ONE - PAST

1306 Kata
 Sepuluh tahun yang lalu....  Andrew tengah asik menikmati makan siang yang dibuat neneknya. Dua potong sandwich berisi sayuran dan daging. Sederhana memang, tetapi menurut Andrew sandwich buatan nenek adalah yang terbaik. Ia sudah kehilangan kedua orangtuanya sejak berumur 7 tahun karena sakit. Penyakit itu sebenarnya bisa disembuhkan jika mereka memiliki uang, tetapi sayang mereka adalah orang miskin. Andrew juga selalu di-bully oleh teman-temannya, karena dia miskin. Walaupun begitu, Andrew kecil masih memegang teguh nasihat orangtuanya untuk selalu berbuat kebaikan dengan tulus. "Hey, apakah itu sandwich buatan nenek kesayanganmu?" tanya seorang anak laki-laki berambut pirang bernama Sam. Dia adalah anak yang kaya yang pintar di sekolah Andrew, tetapi Sam memiliki watak yang jahat, karena suka merundung kaum lemah. Andrew tahu kalau ia akan dirundung sebentar lagi, tetapi ia selalu tersenyum tulus dan memaafkan mereka. "Ya, kau mau?" tawarnya sambil menyodorkan kotak sandwich itu. Sam dan gengnya tertawa mengejek lalu mengambil kotak makan siang Andrew. Ia menjatuhkan semua sandwich itu ke tanah dan menginjaknya hingga tidak layak dimakan. "Aku tidak menginginkan makanan dari keluarga kotor sepertimu." Andrew menatap sandwich-nya dengan hati perih. Itu adalah sandwich buatan neneknya yang dipersiapkan khusus. Andrew tidak marah. Ia smengingat nasihat kedua orangtuanya untuk sellau memaafkan yang jahat, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. Ia memungut kembali kotak makan siangnya. Ia berdiri dari tempat duduknya hingga sejajar dengan Sam. Tidak ada kilatan emosi yang terpancar dalam mata Andrew, melainkan tatapan maklum yang tampil di sana. Ia hanya menatap mata Sam yang juga menatapnya dengan tatapan mengejek.  "Aku akan pergi," gumamnya. "Mau ke mana? Kami semua belum selesai denganmu." Sam menahan pundak Andrew sembari tersenyum jahil. "Aku sudah selesai dengan kalian." Andrew melepaskan tangan Sam dengan gerakan yang sopan sambil berjalan menjauh, tetapi sepertinya ia menantang orang yang salah kali ini. "Kalian ingin hiburan?" tanya Sam dengan suara yang dikeraskan. "Ya!" jawab anggota gengnya. "Rundung dia," gumam Sam pada anggota gengnya. Mereka langsung mengikuti perintah Sam. Kali ini, Andrew dipukuli hingga babak belur dan baju seragamnya disobek hingga seperti seorang gelandangan. Sekasar apa dan sejahat apa pun perbuatan mereka, Andrew selalu berusaha tidak menyimpan dendam maupun kebencian. Ia selalu memaafkan semua orang yang berbuat jahat padanya. Semua orang yang lewat tempat itu, hanya memandanginya dan bahkan hanya menonton. Mereka takut pada geng Sam yang terkenal selalu merundung orang. Sam memang terkenal kaya dan tampan, hingga tidak heran banyak siswi yang menyukainya, meskipun satu sekolah tahu jika reputasinya adalah penjahat. Ia selalu merundung kaum lemah, baik perempuan, maupun laki-laki. Sam berpacaran dengan gadis paling cantik di sekolah itu, yang bernama Vanessa. Gadis populer yang pintar dan kaya, tetapi tidak kalah jahatnya dengan Sam. Hidup kadang tidak adil. Saat kau punya uang, kau pasti dihargai bahkan dipuja, tidak peduli watakmu jahat ataupun baik. Andrew tahu ia tidak boleh mengeluh dengan apa yang dialaminya sekarang. Karena itu, ia tidak pernah menangis dan tidak membalas kejahatan mereka, sebab ia tahu hukum karma pasti berjalan. Andrew sedang menunggu waktu ketika dunia memutar balikan keadaan mereka berdua. "Murahan,"gumam seorang gadis bertubuh mungil yang memakai kacamata. Ia memeluk buku tebal di tangannya. Walaupun volume suaranya normal, tetapi semua orang di situ langsung berbalik menatapnya termasuk Sam. Sam dan gengnya langsung menghentikan aksinya dan kini menatap gadis mungil itu. Sam menyipitkan matanya sembari melangkah mendekati gadis mungil pemberani itu. Andrew mengamati gadis itu baik-baik sambil mengusap ujung bibirnya yang berdarah. Gadis itu pemberani atau bodoh? Sepertinya dia menantang orang yang salah, pikir Andrew sambil berdiri dari tempatnya. Hening. Tidak ada yang bersuara, tidak ada yang bergerak. Yang terdengar hanya tiupan angin di udara yang membelai rambut gadis itu lembut. Semua orang menatap Sam dan gadis itu dengan jantung yang berdebar-debar, menunggu apa yang akan terjadi nantinya. Gadis itu terlihat santai di tempatnya sambil memegang buku tebal itu. Tidak ada rasa gentar lewat di matanya. Tatapan gadis itu sekeras baja. Andrew menduga watak gadis itu pun tidak kalah kerasnya dari tatapannya. Sam kini sudah berada di depan gadis itu sembari menatapnya tajam. "Siapa namamu, gadis kecil?" tanya Sam tajam. "Aku lebih tua darimu," jawab gadis itu mantap. "Berapa umurmu?" "16," jawabnya singkat. Sam tertawa begitu juga gengnya dan semua orang yang berada di situ. Semua, kecuali Andrew. Ia tetap mengamati gadis itu dalam diam dan mata mereka bertemu sesaat. Andrew baru menyadari kalau gadis itu memiliki warna iris mata yang unik, yaitu violet. "Aku berumur 17 tahun, gadis bodoh!" kata Sam sambil memegangi perutnya yang sakit, karena tertawa "Aku satu tingkat lebih tua darimu dalam pendidikan. Kau tidak lebih dari adik kelas di mataku," tantang gadis itu sambil tersenyum mengejek. Semua orang kini kembali diam menatap keduanya. Sam juga terkejut sembari menatap gadis itu tajam. Semua orang tidak ada yang mau berurusan dengan Sam jika di sekolah, karena itu sama saja dengan mati. "Bereskan dia," pinta Sam pada anggota gengnya. Anggota gengnya yang berjumlah lima orang itu maju dan siap memberi pelajaran pada gadis itu. Namun, dengan gerakan cepat, gadis mungil itu menghindar dari pukulan geng Sam. "Lima orang versus satu?" tanya gadis kecil itu sembari mendengus geli. "Pecundang." Karena dilanda amarah yang begitu besar, Sam langsung mendorong semua anggota gengnya, lalu berjalan mendekati gadis kecil itu. Ia menggulung lengan seragamnya sembari mengepalkan tangannya, berniat memukul wajah gadis itu. Tak disangka-sangka, gadis itu langsung mencengkeram pergelanga tangan Sam dan dipelintirnya. Sam mengerang kesakitan, berusaha melepaskan diri. Namun, semakin ia berusaha, tangannya malah semakin dipelintir, bahkan gadis itu menendang tulang belakang lutut Sam. Sam berlutut sembari mengerang sakit.  "Kalau kalian mendekat, akan kupatahkan pergelangan tangannya," ancam gadis itu. Geng Sam langsung bergerak mundur teratur. Sam mengerang, meminta dilepaskan. Gadis itu langsung mendorong tubuh kesakitan Sam ke tanah, sembari memandangnya dengan tatapan merendahkan. Sam menatap gadis itu dengan tatapan tajam dan penuh kebencian sembari berdiri dan mengajak gengnya segera pergi dari tempat itu. "Lemah," gumam gadis itu mengiringi kepergian Sam dan gengnya. Gadis kecil itu berjalan menuju Andrew. Ia berdiri sejajar dengan Andrew dan menatap matanya langsung. Andrew bisa merasakan jantungnya berdebar saat itu juga. Gadis itu menyodorkan kotak P3K pada Andrew sambil berkata dengan nada menyindir, "Baru pertama kali aku melihat pria sebaik dirimu... oh maaf maksudku sebodoh dirimu." Andrew terpana dan langsung menyukai gadis itu. Gadis dengan warna mata violet yang unik. Hari itu juga, ia  langsung mencari biodata gadis itu dan baru mengetahui jika namanya adalah Alice Samantha, berumur 16 tahun dan terkenal karena kepintarannya. Andrew jatuh hati untuk pertama kalinya pada gadis itu. *** Beberapa tahun berlalu, Andrew bekerja menjadi buruh yang mengangkat barang-barang berat sembari belajar ekonomi -pelajaran kesukaannya- secara otodidak lewat buku pinjaman perpustakaan. Kini, ia tinggal sebatang kara, setelah neneknya meninggal tiga tahun yang lalu. Andrew tumbuh menjadi pribadi yang dapat dipercaya dan jujur. Ia tampan dan bertubuh atletis -karena selalu mengangkat barang berat.  Di tempat kerjanya, Andrew terkenal, karena keuletan dan kejujurannya. Banyak wanita yang menaruh hati padanya, namun sayang dia miskin. Para wanita yang menyukainya harus berpikir dua kali untuk menaruh perasaan pada Andrew, karena masalah keuangannya. Mereka lebih memilih menjadi simpanan anak pemilik pabrik yang jahat dan bertubuh gempal daripada menjadi istri sah Andrew. Karena uang adalah segalanya. Dan hari itu adalah hari di mana hidupnya berubah 180 derajat. Ia dituduh mencuri uang operasional pabrik oleh Gerry, anak pemilik perusahaan. Tidak ada yang mempercayainya.. Tidak ada yang membelanya.. Tidak ada yang mendengar pengakuannya.. Itu semua karena dia tidak berkuasa dan miskin. Semua orang lebih mempercayai Gerry. Andrew mengubah pemikirannya yang dulunya selalu mengutamakan kebaikan dan ketulusan. Kini pemikirannya menjadi seperti orang-orang di dunia ini, yaitu uang adalah segalanya. Andrew lelah menjadi miskin dan menyadari kalau kebaikan tidak akan memberikannya uang secara cuma-cuma. Kebaikan hanya kebohongan belaka. Ia tidak mempercayai lagi tentang kebaikan. Andrew berubah menjadi pria jahat dan licik. Dengan segepok uang 500 dolar di tangannya ia menapaki tangga kasino di Las Vegas dan mempertaruhkan nasibnya di meja judi. Siapa sangka, nasibnya berubah hanya dalam waktu semalam. Keberuntungannya menjadikannya seorang milyarder, semudah membalikkan telapak tangan. Ia membangun sendiri kasinonya, begitu juga hotel dan bar. Semua usahanya sukses dan kasinonya menjadi yang terbesar di Las Vegas berkat ketelatenan dan permainan liciknya selama beberapa tahun. Hidupnya kini berkecukupan bahkan lebih. Ia menjadi salah satu orang terkaya di dunia. Andrew menjadi terkenal.. Andrew kaya... Itu semua karena ia mengubah pemikirannya.. Dan kini waktunya untuk balas dendam...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN