"Sekalipun Sean terlihat begitu kuat di luar, sebenarnya anak itu sangat rapuh. Ia hanya bersikap keras untuk tidak merepotkan apalagi sampai meminta bantuan pada orang lain," terang Minseok dengan suara pelan.
Aku masih mencoba menyimak. Sebenarnya apa yang dikatakan Minseok cukup membuatku terkejut.
Jika kau bertanya kenapa, maka jawaban ku adalah, jika dilihat dari wajah juga gesture tubuh Tuan Oh, sama sekali tidak menunjukkan jika ia adalah orang yang rapuh.
Justru sebaliknya. Jka dilihat dari wajahnya yang seram saat menatap dengan pandangan dingin, juga aura yang nampak suram.
Apalagi suaranya yang dalam dan kian menambah kesan dingin saat berbicara, hal itu akan membuat siapapun yang melihat pria itu, akan berpikir jika Tuan Oh adalah sosok dominan dan cenderung kaku.
Maksudku, Tuan Oh akan terlihat seperti seseorang yang mempunyai sifat suka memerintah dan tidak suka dibantah. Dan juga sedikit arogan.
Itu yang akan pertama kali kau lihat dari dirinya.
Atau mungkin hanya aku? Entahlah.
"Lalu kenapa Tuan Oh menginginkan seorang anak dari Surrogate Mother sepertiku? Dari yang ku dengar dia sudah menikah. Harusnya ia bisa mendapatkan anak dari istrinya, bukan?"
Tolong ingatkan aku untuk selalu membawa lakban. Mulutku ini memang terkadang suka lepas kendali, seperti saat ini.
Secara tidak sadar aku menanyakan pertanyaan sensitiv yang memang sudah terpendam dalam benakku sejak pertama kali aku datang ke mari.
Meski aku sempat bertekad untuk tidak bertanya mengenai hal itu, entah kenapa mulutku seperti tidak bisa ku kendalikan untuk bertanya.
Dan sungguh, rasanya aku ingin menenggelamkan diriku di dasar lautan saat tiba-tiba Minseok merubah ekspresinya menjadi diam dengan wajah dingin.
Apa yang harus ku lakukan? Pertanyaanku pasti sudah keterlaluan, dan tidak seharusnya aku bertanya hal itu karena memang bukan urusanku.
Dasar, Hana bodoh! Bodoh!
"M-maaf, aku tidak bermaksud-"
"Aku tidak bisa menjawab pertanyaan mu, itu adalah hak Sean untuk menjawab. Kau bisa bertanya sendiri padanya, kau bisa mendengar jawaban dari Oh Sean sendiri nantinya. Itupun jika anak itu mau menjawab pertanyaan mu," itu jawaban Minseok dengan intonasi dingin.
"Yang ada aku sudah mati kutu lebih dulu sebelum sempat menyelesaikan pertanyaan ku," batin ku lirih.
Oh Tuhan! Lagi-lagi aku melakukan kesalahan. Ini baru awal, apa yang akan terjadi ke depannya?
Ku harap hal baik yang akan terjadi di masa depan.
Ku anggukan kepala dengan ekspresi kikuk. Dan suasana yang sebelumnya cukup hangat kini justru berganti jadi canggung.
Sungguh, terima kasih pada mulutku ini yang tidak bisa menjaga apa yang ada di otakku. Sungguh, memalukan.
Setelahnya apa yang akan terjadi? Apa yang Minseok pikirkan soal aku?
Orang yang ingin tahu? Si gadis murahan yang ingin ikut campur urusan orang lain? Ah, aku tidak bisa membayangkannya.
Biar ku beritahu, sisa perjalanan kembali ke mansion benar-benar terasa mencekam.
Tidak ada percakapan apapun yang terjadi setelah itu, hanya terdengar suara deru mesin dan suara-suara random dari jalanan.
Minseok benar-benar diam dantidak mengatakan sepatah katapun sampai kami tiba di mansion Tuan Oh.
Aishh! Dasar Hana bodoh!
"Kau masuklah, aku akan mengurus sesuatu lebih dulu," ujar Minseok yang tanpa perintah dua kali segera ku angguki.
Aku segera melangkah ke lantai dua, dengan sesekali menoleh ke arah belakang.
Mungkin karena aku yang terlalu sibuk memperhatikan Minseok di lantai satu, aku tanpa sengaja menabrak Tuan Oh yang saat itu hendak turun dari lantai dua.
"Tuhan! Kesialan apalagi ini?" batinku menjerit kesal.
Apa perlu ku beritahu sesuatu yang lebih epic dari sekadar menabrak Tuan Oh tanpa sengaja?
Posisi jatuh yang benar-benar tidak menguntungkan adalah jawabannya.
Aku, jatuh tepat berada di atas Tuan Oh. Dan apa perlu ku katakan jika jarak diantara kami terlalu dekat?
Aku bahkan bisa melihat dengan jelas bagaimana warna mata pria itu yang berwarna coklat.
Apa aku juga perlu mengatakan jika tanganku kini berada di d**a pria itu? IYA! Aku jatuh tepat di atas Tuan Oh dengan tangan ku yang tanpa sengaja memegang d**a bidangnya.
"Tuhan, tolong selamatkan aku!" batin ku kian menjerit.
Kami sempat bertatapan selama beberapa detik sebelum kemudian aku -atau mungkin bisa juga disebut kami- tersadar.
Dengan segera aku menjauhkan badanku dari Tuan Oh. Ya ampun! Kenapa wajahku terasa begitu panas?!
Minseok datang tergopoh, ia melihat dengan wajah terkejut juga mata yang membulat saat melihat aku yang terduduk di tanah, juga Tuan Oh yang masih dengan posisi sama seperti beberapa saat lalu.
Berbaring dengan posisi setengah duduk.
Aku yang menyadari situasi canggung tersebut lantas berlari masuk ke dalam kamar dengan segera.
Rasa-rasanya aku tidak bisa untuk kembali bertatapan dengan Tuan Oh ataupun Minseok nantinya. Aku terlalu malu!!
***
(Mulai saat ini sudut pandang diubah ke pov 3 ya ^^)
Minseok yang masih terdiam di tempatnya lantas tersadar. Ia segera membantu Sean berdiri dengan berbagai pertanyaan yang muncul di kepalanya saat itu juga.
Sempat terjadi aksi canggung diantara keduanya, hal itu lebih kepada Minseok yang masih belum bisa mencerna kejadian yang ada.
Dan juga Sean yang agak salah tingkah dengan insiden yang baru saja dialaminya bersama Hana.
"Kau baik-baik saja?" Minseok bertanya dengan nada lirih.
Jawaban yang diberikan Sean hanya sebatas anggukan kecil, pria itu kemudian berpamitan untuk kembali ke kamarnya dan kemudian melesat dengan cepat.
Padahal sebelumnya ia ingin turun ke lantai satu. Tapi mendadak ia lupa akan hal itu, kepalanya tudak bisa berpikir dengan benar untuk sekarang.
Di dalam kamar, Hana terdiam dengan pandangan yang mengarah ke langit-langit kamarnya.
Wajah gadis itu masih saja memerah dengan kepalanya yang terus mengulang kejadian dimana insiden antara ia dan Sean terjadi.
"Apa yang kau pikirkan Kim Hana! Sadarkan dirimu!!" sentak Hana pada dirinya sendiri.
Gadis itu bahkan menepuk-nepuk pipinya sendiri dengan telapak tangannya sendiri agar membuatnya kembali sadar.
Tapi mau bagaimanapun, bayangan saat ia yang tanpa sengaja menabrak Sean hingga keduanya terjatuh dengan posisi ambigu masih saja melintas dengan jelas.
Hal itu tidak bisa menghilang begitu saja meski ia mencoba bersikap biasa dan melupakannya.
"Aishhh, sial! Sepertinya aku butuh udara segar!"
Dengan segera Hana beranjak dari ranjang. Gadis itu berniat untuk keluar sekadar mencari udara segar di taman belakang mansion.
Tapi entah bagaimana, ia tanpa sengaja kembali berpapasan dengan Sean yang juga akan keluar dari kamarnya.
Keduanya terlihat terkejut akan kedatangan satu sama lain. Mereka saling membuang pandangan ke arah lain dan berlalu layaknya dua orang yang tidak saling mengenal.
Tapi baru saja Hana akan turun ke lantai bawah, suara Sean lebih dulu terdengar menginterupsi.
"Mau ikut minum teh bersamaku?"
***
Dan di sinilah keduanya saat ini. Taman belakang mansion Oh Sean dengan secangkir teh hijau yang ada di masing-masing tangan.
Suasana sunyi yang menyelimuti sejak tadi membuat Hana merasa agak jengah sebenarnya. Ia ingin segera beranjak tapi ia juga masih memiliki sopan santun untuk menghargai atensi Oh Sean yang duduk di sebelahnya.
Setelah memastikan, juga meyakinkan dirinya sendiri. Pada akhirnya Hana memutuskan untuk membuka suara lebih dulu.
"Entah apapun yang ingin kau tahu soal diriku dan kehidupanku, ku sarankan agar kau berhenti sampai di sana."
"Tugasmu hanya untuk menjadi Ibu Pengganti, yang akan memberikan ku keturunan. Jadi, tidak seharusnya kau mencoba untuk mencari tahu hal yang sebenarnya tidak ada hubungannya denganmu."
Itu bukan Hana yang berbicara, melainkan Oh Sean.
Pria itu mengatakan semuanya dengan santai, sambil menyesap teh yang berada di cangkirnya.
Sedangkan Hana hanya bisa terdiam. Tahu darimana Sean jika dirinya pernah mencoba untuk mencari tahu soal pria itu juga keluarganya.
Apa Minseok yang melaporkan semua ini pada Sean? Atau pria itu yang secara diam-diam mengawasi dirinya?