Bab 3

1454 Kata
Alice mengusap cermin kamar mandi yang berembun oleh uap. Ia baru saja selesai membersihkan diri dan masih mengenakan jubah mandi tebalnya Alice meraih sikat gigi yang terpajang di meja wastafel, lalu mengoleskan sedikit pasta saat ponselnya bergetar. Semula ia mengira pesan itu dari Samuel, akan tetapi bukan. Sebuah pesan masuk tertera : Pembayaran sebesar Rp. 7.894.560 menggunakan rek 37789566xxxx tanggal 05/03/2022 jam 21:40:17- Jika transaksi tidak Anda kenal silakan hubungi call center. Alice menutup kembali ponsel miliknya. Ia tahu siapa yang menggunakan kartu tersebut. Tidak lain dan tidak bukan tentu saja ibunya. Dia menduga barang kali suami ibunya masih sakit-sakitan, tapi Alice tidak peduli. Ia justru berharap orang itu mati saja bila perlu. Alice bukan lah anak yatim piatu, tapi baik ibu dan ayah kandungnya sama sekali bukan tempat yang tepat untuk dirinya bernaung sehingga Alice lebih memilih tinggal di panti asuhan setelah neneknya meninggal. Sambil mendorong pintu, Alice mengikat bathrobe putih berjalan mengenakan sandal berbulu menuju ranjang dan mendapati Rafael sudah tertidur. Alice tidak berniat membangunkannya. Ia mengambil satu setelan piyama bercelana pendek untuk kemudian menuju ruang kerja miliknya. Alice membuka laptop untuk mengedit beberapa video yang ia buat sendiri. Berbagi tutorial make up serta tips pose-pose foto layaknya seorang model. Komen yang didapat tentu beragam, tidak sedikit yang menyukai konten yang ia buat tapi juga tidak sedikit yang masih mencela. Membawa masa lalu Alice yang meninggalkan Ethan Roland selaku kekasih yang hampir dinikahinya dulu, membawa kembali berita dirinya yang menjadi selingkuhan seorang pengusaha sukses yakni Nicholas. Padahal mereka tidak tahu jika Alice lah terlebih dahulu menintai Nicholas, Alice lah yang memiliki hubungan dengan Nihcolas jauh sebelum Nicholas bersama Celine. Adapun sebgaian lainnya yang memilih menyukai konten diam-diam atau yang sekedar memberi thumb down tanpa menontn terlebih dahulu video unggahannya. Asri Aristo : Aku suka banget sama tutorial make upnya, simple dan cocok untuk wajah aku yang lonjong. Vadilah Lumajang : Terlepas dari skandal-skandalnya aku suka gaya dia. Just call me Mimi: Ternyata berdiri dan duduk pun bagi seorang model ada aturannya. Sering-sering ya bikin konten begini, aku mau jadi model juga siapa tahu lolos audisi yang di tv. Tapi aku nggak akan rebut suami orang atau juri sih xixixii Doddy Gunawan : Pantesan Ethan Roland ngebet nikah ma nih cewek, cakep sih emang. Gue akui. Ethan Roland adalah salah satu mantan Alice yang mana empat tahun lalu mereka sudah hampir menikah. Awal mula dirinya menjadi viral di dunia gossip adalah karena pembatalan pernikahan mereka yang telah digemparkan oleh banyak pihak. Wajar mengingat Ethan merupakan putra bungsu pemilik perusahaan majalah dewasa. Ia yang sudah tinggal menghitung hari menuju pernikahan, lalu diberitakan bersama Nicholas yang saat itu juga hampir menikah dengan Celine. Akan tetapi, karena di masa lalu Nicholas dan Celine memiliki hubungan yang belum selesai, mereka terjebak. Celine meragukan hubungan keduanya. Sehingga Celine pergi, saat itu lah Nicholas mengakui pada Alice jika ia tidak bisa kembali pada Alice, bahwa hati lelaki itu telah berpaling pada Celine dan lucunya Nicholas juga meminta Alice berhenti berhubungan dengan Ethan Roland, karena Nicholas tahu Alice tidak mencintai lelaki tersebut. Ethan lelaki yang baik, dia tetap memihak Alice meski keluarga Roland menolak kehadiran Alice. Namun, seperti yang biasa ia lakukan. Alice kembali mengecewakan lelaki itu dengan membatalkan pernikahan yang telah mereka persiapkan 80% hanya karena Nicholas saat itu memintanya. Nicholas tahu jika dirinya tidak mencintai Ethan, tapi coba lihat dirinya sekarang. Berakhir dengan menikahi lelaki yang tetap tidak dia cintai. Rafida Musri : Dia mah emang dasarnya cantik kaleeess, make upnya juga mahal. Ga cocok buat yang kere kayak kita-kita. May Bee19 : Ya elah, kirain abis berhenti jadi model dan ngerusuhin rumah tangga orang tuh langsung jadi sultan gitu, taunya ngonten juga. Wulanisa : Belum tobat ya? Deviona : Mending mbaknya kaya artis si onoh deh. Abis ngerebut suami temen duetnya terus jilbaban, sekarang malah udah jadi anggota dewan kali aja netizen jadi kasian. Mayang Putri312 : Kek lagi susah nggak sih? Gue mah curiga dia tuh ma laki ynag ini juga cuma gimmick aja. Ya masa tiga tahun nggak punya-punya anak. Terus lakinya nggak nafkahi makanya dia cari duit sendiri kan di modeling dah nggak laku. Kemudian beberapa mendapat balasan; Jelita Aisha: Aku juga mikir gitu. Aku ngeliat cuma karena suka tutorialnya aja. Orangnya sih nggak. Milly : Ih, kirain gue doang yang gitu. Gue juga nggak suka sebenarnya ma nih betina. Nonton abis itu gue unlike hehehe… Sara FH : Iya ya, aneh loch. Lakinya juga kok mau gitcu ma nih orang. Reena Wilona : Woy kalo mau ghibah jangan di sini. nambah dosa aja. Diana Febby Adzhari : Ada buzzer gaes. Dibayar berapa lu ma Alice? @ReenaWilona Angel Yuniati : @ReenaWilona Alice from Bordiland emang bukan orang baik kok, elunya tuh kalo mau belain orang liat-liat dulu. Buat apa lo yang kek gini masih dibela. Tita Lupita Sitorus : Mending nonton chanelnya Tamara deh. Udah alim, sederhana, kalo ngasih rekomen selalu mikirin buat yang wudhu. Dan masih banyak lainnya. Alice menghela napas. Membaca komentar memang tidak seharusnya ia lakukan. Ia hanya merindukan atmosfir dunia modeling. Kesibukan saat acara fashion show, sensasi saat berjalan di atas catwalk, music yang mengiringi langkah, cahaya built-in flash dari sekian banyak sorot kamera, tepuk tangan penonton, bagaimana mengibaskan rambut dengan elegan dan tidak jarang insiden tak terduga seperti ujung gaun yang terinjak atau sepatu yang lepas di tengah panggung. Semua itu membawa rasa hangat serta debaran di dadda dengan cara yang menyenangkan. Akan tetapi membaca beberapa komentar dengan like terbanyak menyurutkan semangat Alice. Mungkin untuk hari ini ia tidak perlu mengupload konten terlebih dahulu. Mendatangi pesta Nicholas yang sudah bahagia bersama wanita lain, mendapat kabar tentang kedatangan ibu mertua yang selalu membuatnya merasa canggung, betapa melelahkannya hari ini. Alice bangkit dari kursinya menuju sofa panjang, membentangkan beberapa lipatan dan menjadikan sofa tersebut sebagai tempat tidur. Ia memang sengaja menyiapkan sofa seperti ini untuk sebagai ranjang kedua. Rafael tidak akan melarangnya atau pun bertanya karena ini bukan pertama kali Alice tidur terpisah. ***** Di masa lalu…. Alice remaja terkejut oleh karena tangannya yang berdarah, Nicholas berteriak meminta kotak P3K sekaligus membawa gadis itu ke dalam rumah. Alice yang masih dilanda disorientasi hanya patuh dalam diam. Nicholas pula lah yang membersihkan luka Alice dengan kapas, memberinya alcohol kemudian meneteskan betadine sebelum kemudian membebatnya. Alice hanya bisa memandangi pemuda itu dengan mulut terkunci. Rambutnya yang sedikit ikal dan panjang, rahang yang kotak, wajahnya bisa dibilang lebih bersih dibanding teman-teman yang ada di sana saat itu, hidungnya juga lancip. Alice akui, selama usianya menginjak tujuh belas tahun, Nicholas adalah lelaki paling tampan sekaligus terharum yang pernah ia temui. “Lo nggak apa-apa kan?” pertanyaan itu meluncur dari bibir Nicholas. Alice menggeleng. Suara Nicholas juga terdengar sangat reyah di telinganya. Sebuah perasaan itu menyergap hati Alice secara perlahan, memberikan gelombang berdebar pada hatinya. “Nama lu siapa? Lu tinggal di mana? Biar gue anterin.” Dan secepat itu pula lah debaran tersebut sirna mengingat akan siapa jati dirinya. “Nggak perlu,” jawab Alice berbisik. Ia menarik tangan yang sejak tadi masih dipegangi oleh Nicholas. “Sorry ya, lu jadi ikut luka.” Kalimat kali ini tidak berasal dari Nicholas melainkan temannya yang lain. Teman yang Alice duga tinggal di sini dan menjadi sasaran gerombolan tadi. “Nggak apa-apa.” Alice bergerak bangkit dari sofa di ruang tamu kemudian mengulurkan telapak tangan ke arah pemuda itu. Teman Nicholas meraih tangan Alice, menggenggamnya dengan gerakan seperti dua orang yang baru saja melakukan sebuah perjanjian. “Thank You,” ucapnya. Alice menarik tangannya. “Duit.” Pemuda itu sempat berkedip beberapa saat dalam kebingungan, lalu menyadari sesuatu. Jika Alice belum menerima uang bayaran dari kue yang dipesan oleh ibunya. “Oh, iya. Sorry! Sorry! Gue lupa.” Kemudian menoleh pada Nicholas. “Nick, lu pegang duit nggak? Talangin dulu ya! Entar nyokap gue balik, gue minta dia gantiin.” Alice berbalik menyodorkan telapak tangannya yang terbuka ke wajah Nicholas, berusaha mengabaikan bagaimana sorot mata lelaki itu mampu membuat perut Alice terasa menggelitik tidak nyaman. “Gue bayar, tapi gue anterin lu juga sampe rumah,” ujarnya kekeh. “Nggak perlu. Gue bisa jalan sendiri. Yang luka tangan gue.” Sejujurnya Alice jarang menggunakan panggilan gaul lu-gue seperti ini. akan tetapi ia mendadak merasa ingin melakukannya karena marah oleh sesuatu yang tak nampak. Kenyataan bahwa Nicholas benar-benar berasal dari orang kalangan berada. “Kalau begitu jangan harap gue bayar.” Nicholas melipat tangan di d**a, lalu bersandara pada sofa dengan gerakan santai tetapi sorot mata itu menegaskan ia tidak akan mengubah ucapannya. ***** To Be Continue…. Halo, Dreame! Bagaimana kabar kalian? Masih penasaran dengan kisah ini? Jangan lupa tekan tanda love, tinggalkan komentar dan share cerita ini ke temen-temenmu ya! Bab berikutnya akan aku posting setelah lovenya berjumlah 80 ^_^ Thank you for reading. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN