"Lihatlah, Serkan menatapmu!" Oyku berbisik tepat di telinga Sevda, yang langsung membuat pipi Sevda memerah jambu.
"Oh God! Dia menghampirimu!" Giliran Cansu yang heboh.
"Apa yang harus aku lakukan?" Sevda mengigit bibir bawahnya gugup.
"Bersikaplah mesra padanya, Sevda. Maksudku, kalau Serkan mengajakmu berdansa, jangan kau menolaknya. Oke?" saran Oyku, yang bernada seperti tuntutan.
Tampak tiga pria bergerak ke arah tiga gadis tersebut. Ketiga pria tersebut adalah Serkan, Ozan, dan satu lagi temannya bernama Burak.
"Hi, Girls!" Ozan menyapa duluan. Lantas memandang ke arah Cansu dan menarik tangan kekasihnya itu untuk didekapnya lantas merapatkan pinggangnya. "You look so beautiful, Baby!" bisiknya menggoda.
"And you… look so charming..," kekehnya pelan.
"Hi!" Kini giliran pria berambut jambul—yang ujungnya dicat putih—menyapa mereka. "Kalian sangat cantik. Hehe," seru Burak. Terutama saat memperhatikan Oyku.
"Oyku, maukah kau berdansa denganku?" tanyanya tanpa basa-basi.
"Ummm…."
"Oyku, terimalah!" Sevda menyenggol bahu temannya itu. "Burak, sepertinya Oyku mau berdansa denganmu, hanya saja dia malu," celoteh Sevda membuat Oyku melototkan mata ke arahnya.
"Sevda!"
"Sudahlah!" Sevda mendorong sedikit tubuh Oyku untuk mendekat ke arah Burak.
"Ayolah!" Burak mengulurkan tangannya pada Oyku. "Sekali saja jangan menolakku." Senyuman pria itu kian berlapis.
Sementara Oyku hanya malu-malu untuk menerimanya. Hingga akhirnya tangan Burak yang harus menggandeng tangan gadis itu untuk bersamanya. Lantas mengajaknya ke tempat orang-orang yang sibuk berdansa.
Ozan dan Cansu pun meninggalkan Sevda yang berhadapan dengan Serkan.
"Kau… kau terlihat cantik malam ini." Suara yang terlontar dari kerongkongan Serkan langsung menggetarkan hati Sevda.
"Terima kasih," seru Sevda jengah. "Kau juga tampak rapi, hehe."
Ufff… Sevda, apa yang kau katakan. Harusnya kau bilang kalau dia terlihat sangat tampan. Kau memang gadis yang tidak bisa romantis.
"Kau baik-baik saja?" tanya Serkan membuyarkan lamunan gadis itu.
"Ah, ya. I'm ok!" Sevda kembali tersenyum jengah.
Serkan mengangguk dua kali. "Kau… mau berdan—"
"–Serkan!" Suara seorang gadis dari belakang memutus perkataan Serkan yang belum usai.
Pria itu menoleh, mendapati Hazal yang berjalan ke arahnya dengan raut mendongkol.
"Serkan, apa yang kau lakukan di sini? Aku mencarimu sejak tadi!" sungut Hazal berkacak pinggang.
"Hazal, aku hanya–"
"–sudahlah, ayo!" Tanpa basa-basi, Hazal menarik lengan Serkan dan membawa bersamanya.
"Sevda, aku pergi dulu ya!"
Sevda menunduk sedih, juga kesal. "Keterlaluan. Memangnya gadis itu siapa. Dengan seenak hati menarik tangan Serkan. Menyebalkan!" Sevda mengepalkan tangannya dan memukulkannya pada telapak tangan kirinya sendiri.
Lantas kedua maniknya itu menyapu pandang. Dilihatnya semua pasangan tampak asyik berdansa. Dan sepertinya, hanya dirinya yang berdiri seorang diri di sana.
Gadis itu merasa bosan berada di tengah keramaian tetapi dalam kesendirian. Ia hendak memanggil Oyku, namun urung saat ia berpikir tak ingin mengganggu kebersamaan temannya itu dengan Burak. Pun begitu dengan Cansu yang sibuk berdansa dengan kekasihnya, Ozan.
Akhirnya, Sevda pun memilih untuk keluar bar mencari udara segar.
Malam hari di cuaca yang cerah adalah salah satu keindahan tersendiri saat menikmati suasana di Turki. Di sepanjang pinggiran laut Bhosporus tersulap serupa negeri dongeng kala kelap-kelip lampu saling bertabur. Juga, jembatan panjang yang membelahnya tampak begitu menyala. Mengantarkan kendaran berlalu lalang di atasnya.
Sevda menyusuri jalanan paving dan berhenti di tepian laut Bhosporus. Bar yang mereka kunjungi kebetulan terletak di sekitar laut Bhosporus. Gadis itu menikmati udara malam yang mulai menyerbu pori-porinya. Terasa sejuk.
Saat ia tengah asyik menyaksikan kapal pesiar yang menderu dari kejauhan, matanya itu tak sengaja menangkap sosok pria yang langsung membuat perhatiannya teralih.
Sevda mendelik. Melihat Ayaz yang berdiri di pinggiran laut tak jauh darinya. Sepertinya pria itu sibuk memperhatikan deburan ombak. Namun, sesaat kemudian, kedua maniknya saling menumbuk pada Sevda.
"Yang benar saja?" Sevda memicingkan mata emosi. Bergerak menghampirinya dan langsung merutukinya. "Apa kau mengikutiku ke sini?"
"What?"
"Katakan saja kalau kau membuntutiku. Iya, kan?!" tuding Sevda tanpa alasan dengan telunjuk mengarah tepat di wajah pria itu.
Ayaz tersenyum getir. "Hai, hello. Memangnya dirimu itu artis sehingga aku harus menguntitmu. Asal kau tahu, aku tidak punya waktu untuk hal sekonyol itu!"
"Lalu apa yang kau lakukan di sini?"
Lagi-lagi Ayaz tersenyum sumbang penuh emosi mendengar celotehan Sevda. "Memangnya ini tempat milik ayahmu? Atas dasar apa kau bertanya seperti itu? Asal kau tahu, ini tempat umum, bukan milik kakekmu!"
"Alasan. Kau hanya mengelak, karena kau sebenarnya mengikutiku."
"Dasar gadis tidak waras!" Ayaz menyemburkan napas gusar, dan hendak berbalik.
"Apa?! Kau menyebutku tidak waras?!" Sevda bergerak cepat mencekal lengan Ayaz. "Kau yang tidak waras. Dasar pria batu! Memangnya dirimu itu–"
Tiba-tiba dua orang yang tengah berlari tanpa sengaja menyenggol bahu Sevda hingga membuat tubuh gadis itu hendak terjatuh. Namun untungnya Ayaz langsung menangkapnya tepat di pelukannya.
Sesaat mereka saling pandang sejenak.
"Berhentilah menatapku seperti itu!" Ayaz kembali mengacau.
"Apa? Kau–"
Sevda hendak kembali terjatuh saat Ayaz melepaskan pelukannya. Namun kembali lagi Ayaz menangkapnya dengan segera. Keempat mata indah itu saling menumbuk. Tampak romantis. Sebelum akhirnya Sevda menghancurkan suasana romantis itu dan mendorong tubuh Ayaz dari hadapannya. Tanpa sengaja, tubuh Ayaz itu terlontar hingga terjatuh ke laut.
Sevda membungkam mulut dengan kedua tangannya serta matanya melotot sempurna.
"OMG! Ufff… apa yang kau lakukan Sevda!" gumamnya panik.
Sementara Ayaz di bawah sana mencoba menyeimbangkan tubuhnya yang terombang-ambing air laut.
"D-dasar gadis gila! Apa yang kau lakukan!" Itu kalimat terakhir yang Ayaz lontarkan sebelum tubuhnya kembali lenyap di tertelan air.
"Oh my God! Apa dia tenggelam?" Sevda semakin panik. "Tolong! Tolong!" Gadis itu berteriak pada orang-orang sekitar, hingga mereka mulai mendekat.
Suara dering ponsel mulai bergetar dari tas kecilnya. Dengan tangan gemetar ia mengambil ponselnya itu dan mendapati nama Oyku yang memanggil. Sevda segera mengangkatnya.
"Sevda, kau di mana?" tanya Oyku di seberang sana.
"Oyku… Oyku cepat ke sini!"
"Sevda, ada apa? Kenapa kau gugup?"
"Nona, kenapa kau berteriak tadi?" Salah seseorang bertanya pada Sevda.
"Itu… itu dia tercebur ke laut."
"Siapa?"
"Sevda, siapa yang jatuh ke laut?" sahut Oyku bertanya—panik.
"Dia!" Sevda menunjuk ke arah laut.
Detik selanjutnya, Ayaz muncul dari dalam sana dan mencoba meraih permukaan. Para pria yang melihatnya mulai mendekat dan membantunya naik.
"Oyku, pria batu itu… aku mendorongnya hingga jatuh ke laut!" kata Sevda gugup. Matanya masih ketakutan.
"Hah? Maksudmu, Ayaz?" Itu suara Cansu. Sepertinya, gadis itu telah mengambil alih ponsel Oyku.
"Cansu…."
"Sevda, kau di mana sekarang?"
"Aku ada di taman pinggir laut. Di sekitar bar."
"Baiklah kami ke sana!"
"Kau tidak apa-apa?" tanya salah satu orang pada Ayaz.
Saat itu Ayaz sudah berhasil naik di daratan dengan tubuh yang basah kuyup.
"Aku baik-baik saja," jawab Ayaz namun dengan tatapan ganas menyorot ke arah Sevda yang bagai anak kucing.
"Sevda!" Oyku yang datang bersama teman-temannya berteriak memanggil Sevda, lantas memeluknya begitu sampai.
Sevda gugup melihat Serkan yang juga bersama mereka.
"Kau baik-baik saja, kan?" tanya Oyku sekali lagi.
"Sevda, kau tidak apa-apa?" Cansu ikut khawatir.
"I-iya... aku baik-baik saja," jawab Sevda gugup.
"Cousin?" Serkan yang melihat sepupunya basah kuyup memasang wajah keterkejutan. "Apa yang terjadi padamu, Ayaz?" Pria mendekat ke arahnya dan mengecek keadaannya.
"Semua ini gara-gara gadis gila itu!" tunjuk Ayaz pada Sevda dengan wajah garang.
"Sevda?" Serkan sedikit menganga.