"Aku tidak sengaja melakukan hal itu!" Sevda menggeleng cepat, saat Serkan menatapnya heran.
"Dia bohong! Jelas-jelas dia mendorongku dengan kesadarannya!" Ayaz membantah.
"Apa? Omong kosong!" Sevda maju beberapa langkah untuk lebih dekat dengan Ayaz.
"Kau memang gila!" Ayaz ikut mendekat dan melayangkan telunjuk ke arahnya.
"Kau yang gila!" balas Sevda marah.
Dua orang itu kini saling bertengkar dan berdebat. Sementara teman-temannya hanya terbengong menyaksikannya.
"Dasar gadis tidak waras. Kenapa kau menceburkanku ke laut. Memangnya kau pikir aku ikan?!" timpal Ayaz tak terima.
"Sudah kubilang aku tidak sengaja. Kau masih saja banyak bicara," Sevda membantah.
"Apa kau berpikir kalau kau tidak sengaja lantas aku akan memaafkanmu. Cih! Tidak akan!" Garis mata Ayaz menegas.
"Lalu kau mau apa? Kau ingin membalasku? Begitu?"
"Diamlah! Aku pasti akan membalasmu!"
"Kau tidak akan pernah bisa membalasku! Dasar pria batu!!!"
"Berhentilah menyebutku pria batu! Kau bahkan tidak lebih seperti ikan cupang."
"Ikan cupang? Bagaimana ceritanya?"
"Yah, kau suka marah-marah tidak jelas. Dan ya, mulutmu itu… tidak pernah diam seperti ikan koi!"
"Dasar pria tak tahu diri. Kau menyebutku ikan koi? Daripada kau, kau seperti babi hutan!"
"Astaga. Gadis ini benar-benar gila!"
"Kau yang gila!"
"Yah, benar aku akan gila jika terus-terusan meladeni dirimu. Lebih baik aku pergi saja. Menyebalkan!"
"Pergilah dan jangan pernah kembali. Bongkahan gletser. Pergilah ke kutub Utara dan membekulah. Memang itu dirimu yang sebenarnya."
"Sudahlah. Kalian seperti anak kecil!" Serkan mulai menengahi mereka. Pria itu kemudian terfokus pada Ayaz. "Cousin, ayo kita pulang dan ganti bajumu. Nanti kau masuk angin."
"Ayaz, dengarkan Serkan. Kau tidak perlu mengurusi gadis centil sepertinya. Mereka memang suka menggoda pria-pria tampan." Hazal yang sedari diam, mulai ikut berkomentar dan menyindir Sevda dengan nada sinis.
"Hei, hello!" Cansu mendekat. "Apa kau bilang tadi? Gadis centil dan suka menggoda pria tampan? Apa kau tidak punya kaca sehingga kau tidak bercermin pada dirimu sendiri?!"
"Cansu...." Ozan segera melerai mereka sebelum hal yang tak diinginkan terjadi.
"Ozan, diamlah. Aku tidak terima kalau gadis ini mengejek temanku!" bantah Cansu.
"Aku juga!" Oyku menyahut.
"Oyku...." Burak hendak ikut campur tetapi Oyku langsung melemparinya tatapan tajam hingga membuat pria itu terkicep.
Kini gadis-gadis itu melipat tangannya dengan angkuh menatap Hazal. Hazal hendak membalas, tetapi dengan cepat Serkan menahannya.
"Hazal, sudahlah. Jangan bertengkar!"
"Serkan, tapi gadis-gadis ini sangat kurang ajar. Dan terutama Sevda, dia harus meminta maaf dengan Ayaz!" celetuk Hazal.
"Kau benar, Hazal. Gadis gila ini harus meminta maaf denganku!" Ayaz menunjuk dengan nada marah tepat ke arah Sevda.
Sevda kembali murka. "Awalnya aku ingin meminta maaf, tapi setelah melihat sikapmu ini, aku jadi malas!"
"Kau—"
"Cousin!" Serkan kembali menahan Ayaz.
Tetapi, Hazal tampak sudah saling adu mulut dengan Cansu dan Oyku. Para pria pun bingung melerainya. Hingga akhirnya mereka berhasil menanganinya. Serkan membawa pulang Ayaz dan Hazal. Sementara Sevda dan teman-teman sudah berdiri di dekat mobil.
"Oyku, kau mau pulang bersamaku?" tanya Burak.
"Tidak! Terima kasih!" jawab Oyku ketus yang langsung masuk ke dalam mobil Ozan.
"Cansu, berhentilah bertengkar dengan Hazal. Kau—"
"–Ozan, berhentilah mengaturku. Dan aku tidak akan pernah bertengkar sebelum dia yang mulai. Hazal itu gadis kurang ajar!" Cansu mengepalkan tangannya sempurna.
"Aku setuju dengan Cansu." Kini Sevda menyahut dari bangku belakang. "Berani sekali dia menyebutku gadis centil. Dan ya, dia menuduhku menggoda pria batu itu? Yang benar saja. Sama sekali tidak sudi!"
Oyku dan Cansu melotot tak menyangka saat melihat sahabatnya yang lemah lembut kini menjadi ganas.
"Bagus, Sevda. Kau jangan terima saat dia mengejekmu!" sahut Oyku.
"Kalau sampai dia mengataiku lagi, aku tidak akan diam lagi!" Garis mata Sevda menegas.
Sementara Ozan mendesah gusar lantas melajukan mobilnya.
****
"Cansu, dia itu menyebalkan. Lihat apa yang dia katakan tadi. Dia menyebutku ikan koi. Sialan!" Entah mengapa tiba-tiba Sevda mengingat akan perdebatannya dengan Ayaz.
"Sevda, berhentilah memikirkan Ayaz. Lebih baik kau fokus saja dengan Serkan," ucap Cansu.
"Cansu! Kau mengejekku kalau aku sedang memikirkan Ayaz? Yang benar saja. Tidak sekali pun pikiranku terkontaminasi oleh pria batu itu."
"Tapi baru saja kau melakukannya, Sevda!" Oyku menyahut.
"Oyku, diamlah. Aku tidak mau berdebat. "
"Yah, terus saja kau mengomel. Percuma, Ayaz tidak akan mendengarnya."
***
"Dia itu gadis yang gila. Lihat apa yang dia lakukan padaku? Dia menyeburkan ku ke dalam laut. Untung saja aku pandai berenang." Ayaz mengomel saat keluar dari kamar mandi dengan telanjang d**a.
"Cousin, apa benar Sevda melakukan itu?" Serkan yang duduk di pinggiran ranjang tampak ragu.
"Astaga, Serkan. Berapa kali aku bilang. Dia yang melakukannya. Apa kau tidak melihat keadaanku. Lihatlah. Tubuhku menjadi basah kuyup karena dia."
"Aku hanya tidak menyangka saja. Karena yang aku tahu Sevda itu anaknya baik. Dia bahkan sangat sopan padaku."
"Hahaha. Yah, memang sopan sekali. Sopan seperti nenek sihir. Menyebalkan!"
"Tapi dia cantik bukan?"
"Hei, hello. Apa kau sedang memuji gadis itu? Apa kau sudah lupa dengan Hazal?" tanya Ayaz dengan nada mengejek.
"Ayolah, Cousin. Aku hanya memujinya saja. Bukan berarti aku tertarik dalam artian cinta dengannya. Dan, ya aku sudah terikat hubungan dengan Hazal, jadi aku akan tetap menjaga hubunganku itu."
Ayaz memutar mata malas. "Syukurlah aku tidak pernah terlibat akan hubungan seperti itu. Itu hanya membuat hidup terkekang saja."
"Hei, siapa bilang. Sekali-kali kau perlu jatuh cinta, kawan. Cobalah kau cari gadis, kau pasti akan merasakan indahnya dunia saat bersama orang yang kau cintai," saran Serkan.
"Aku berpacaran? Itu sama sekali tidak ada dalam kamus hidupku." Ayaz berkata tegas sembari mengenakan kausnya.
"Aku tidak yakin dua atau tiga tahun ke depan kau akan mengatakan hal ini lagi. Aku yakin, kau pasti akan mengubah pemikiranmu itu saat mengenal apa itu cinta."
"Ha-ha-ha!" Ayaz tertawa mengejek mendengar ucapan sepupunya itu. "Kau tahu, Cousin. Buatku, cinta sama halnya dengan omong kosong."
***
"Cinta itu ketulusan hati dari dua hati yang saling menyayangi. Itu hanya akan berlaku bagi orang yang normal. Sedangkan Ayaz. Dia itu psikopat. Dia gila. Pria batu yang tidak tahu apa itu cinta!" Sevda berkata mantap. Menyebut bahwa Ayaz adalah pria yang tidak memiliki perasaan.
"Tapi dia sangat tampan, Sevda. Aku yakin, banyak gadis-gadis kampus yang sebenarnya tertarik padanya. Hanya saja mereka memilih diam karena sikapnya yang misterius itu," kata Oyku.
"Oyku... Kali ini aku tidak setuju denganmu!" sahut Cansu. "Seperti yang Sevda bilang, Ayaz itu Monster. Orang seperti itu tidak akan pernah tahu artinya cinta. Dia hanya mencintai dirinya sendiri."
"Tepat sekali. Mana ada gadis yang tertarik dengannya," tambah Sevda. "Atau jangan-jangan... kau tertarik dengannya?"
Sevda dan Cansu menatap penuh intimidasi pada Oyku.
"N-no... tidak tidak... siapa bilang. Aku hanya mengaguminya saja. Bukan berarti aku tertarik dengannya. Dan ya, aku setuju dengan kalian kalau Ayaz itu pria beku." Oyku mengangguk-angguk dengan mata berkedip.
"Bagus. Sekarang katakan, bagaimana perasaanmu terhadap Burak?" tanya Sevda yang langsung membuat kedua iris Oyku membulat.
"Apa hubungannya dengan Burak?"
"Jangan berpura-pura bodoh, Oyku. Kau diam-diam jatuh cinta dengan Burak, bukan?" tebak Cansu.
"Hah, yang benar saja. Burak itu hanya main-main saja. Aku tidak suka dengannya."
"Lalu bagaimana jika dia benaran jatuh cinta denganmu?" tanya Sevda dengan kedua alis yang naik dua kali.
"Ummm... aku... aku rasa itu tidak mungkin."
"Cansu!" panggil Sevda.
"Ya!"
"Sepertinya kita harus buat rencana untuk mendekatkan Oyku dan Burak. Bagaimana menurutmu?"
"Ide yang cemerlang."
"Apa yang akan kalian lakukan?" tanya Oyku malu-malu.
"Sudahlah, kau tenang saja. Dalam hitungan hari, kami pasti akan membuat kau dan Burak menjadi pasangan kekasih!" seru Sevda dengan senyuman indahnya.