bc

Menikahi muridku

book_age18+
548
IKUTI
1.5K
BACA
revenge
HE
teacherxstudent
arranged marriage
heir/heiress
drama
bxg
mystery
loser
city
teacher
wild
like
intro-logo
Uraian

Awalnya, kehidupan Raja sebagai seorang guru di sebuah sekolah swasta berjalan biasa, bahkan terkesan datar-datar saja. Sampai saat ia di pindahkan di SMA ternama, semua juga berjalan baik pada awalnya, sampai saat ia dipertemukan dengan seorang murid cantik bernama Tiara.

Tiara sendiri seorang artis berbakat, Raja tidak pernah memandangnya berbeda, bahkan saat gadis itu tidak melakukan tugas-tugasnya, ia akan tetap menghukumnya tanpa memandang statusnya. Lalu apa jadinya bila ternyata ia dan muridnya itu sudah dijodohkan sejak lama? Merasa konyol, tentu saja.

Raja adalah pria dewasa berumur tiga puluh lima tahun, dan Tiara? Gadis belia yang masih tujuh belas tahun. Anehnya, gadis itu justru menerima perjodohan itu, dia bahkan berusaha keras untuk mempertahankan pernikahan yang ingin Raja hancurkan.

Ditambah lagi seseorang dari masa lalu itu datang, meminta janji yang dulu pernah Raja berikan yaitu sebuah pernikahan. Sanggup kah mereka melewati itu semua? Atau justru hubungan mereka berakhir sebaliknya.

chap-preview
Pratinjau gratis
Prolog
Prollog Gadis berumur tujuh belas tahun bernama Tiara itu tersenyum ke arah temannya yang bernama Nathasa, tangannya melambai seolah ingin menyapa seperti pagi biasanya. Saat ini keduanya sedang berada di halaman sekolah, tempat biasa mereka bertemu dan menunggu satu sama lain. Mereka sudah lama berteman, bisa dibilang mereka seperti saudara yang tidak terpisahkan. Meskipun salah satu dari mereka seorang artis dengan kesibukan yang cukup padat, tak membuat keduanya menjaga jarak atau pun bertengkar. Tepatnya Tiara, seorang artis muda yang cukup terkenal sangking banyaknya film yang dibintanginya. Tidak itu saja, ia juga sempat merambah ke dunia menyanyi, meskipun tak sesukses saat ia bermain film, namun lagunya cukup banyak dinikmati. Setelah sempat satu Minggu tidak sekolah karena jadwal syuting yang harus dikerjakannya di luar negeri, akhirnya kini Tiara bisa sekolah kembali dan bertemu dengan sahabatnya lagi. Keduanya bahkan berpelukan, menyalurkan kerinduan satu sama lain yang hanya bisa mereka nikmati saat bervideo call di malam hari. "Ara, aku kangen banget sama kamu ...." Nathasa merengek di pelukan sahabat artisnya itu, merasa bahagia bisa menemuinya lagi setelah satu Minggu tidak bertemu. "Aku juga ...." Tiara tak kalah merengeknya, merasa terharu bisa bertemu dengan sahabat baiknya itu. Tiara bahkan tidak peduli dengan tatapan siswa lain yang diam-diam memerhatikan mereka dengan mata maklum, itu karena semua orang sudah sangat paham bagaimana kedekatan Tiara dan Natasha terjalin sebagai sahabat. "Oh iya, ini oleh-oleh buat kamu." Tiara memberikan sebuah paper bag berisikan boneka berbentuk Hello Kitty, itu karena ia tahu sahabatnya itu sangat menyukai karakter tersebut. "Wah Hello Kitty, terima kasih." Nathasa berujar tulus yang diangguki antusias oleh Tiara. "Ya sudah yuk masuk kelas, aku sudah kangen banget sekolah lagi," ajak Tiara sembari menggandeng tangan Nathasa lalu berjalan ke arah kelasnya. "Makanya jangan syuting terus," jawab Nathasa sembari tersenyum dengan kaki turut melangka bersama sahabatnya. "Iya, aku tahu. Kata Tanteku juga kamarin itu syuting terakhirku selama di SMA, kan sebentar lagi kita ujian, jadi aku minta untuk enggak ambil kerja dulu." "Serius?" tanya Nathasa antusias yang langsung diangguki oleh Tiara. "Iya. Kenapa sih?" Tiara tersenyum ke arah temannya yang tampak sangat bahagia mendengar ceritanya. "Asyik dong? Berarti kita bisa kaya dulu lagi kan, kaya main di taman, belanja di mall, terus olah raga juga di alun-alun. Aku kangen kita yang dulu, tapi aku tahu kamu sibuk, makanya aku senang dengar kabar kalau kamu mau break syuting dulu." "Oh itu, iya aku juga kangen masa-masa kita yang dulu. Aku janji, kapan-kapan kita melakukan apapun yang kamu mau." "Janji ya?" "Iya." Keduanya berjalan dengan sesekali tertawa menceritakan kisah satu sama lain. Saat mereka sudah berada di dalam kelas, bel berbunyi tepat saat mereka duduk, membuat keduanya kembali tertawa meski harus dengan suara kecil, takut mengganggu teman-teman mereka yang lain. Sebenarnya saat akan memasuki kelas, Tiara sudah banyak disapa teman, namun Tiara berusaha untuk tidak terlalu membaur dengan mereka, ia takut sikapnya itu justru akan membuat Nathasa sedih atau merasa dilupakan. Tiara merasa seperti itu, karena dulu Nathasa pernah mengatakannya. Saat ia banyak yang menyapa, ia justru asyik dengan para penggemarnya dan mengabaikan Nathasa meskipun temannya itu berada di sampingnya, namun tetap saja Tiara serasa meninggalkannya. Mulai hari itu, Tiara jadi tahu harus bagaimana dan ia juga berjanji akan bersikap lebih baik lagi kedepannya. "Kamu tahu enggak wali kelas kita sudah ganti loh," ujar Nathasa ke arah Tiara yang terlihat terkejut mengetahui hal itu. "Oh ya? Memangnya Bu Mirna ke mana?" "Ada sih, tapi diganti jadi wali di kelas lain." "Terus sekarang siapa yang ganti Bu Mirna?" "Namanya Pak Raja, guru segala bidang, orangnya cerdas banget, hampir semua pelajaran dia bisa, tapi ya gitu dia orangnya galak." Nathasa berbisik ke arah Tiara yang mulai penasaran dengan guru seperti apa yang kini menjabat menjadi wali kelasnya. "Aku jadi penasaran." Tiara tersenyum namun Nathasa justru bergidik ngeri. "Sebentar lagi Pak Raja datang, kamu akan tahu bagaimana kalau dia lagi ngajar, nanti rasa penasaran kamu juga hilang dan berganti menjadi rasa ketakutan ...." Nathasa mencoba menakut-nakuti Tiara yang justru terlihat tak terpengaruh dengan ucapannya. "Apa sih, Sha? Enggak jelas." Tiara menggelang heran meski pada akhirnya mereka sama-sama tertawa, sahabatnya itu memang suka melebih-lebihkan, menurutnya. "Selamat pagi semuanya." Belum sempat Nathasa menjawab ucapan Tiara, suara seorang pria terdengar di depan mereka, menyadarkan keduanya akan kedatangannya. "Pagi, Pak." Semua murid menjawab serentak, cara duduk mereka juga tampak rapi, tidak seperti biasa saat Tiara sebelum syuting ke luar negeri, membuat Tiara heran melihat perubahan yang cukup signifikan dari teman-teman sekelasnya. "Ada PR matematika kan? Cepat keluarkan dan kumpulkan di meja saya!" Lelaki berumur tiga puluh lima tahun itu berujar serius, tatapannya seolah ingin mengintimidasi murid-muridnya dan itu cukup berhasil untuk semua siswa yang saat ini tampak tanggap dengan perintahnya. "Astaga, Ra. Aku lupa mencatat PR buat kamu, bagaimana ini? Aku cuma bawa punyaku." Nathasa menunjukkan bukunya, ekspresinya tampak merasa bersalah ke arah Tiara. "Sudah, enggak apa-apa. Kamu enggak perlu khawatir, Pak guru itu pasti ngerti keadaanku!" Tiara tersenyum berusaha menenangkan Nathasa yang tampak kian mengkhawatirkannya. "Tapi, Ra. Pak Raja itu enggak mungkin bisa ngerti keadaan kamu ...." "Memangnya kenapa? Kan aku syuting, jadi enggak bisa catat PR apalagi ngerjainnya kan?" "Mana PR kamu?" tanya Raja, guru berpostur tinggi itu menatap ke arah Tiara yang sejak tadi terlihat tidak mengeluarkan apapun dari tasnya. "Maaf, Pak. Saya baru masuk sekolah, jadi saya tidak tahu kalau ada PR." Tiara tersenyum ramah, terlihat sangat manis untuk teman-temannya yang sudah lama tidak melihatnya. Namun ekspresi lain justru Raja tunjukkan, guru mereka itu mengangkat salah satu alisnya, menatap tanya ke arah Tiara dengan wajah dinginnya. "Kamu murid pindahan?" "Bukan sih, Pak. Saya murid lama, tapi baru bisa sekolah hari ini." "Memangnya kamu ke mana selama ini? Sakit? Saya baru lihat kamu hari ini." "Saya syuting, Pak. Kebetulan saya ada pekerjaan di luar, jadi saya harus absen masuk kelas." Tiara menjawab manis dan ramah seperti biasa, namun Raja justru tersenyum sinis seolah tak percaya dengan jawaban Tiara yang begitu mudah bermain-main dengan sekolahnya. "Kamu pikir, sekolah bisa kamu anggap mainan ya? Jadi kamu bisa masuk dan absen seenaknya?" tanya Raja tenang, sorot matanya bahkan tampak sedang tidak ingin bercanda. "Bukan begitu, Pak ...." "Lalu apa?" "Itu pekerjaan saya, jadi ...." "Iya, jadi kamu bisa bersikap seenaknya kan?" Raja mengintimidasi Tiara yang tampak takut dan bingung harus menjawab apa. "Saya tidak peduli alasan kamu apa, sekarang kamu keluar dan lari sepuluh putaran di lapangan basket sana!" tunjuk Raja ke arah lapangan basket yang cukup luas. "Tapi, Pak ...."  "Tidak ada tapi-tapian, cepat lari!" teriak Raja yang mau tak mau harus Tiara turuti lalu keluar kelas untuk melaksanakan hukumannya. "Pak, tolong jangan terlalu keras menghukum Tiara, dia gampang sakit." Nathasa berdiri menghadap ke arah Raja, tatapan memohonnya sangat telihat bagaimana ia mengkhawatirkan sahabat baiknya itu. "Duduk atau kamu mau ikut dia lari?" tanya Raja yang tak bisa Nathasa jawab, ia lebih memilih duduk dari pada harus berurusan dengan gurunya yang killer tersebut. "Maaf, Pak." Nathasa menunduk takut, dalam hati ia sangat mengkhawatirkan keadaan Tiara, sahabatnya. Sedangkan Raja berjalan ke arah kursinya lalu memeriksa semua PR murid-muridnya, tatapannya sesekali melirik ke arah luar di mana Tiara masih berlari memutari lapangan. Raja sempat menatap lama ke arah Tiara yang menghentikan langkahnya, gadis itu seperti sedang memijat keningnya yang berkeringat, sampai saat tubuhnya oleng dan terjatuh, di saat itu lah Raja langsung berdiri dan berlari untuk menghampirinya. "Dia kenapa lagi sih?" keluh Raja lirih. "Kalian tetap di kelas, jangan ada yang keluar!" perintah Raja ke arah murid-muridnya sebelum benar-benar pergi dari sana. Sedangkan Nathasa yang tahu Tiara pingsan, hanya bisa terdiam tanpa bisa berbuat apa-apa, di dalam hati ia hanya bisa berharap sahabatnya akan baik-baik saja. "Ara, kamu baik-baik aja kan?" gumamnya resah, padahal temannya itu baru saja sekolah, lalu bagaimana bila dia justru sakit dan absen sekolah lagi, Nathasa pasti akan merindukannya lagi. Di sisi lainnya, Raja menepuk pipi Tiara beberapa kali setelah memangku kepalanya di pahanya. Namun Tiara tak kunjung membuka matanya, dengan sigap Raja menggendong Tiara ke UKS untuk memeriksakan kondisinya. "Anak ini benar-benar merepotkan," keluhnya kesal setengah khawatir sembari terus berlari dengan menggendong tubuh muridnya tersebut. Setelah sampai, Raja langsung meminta petugas kesehatan untuk memeriksa kondisi Tiara. Sedangkan ia hanya bisa menunggu di luar, ia tidak bisa meninggalkannya begitu saja di sana. Tak lama, petugas itu keluar yang langsung disambut tatapan tanya olehnya. "Bagaimana kondisi murid saya, Pak? Apa dia harus dibawa ke rumah sakit?" tanya Raja was-was. "Tidak perlu, dia hanya kelelahan, sebentar lagi mungkin dia akan sadar. Tapi tolong ditemani dulu ya, setidaknya ada yang harus mengingatkannya untuk meminum vitamin." Petugas tersebut memberikan sebuah obat ke arah Raja, yang diterima baik oleh lelaki itu. "Iya, Pak. Terima kasih." "Iya." Raja berjalan ke arah ruangan muridnya dan duduk di kursi yang berada di dekat ranjangnya. Di sana Raja menghela nafas panjangnya, merasa tak percaya saja ia harus melakukan hal menyebalkan. Seharusnya ia mengajar sekarang dan memeriksa PR murid-muridnya, namun hanya karena satu murid, ia harus menunda pekerjaannya entah sampai kapan. Cukup lama menunggu, membuat Raja terlelap di ranjang pasien lainnya. Tidak dipungkiri ia memang sedang lelah sekarang, setelah semalam ia tak sempat beristirahat tepat waktu. Di sisi lainnya, Tiara membuka matanya, menatap langit-langit dan sekelilingnya dengan penuh tanda tanya. Sampai saat ia menyadari seseorang tengah tidur di ranjang lainnya, Tiara sempat terkejut melihatnya meski pada akhirnya yang ia lakukan hanya menghela nafas setelah mengenali seseorang itu. "Pak Raja?" panggil Tiara yang dengan mudah membangunkan gurunya, bisa dilihat dari caranya membuka mata dengan tenang lalu menoleh ke arah Tiara. "Apa?"  "Kok saya bisa ada di sini, Pak?" "Kenapa lagi kalau bukan karena kamu pingsan? Menyusahkan." Raja membangunkan tubuhnya lalu mengambil satu vitaman yang berada di atas meja. "Bangun dan minum vitaman ini!" Raja menyodorkannya pada Tiara yang berusaha bangun lalu mengambilnya. "Air putihnya mana, Pak?" tanya Tiara yang membuat Raja terdiam tak percaya, bagaimana mungkin ia bisa menyuruh muridnya meminum vitaman tanpa air. Dengan perasaan malas, Raja mendirikan tubuhnya, ia berniat meminta minuman ke penjaga. "Tunggu sebentar!" Tiara hanya mengangguk, tubuhnya yang masih lemah tampak tidak bisa berlama-lama duduk di ranjang, itu lah kenapa ia memutuskan untuk berbaring kembali dan menunggu gurunya datang lagi. "Maaf mengganggu, Pak. Apa Bapak punya air, murid saya sudah siuman, dia ingin meminum vitaminnya." "Maaf, Pak. Saya tidak punya, kebetulan air di UKS juga sudah habis."  Mendengar itu, Raja hanya bisa terdiam dan mengangguk lalu pergi keluar ke arah kantin, mau tak mau ia harus membelikan muridnya itu minuman.  Setelah membeli air putih, Raja justru melihat muridnya itu terlelap di ranjang dan yang Raja lakukan hanya menghela nafas, lalu berjalan menghampirinya berniat membangunkannya. "Bangun!" Raja menepuk pundak Tiara, tak lama muridnya itu membuka mata dan mendudukkannya tubuhnya. "Maaf, saya ketiduran, Pak." "Sudahlah, ini airnya. Cepat minum vitamin kamu! Saya juga masih banyak urusan yang harus ditunda gara-gara kamu."  "Iya, Pak. Maaf ...." Tiara meminum vitaman miliknya lalu air yang diberikan gurunya. Di dalam hati ia menggerutu kesal, gurunya itu terlalu buruk memperlakukannya padahal ia pingsan kerena perintahnya. "Saya pergi dulu, nanti saya akan menyuruh teman kamu ke mari untuk menemani kamu." "Iya, Pak. Terima kasih." Tiara mengangguk sopan, sedangkan gurunya itu hanya mengangguk lalu pergi dari sana, meninggalkannya dengan rasa kesal di dadanya. "Pak guru itu benar-benar berbeda, sikapnya terlalu ketus ke muridnya," gerutu Tiara kesal meski tidak ada yang bisa ia lakukan kecuali diam dan beristirahat di sana.  Sebenarnya, kondisinya memang sedikit lemah tadi pagi. Namun, karena tidak ingin terus-terusan merepotkan Nathasa yang sering membantunya menulis pelajaran, Tiara harus tetap berangkat ke sekolah.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Jodohku Dosen Galak

read
31.0K
bc

Pacar Pura-pura Bu Dokter

read
3.1K
bc

Takdir Tak Bisa Dipilih

read
10.2K
bc

(Bukan) Istri Simpanan

read
51.2K
bc

Kusangka Sopir, Rupanya CEO

read
35.7K
bc

Desahan Sang Biduan

read
54.0K
bc

Silakan Menikah Lagi, Mas!

read
13.5K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook