Delapan

628 Kata
"Mengapa kalian memermainkam kami? Terutama Kisha?!" teriak Aira nyaring diiringi tangis pilunya.   Aira tak habis pikir dengan konspirasi yang dibuat oleh Ringga dan juga Dita. Mereka berdua adalah orang yang Kisha sangat sayangi dan sangat berarti dalam hidup Kisha. Dan sialnya dia malah terjebak dalam permainan mereka.   Dita menyeringai menggandeng mesra lengan Ringga dan menatap Aira rendah. "Tapi Kisha keburu hilang, kan? Jadinya dia tidak akan tahu apa yang terjadi. Dan kalaupun dia kembali, itu pasti hanya tinggal namanya saja," ucap Dita begitu santainya.   Aira menggeleng. "Apa salah Kisha sama kalian?" tangis Aira semakin menjadi. Dia begitu bodohnya terbuai dengan segala bujuk rayu yang Ringga ucapkan padanya dulu. Aira rasanya ingin sekali bersujud meminta maaf pada Kisha karena sudah menyakiti Kisha.   "Ringga! Kamu bilang cinta sama Kisha, tapi kenapa kamu malah nyakitin Kisha?!" seru Aira nyaring. Aira ingat betul bagaimana Ringga menyatakan cinta pada Kisha dulu, dan ternyata semua hanya tipu daya. Betapa Kisha sangat terluka mengetahui semua ini.   "Kami sudah lebih dulu menjalin kasih. Aku lebih menyukai Dita daripada Kisha. Yah... Seperti kita lakukan sebelum Kisha mengetahui semuanya. Kisha terlalu pendiam dan membosankan. Jauh dengan Dita yang supel dan senang bergaul."   "Aku cuman mau lihat Kisha hancur dengan mengumpankan kamu terlebih dahulu sebelum Kisha benar-benar lenyap dari muka bumi ini," imbuh Dita dengan menunjukkan wajah aslinya.   "Ma--maksud kamu?"   "Kami sudah membayar seseorang untuk melenyapkan Kisha," jawab Ringga kemudian.   Aira menggeleng lemah karena ia benar-benar telah gagal menjadi seorang sahabat yang telah berjanji selalu berada di sisi Kisha. Dan sekarang, dia baru mengetahui permainan gila yang diciptakan oleh adiknya sendiri.   "Kamu adiknya Kisha, Dita..."   Dita mengedik tak perduli. "Kadang, kita harus melupakan saudara sendiri untuk memenuhi ambisi kita," jawab Dita begitu ringan.   "Kalian iblis," desis Aira marah.   Dita tersenyum miring. "Dan kamu setannya."   Semua perhatian yang Dita tunjukkan pada Kisha hanya tipuan belaka. Mengapa? Karena dia sangat ingin menggeser posisi Kisha yang memiliki perusahaan besar dengan keuntungan yamg juga tak kalah besar supaya menjadi atas namanya.   "Kamu tega menghancurkan Kakak kamu sendiri, Dita?" lirih Aira tak habis pikir.   "Tentu saja. Lagipula, Kisha bukan Kakak kandungku. Dia hanya sepupuku yang malang."   Jawaban Dita sukses membuat Aira membatu. "Sepupu?"   "Ya. Kisha mengalami amnesia pada priode sebelumnya 15 tahun yang lalu. Tepatnya saat dirinya berusia 13 tahun. Semua karena kecelakaan pesawat yang sialnya dia malah selamat," ungkap Dita tanpa sadar dengan raut wajah marah bercampur kesal.   "Lalu yang selama ini jadi orangtua  Kisha?"   "Itu kedua orangtuaku, tentu saja mereka nggak beneran mati. Mereka akan kembali setelah Kisha mati. Makanya aku ingin Kisha segera mati," ucap Dita tanpa belas kasihan sedikitpun.   Aira tidak tahu harus mengatakan apa lagi. Dia terlalu shock dengan apa yang terjadi pada Kisha. Pertama dirinya yang menorehkan luka pada hati Kisha dan sekarang kenyataan ini pasti akan membuat Kisha semakin terluka.   Semua karena Ringga yang terlalu pengecut jadi seorang Pria. Aira sangat tahu bahwa Ringga lebih mencintai Kisha.   "Aku bakalan lapor polisi," ancam Aira hendak melangkah meninggalkan rumah Kisha.   Dita tertawa sumbang. "Telepon sana, mana ada yang percaya? Nggak ada buktinya," ejek Dita menatap remeh Aira.   Aira menatap sengit Ringga yang sedaritadi terdiam dengan tatapan hampa. "Kamu bakalan menyesal udah melakukan semua kebusukan ini lebih daripada aku, Ringga."   Aira segera berlari meninggalkan rumah Kisha dengan bongkahan penyesalan yang tiada ujungnya.   Kisha... Dimana kamu?   Dita menatap sinis kepergian Aira. Wanita itu hampir saja mengacaukan rencananya dengan memberitahu Kisha kemarin. Sudah satu hari tidak ada kabar dari Kisha. Kemana Pria sialan itu membawa Kisha pergi? Dan Ex, kenapa pembunuh itu tak kunjung melakukan tugasnya.   "Kita harus cari jasa yang lain kayaknya, Sayang," ucap Dita menatap serius Ringga.   Ringga membalas tatapan Dita. "Aku juga berpikir seperti itu. Mereka harus segera dilenyapkan."   Mereka memanfaatkan kesakitan Kisha yang tak bisa mengingat masalalu dengan bersikap baik. Dan berengseknya, pembunuh itu malah terus mengulur waktu. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN