Bab 05

1112 Kata
Pria Oh itu menoleh ke arah Hana yang masih melihat ke arahnya. Tidak ada senyum atau ekspresi lain yang tertera di wajah pria itu, hanya saja ada yang berbeda dengan tatapannya saat ini. "Ya. Maaf atas kelancangan ku tempo hari. Aku benar-benar tidak bermaksud untuk ikut campur, aku hanya kelepasan mengeluarkan rasa penasaran ku," jawab Hana lirih. Jujur saja ia masih merasa agak takut dengan ekspresi Sean saat ini. Pria itu mengangguk saja dan kembali menyesal teh miliknya. Setelah percakapan yang terjadi antara Hana juga Sean. Gadis itu memilih untuk undur diri dan kembali ke kamarnya. Ia sudah berada di sana sekitar lima belas menit. Atau mungkin juga lebih. Yang jelas Hana baru sadar jika dirinya sudah berada di dalam kamar dalam waktu yang cukup lama adalah saat Bibi Shin mengetuk pintu kamarnya. Wanita baya itu mengatakan jika sudah masuk waktu makan malam. Hana menyahut seadanya. Gadis itu berpikir sekali lagi, jika ia ikut turun untuk makan malam, artinya ia akan bertemu dengan Oh Sean. Dan Hana sendiri tidak menjamin jika diantara mereka nantinya tidak akan terjadi suasana canggung. Sebab belum bertemu dengan pria itu saja Hana sudah merasa mulas. Pertanda jika dirinya tengah merasa gugup. Bagaimana ia akan bereaksi di depan Tuan Oh nantinya? Terlepas dari apa yang mereka bicarakan belum lama ini, hal itu lebih kepada insiden tidak sengaja yang menimpa mereka sebelumnya. Erangan kecil keluar dari bibir si gadis Kim, mau tidak mau ia harus berani dan menghadapi Sean. Berusaha untuk tidak peduli dan bersikap masa bodo dengan kehadiran Sean nantinya mungkin ide yang bagus. Pikirnya. Lagipula itu sejalan dengan apa yang dikatakan pria itu sebelumnya, bukan? Yah, Hana akan melakukannya. Bersikap biasa saja dan mencoba untuk tidak peduli. Menarik napas panjang dan menghembuskan nya perlahan, Hana bangkit dari atas ranjang dan bersiap untuk turun ke lantai satu. Tapi baru saja ia memegang handel pintu, gadis itu kembali mengurungkan niatnya. Ia berbalik dan bersandar pada badan pintu, meyakinkan dirinya sendiri sekali lagi. "Ini hanya makan malam biasa, bukan perang dunia kedua atau semacamnya. Tenang Hana, kau tidak perlu khawatir," monolog Hana pada dirinya sendiri. Setelah menarik napas dan menghembuskan nya sekali lagi, Hana pada akhirnya memberanikan diri untuk turun ke lantai satu. Alisnya sempat menukik dengan dahi yang berkerut saat ia mendapati suasana terlalu sepi. Ia terus menuruni anak tangga sambil melihat sekeliling. Terlalu sepi untuk ukuran rumah sebesar ini. Dan lagi apa yang Hana lihat di meja makan membuatnya kian berpikir. Tidak ada siapapun di sana, kosong. Baik Minseok maupun Sean, keduanya sama-sama tidak terlihat di sana. Kemana sebenarnya mereka? Dengan ragu Hana mendudukkan diri pada salah satu kursi. Bagaimanapun juga ia lapar. Bersamaan dengan itu, Bibi Shin datang dengan satu hidangan lainnya. Hana dengan cepat bertanya pada wanita paruh baya tersebut soal Minseok dan Sean yang tidak ada di rumah. "Eum, Bibi. Apa Bibi tahu kemana perginya Minseok dan Tuan Oh?" tanya Hana dengan pelan. Bibi Shin sempat terdiam selama beberapa saat sebelum wanita baya itu mengulas senyum tipis ke arah Hana. "Tuan muda dan Tuan Minseok sedang kembali ke Seoul. Mereka bilang untuk tidak memberitahu Nona lebih dulu karena Nona sedang berdiam diri di dalam kamar sejak tadi," jawab Bibi Shin dengan lembut. Hana mengangguk. Ia kemudian berterima kasih dan melanjutkan acara makan malam seorang dirinya. Sebagian dalam dirinya merasa beryukur karena ia tidak harus berhadapan dengan Sean malam ini. Meski sebenarnya masih ada beberapa pertanyaan yang bersarang di otaknya, Hana mencoba untuk menahan diri. Ia tidak boleh terlibat terlalu jauh. Tekadnya dalam hati. Seperti apa yang dikatakan Sean beberapa waktu lalu. Tugasnya di sini hanya untuk menjadi Ibu pengganti. Itu artinya ia tidak perlu tahu untuk urusan apa dan kapan Minseok juga Tuan Oh akan kembali, bukan? Iya, pasti begitu. Itu yang ada dalam pemikiran seorang Kim Hana saat ini. *** Sementara itu, Sean tengah sibuk dengan setumpuk dokumen memusingkan yang menunggu untuk disentuh. Pria dengan kacamata yang terpasang pada hidung mancungnya itu mengurut keningnya sendiri yang terasa pening bukan main. Bersamaan dengan hela napas panjang dari sela bibir Sean, suara pintu yang diketuk mengalihkan fokus si pria Oh dari dokumen di tangannya. Setelah dipersilahkan, seorang wanita yang juga menjabat sebagai sekretaris Sean masuk. Belum sempat wanita itu mengatakan keperluannya, wanita lain menyusul masuk ke dalam ruangan. Wanita cantik dengan rambut panjang juga pakaian berwarna merah itu melepas kacamata hitam yang sejak tadi terpasang di hidungnya. Ia tersenyum kecil ke arah Sean yang justru menatapnya dengan wajah datar. Setelah memerintahkan sang sekertaris untuk keluar dari ruangan, Sean melepas kacamatanya dan menyandarkan tubuhnya pada badan kursi. Sedang wanita tersebut justru mengambil posisi duduk di atas sofa yang memang ada di ruangan Oh Sean. "Kau terlihat lelah," ujarnya dengan satu tangan memegang cermin, melihat bagaimana penampilannya sendiri. "Hm," hanya dehaman singkat yang jadi jawaban Sean untuk saat ini. Pria itu bangkit dan mendekati sang Istri yang saat ini sudah sibuk dengan ponsel dalam tangannya. Istri? Ya benar. Wanita yang datang ke ruangan Sean saat ini adalah istrinya. Istri sah dari Oh Sean. Kim Minji, atau kau bisa menyebutnya Oh Minji untuk saat ini. Wanita dengan paras ayu yang juga bekerja sebagai model profesional itu juga menjabat sebagai Nyonya Oh sejak tiga tahun yang lalu. Keduanya menikah atas dasar cinta, tanpa paksaan atau sebagainya. Dan sekadar informasi, Sean begitu mencintai Minji. Meski pernikahan mereka sempat ditentang oleh Orang Tua Sean sebelumnya. Tapi meski begitu, hal itu tidak menjadikan Sean menyerah untuk menikahi Minji. Justru sebaliknya, ia terus memperjuangkan perasaanya dan berakhir dengan manis. Yaitu pernikahan keduanya yang akhirnya terlaksana. Tapi tentu saja, mengutip dari kata-kata bijak jika tidak ada yang sempurna di dunia ini. Di tahun ketiga keduanya menjalin rumah tangga, mereka belumlah dikaruniai buah hati. Sebenarnya tidak ada masalah baik itu dari Sean ataupun Minji, tapi ada satu hal yang membuat keduanya sulit untuk mendapatkan keturunan. Itu adalah Kim Minji dan pekerjaannya. Wanita itu berkata jika ia belum ingin dan bahkan tidak ingin memiliki keturunan meski ia menginginkan seorang anak. Hal itu tidak lepas dari pekerjaannya sebagai seorang model profesional yang mengharuskannya memiliki proporsi tubuh sempurna. Minji merasa jika ia mengandung dan melahirkan, tubuhnya tidak akan lagi terlihat bagus dan malah justru akan terlihat sebaliknya. Oleh karena itulah, Minji menyarankan Sean untuk mencari Ibu pengganti agar mereka bisa mendapatkan anak tanpa ia harus membuat tubuhnya rusak. Pada mulanya Sean menolak dengan tegas. Mau bagaimanapun ia tetap menginginkan anak yang terlahir dari rahim Minji, istrinya sendiri. Tapi pria itu mengalah juga pada akhirnya, ia menyetujui ide sang istri karena perasaanya pada wanita itu yang begitu besar. Dan hal yang terjadi selanjutnya, tentu sudah kau tahu. Sean menemukan Hana yang tengah terlilit hutang keluarganya dan memanfaatkan situasi untuk bisa mendapatkan apa yang ia inginkan dari gadis itu. Yaitu, keturunan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN