Babysitter karena dia sendiri yang akan mengurus anaknya. Satu jam telah berlalu, Debora langsung menggendong Giffard keluar dari area permainan lalu menghampiri Kenzo yang hampir saja ketiduran di foodcourt. Debora meminta maaf atas lamanya Giffard saat bermain. Lagian duit lima puluh ribu kalau mainnya cuma lima belas menit, sumpah itu rugi besar. "Kita makan dulu ya Debora, saya lapar." Ucap Kenzo malu "Iya Pak, Giffard juga pasti lapar karena tadi nggak makan pas berangkat. Dia udah girang duluan saat saya bilang mau ngajak jalan-jalan sampai nolah makan." Kenzo bercerita jika dia jarang sekali mengajak Giffard untuk pergi bermain. Waktunya yang mepet dan kadang Kenzo juga sibuk bekerja membuat Kenzo lupa jika anaknya membutuhkan wawasan dunia luar. "Kalau Bapak sibuk sih saya nggak masalah sih Pak. Tapi Mamanya kan santai, kenapa nggak di ajak aja." Sebenarnya Debora itu penasaran dengan hubungan Bosnya. Seperti keluarga yang tidak memiliki keharmonisan sama sekali. Masa iya suami kerja terus istri keluar kota selama satu minggu? Kenzo tersenyum, "Tidak ada yang bisa saya andalkan dari dia. Lebih baik kita makan lalu pulang, Giffard sudah lelah dan hampir tertidur." Debora mengangguk mungkin karena dia orang baru makanya Kenzo tertutup dengan dia. Tidak masalah selama masih ada Mbok Sri, Debora bisa bertanya apapun tentang Bosnya ini. Sambil menikmati makanannya, Debora sesekali menyuapi Giffard yang hampir saja menutup mata. Tapi mulutnya masih mau mengunyah saat makanan itu masuk ke dalam bibir mungilnya. Lucu menang, anak selucu ini harus diurus dengan Babysitter. Tapi nggak masalah sih kebanyakan orang kaya suka gitu menghamburkan banyak uang. Dulu Debora juga gitu, dan sekarang nyatanya mencari uang satu juta saja buat makan harus menunggu akhir bulan dulu. Sedangkan dulu dia tinggal menggadah dan uang pun datang dengan sendirinya. Lika liku kehidupan, dimana dulu Debora berada diatas dan menikmati semuanya, sekarang dia malah berada di bawah dan menjadi susahnya menjadi orang bawahan. Dan setelah ini Debora akan lebih menghargai ada itu uang. Yang mencarinya susah payah dan menghabiskan dengan hitungan jam. -NannyToMommy-
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN