Bab 06

1004 Kata
Saat itu pukul sepuluh siang. Hana yang tengah terbaring di kamarnya mendongak saat ia mendengar suara ketukan dari arah pintu kamarnya. Gadis dengan kaos oversize berwarna putih dan celana panjang berwarna cream itu beranjak. Ia membuka pintu dan cukup terkejut mendapati keberadaan Tuan Oh di depan pintu kamarnya. Suasana saat itu menjadi cukup canggung. Dua manusia itu hanya saling terdiam dengan Hana yang menggaruk bagian belakang kepalanya sendiri. Ia kebingungan dan tidak tahu harus mengatakan apa. Omong-omong Minseok juga Oh Sean kembali malam pada pagi buta, dan kebetulan saat itu Hana masih terlelap di kamarnya. Setali tiga uang dengan apa yang dirasakan Hana, Sean juga sama. Pria itu bahkan tidak sadar jika dirinya sudah berada di depan pintu kamar si gadis Kim dan mengetuk pintu tersebut. Ia hanya ingat jika sebelumnya dirinya baru saja memesan ayam goreng, dan berniat memakannya sebagai camilan. Entah mengapa malah kakinya melangkah menuju kamar Kim Hana. "Kau sudah makan?" pertanyaan awkward yang berasal dari Oh Sean membuat suasana di antara meraka justru semakin canggung. Sean yang sebelumnya berharap jika akan ada sahutan dari si gadis Kim, harus gigit jari saat jawaban yang dilontarkan Hana hanya sebatas anggukan pelan. "Aku baru saja membeli ayam goreng, kau bisa memakannya jika kau mau," ucap Sean sekali lagi. Jujur saja dirinya merasa malu, entah untuk alasan apa. Yang jelas, ia merasa jika secepatnya ia harus pergi dari sini. Dengan secepat kilat, pria dengan setelan santai itu berlalu ke arah kamarnya. Meninggalkan Hana yang hanya bisa terdiam di tempat dengan mata berkedip beberapa kali. Gadis itu kemudian turun ke lantai satu. Memeriksa meja makan dan memang benar, ia menemukan dua bungkus ayam goreng lengkap beserta side dish dan beberapa saus di sana. Hana sempat memperhatikan ayam goreng tersebut sebelum ia kemudian beranjak membawa sebungkus ayam menuju lantai dua. Gadis itu berjalan ke arah kamar Oh Sean. Ia sempat terdiam selama beberapa saat, merasa ragu untuk mengetuk pintu yang tertutup rapat itu. Hana menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Dengan kadar kenekatan 100% Hana memberanikan diri untuk mengetuk pintu kamar Oh Sean. Ia sempat menunggu selama beberapa saat sebelum kemudian si pria Oh membukakan pintu, dan nampaknya pria itu juga cukup terkejut dengan kehadiran Hana di depan kamarnya. Dengan segera Hana menyodorkan sekotak ayam goreng ke arah Sean, yang diterima pria itu dengan wajah kebingungan. "Ku rasa aku akan terlalu kenyang jika memakan dua kotak ayam. Maksud ku aku tidak akan sanggup menghabiskan semuanya," ujar Hana dengan intonasi cepat, juga gugup. Gadis itu menutup mulutnya rapat-rapat setelah mengatakan hal tersebut. Membuat Sean yang melihatnya hanya mengedipkan mata beberapa kali karena kebingungan. Ia masih belum mencerna sepenuhnya dengan kata-kata Hana beberapa detik yang lalu. Juga sikap gadis di depannya yang terlihat agak kikuk sekarang. "E-eoh," hanya itu yang keluar dari mulut Sean sebagai jawaban. Otaknya mendadak lelet hanya untuk memikirkan jawaban apa yang harus dikatakannya. Kemudian Hana membungkuk sejenak, gadis itu dengan langkah seribu segera beranjak kembali ke lantai satu. Ia kembali duduk di meja makan dengan memegangi dadanya sendiri. Organ dalamnya itu berdegub dua kali lebih cepat daripada sebelumnya. Jika kau berpikir Hana berdebar karena menyukai Sean, maka akan ku katakan jika kau kurang tepat. Hana tidak, atau mungkin belum. Merasakan debaran karena ia menyukai Oh Sean. Hal itu lebih kepada ia yang kembali mengingat insiden yang terjadi antara dirinya dan Sean beberapa waktu yang lalu. Kejadian yang selalu berusaha ia lupakan. Meski nyatanya ia belum bisa melupakan hal itu dari kepalanya sampai sekarang. Kau tahu, rasanya memalukan saat diingat kembali. Dan Hana tidak dapat menahan semu merah di wajahnya. Ingat, hal itu terjadi karena ia merasa malu, bukan hal lain. Atau mungkin, belum. Dengan menghembuskan napas panjang, Hana mencoba untuk tenang. Perhatiannya kembali teralih pada sekotak ayam goreng yang terlihat menggiurkan. Dan tiba-tiba saja cacing-cacing dalam perutnya berbunyi seolah minta diisi. Tanpa memikirkan apapun lagi, Hana segera membuka beberapa saus yang ada dan mengambil satu potong paha ayam. Ia melahapnya dengan senang hati. Senyum cerah tergambar jelas di wajahnya saat ia memakan sepotong ayam goreng tersebut. Sepotong demi sepotong ayam goreng mulai tandas. Hana yang tengah asyik melahap ayam tiba-tiba tersedak karena ulahnya sendiri. Gadis itu sempat memukuli dadanya sendiri dengan pelan, ia kemudian kebingungan mencari air minum sebelum kemudian seseorang menyodorkan segelas air putih padanya. Hana dengan cepat meminum air tersebut hingga hampir tandas, dan saat ia menoleh dirinya mendapati Minseok yang tengah tersenyum padanya. Pria itu kemudian mengambil tempat di sebelah si gadis Kim dan menopang wajahnya sendiri dengan satu tangan. Jangan lupakan senyum yang masih setia terkembang di wajah tampannya. Membuat Hana yang masih melahap ayam goreng di mulutnya menjadi gagal fokus. "Kau begitu menyukai ayam goreng, ya?" tanya Minseok dengan kekehan kecil. Anggukan kaku jadi jawaban singkat yang diberikan Hana. Entah untuk alasan apa, dirinya merasa malu berhadapan dengan Minseok. Terlebih penampilan pria itu sedikit agak berbeda dari biasanya. Hoodie abu-abu dengan celana hitam yang membalut tubuhnya terlihat begitu pas. Minseok terlihat tampan meski ia hanya memakai pakaian sederhana. "Aigoo, makan yang banyak, ya. Menggemaskan." Hana menahan napas sejenak saat ia merasakan tangan Minseok mendarat di atas kepalanya. Apa aku sudah pernah mengatakan sebelumnya jika sekalipun Minseok memiliki wajah yang begitu imut, pria itu akan terlihat 180 derajat berbeda saat ia bersikap dewasa. Aura yang dimilikinya akan langsung berganti menjadi seseorang yang begitu memikat dengan senyum tampannya yang terlihat begitu tulus. Juga sikapnya yang begitu lembut dan menyenangkan, membuat setiap wanita mungkin saja akan mengharap lebih pada pria itu. Hana hanya bisa mematung setelah Minseok beranjak pergi setelah mengelus kepalanya. Gadis itu masih terdiam dengan sepotong paha ayam yang menyumpal mulutnya hingga dua pipinya terlihat menggembung layaknya seekor tupai, saat tengah mengumpulkan kacang dalam mulutnya. Sebenarnya ada satu hal yang tidak diketahui gadis itu juga Minseok. Yaitu kehadiran seorang Oh Sean yang memperhatikan keduanya dari lantai dua. Pria yang masih memegang kotak berisi ayam goreng itu memperhatikan bagaimana kedekatan Minseok juga Hana meski mereka belum terlalu lama mengenal. Dan Sean juga memperhatikan dengan jelas bagaimana raut wajah si gadis Kim, juga senyumnya yang telihat mencolok bahkan setelah kepergian Lee Minseok.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN