bab 4 tempat baru

742 Kata
Gina menyuruh asiatennya,Beni untuk mengurus Ana, memberikan kamar dan pakaian untuk Ana dan segala keperluan Ana selama dia di tempatkan di bar ini. Atmosfer mememiliki puluhan kamar di lantai dua dan tiga untuk para tamunya booking sehingga mereka tidak perlu membawa para wanita penghibur yang mereka sewa dari bar ini. Setiap kamar memiliki harganya masing-masing dari yang kamar kecil termurah hingga kamar yang besar dan istimewa vvip. Sedangkan di lantai atasnya lagi adalah tempat tinggal para wanita penghibur yang bekerja pada Gina. Mereka disediakan tempat diatas agar mudah dipanggil jika ada yang menginginkan salah satu dari mereka. Ana mengikuti Beni yang mengantarnya menuju lantai atas. Sepanjang jalan Beni menjelaskan segala sesuatu panjang lebar. Tapi tak satu pun yang di dengar oleh Ana. Ana hanya diam membisu mengikuti Beni di belakang. Ana tak peduli apa yang akan dilakukan terhadap dirinya di tempat barunya ini. Toh hidupnya sudah tak ada harganya lagi. Dia hanya bisa pasrah dan menerima apapun. " Ini kamarmu" tunjuk Beni pada sebuah pintu. Dia mengambil kunci dari sakunya dan membukakan pintu itu. Suasana di dalam tampak gelap gulita. Lampu kemudian terang benderang begitu mereka memasuki kamar itu. Ternyata Beni menyalakan saklar lampu yang terletak di dekat pintu. Di depan pintu muncul 2 orang wanita cantik dengan pakaian yang minim. " Itu Anggela dan Mimi, mereka yang akan membantumu mandi dan bersiap-siap. Gina akan kesini nanti" Terang Beni memperkenalkan dua wanita itu pada Ana. Tapi Ana hanya diam tak bergeming dan tak merespon. " Kalian uruslah dia. Mandikan dan dandani dia " perintah Beni pada dua wanita itu. Kemudian dia bergegas keluar karena masih banyak pekerjaan yang menantinya. " Kamu tak ingin kami mandikan juga Ben?" Goda salah satu dari mereka menghadang Beni di depan pintu. " Nanti kalau pekerjaanku sudah selesai" jawab Beni santai. Dia sudah terbiasa menghadapi para wanita penghibur di Atmosfer ini. Sesekali dia tentu saja memakai mereka karena tak ada larangan dari Gina bagi para pekerja laki-lakinya untuk menjamah para wanita penghibur yang dipekerjakan Gina. Apalagi kalau para wanita itu sendiri yang menggodanya. Kedua wanita itu membiarkan Beni pergi dengan perasaan kecewa. Mereka pun fokus menatapi Ana yang berdiri tanpa ekspresi. "Siapa nama kamu" tanya Anggela menghampiri Ana sambil mengamatinya lebih dekat. " Kamu dijual atau memang mau mejajakan diri?" Tambahnya. Tak ada jawaban dari Ana. Dia hanya diam dengan tatapan hampa. " Barangkali dia bisu atau dia masih shock karena dijual oleh keluarganya untuk jadi p*****r" gamam mimi. " Bisa jadi" "Sudahlah. Kita kerjakan saja perintah Gina. Ayo mandikan dia. Justru yang seperti dia yang gampang diurus. Dari pada orang-orang sebelumnya yang suka meraung dan mengamuk karena tidak terima dirinya dijual." Ujar mimi menuju ke kamar mandi. Diisinya bathtub dengan air hangat kemudian di beri showergel dan wewangian agar Ana menjadi rileks dan harum. Setelah bathtub terisi penuh. Mereka melucuti pakaian Ana yang tak mengenakan apapun lagi dibalik dressnya. Begitu kaki Ana dimasukkan di dalam bathtub. Tubuhnya terlonjak kaget. Karena setelah bertahun-tahun lamanya baru kali ini dia bisa merasakan air hangat lagi. Perlahan mereka membaringkan tubuh Ana dalam bathtub dengan kepala diatas air bersandar pada pinggiran bathtub. Tubuh ana digosok dan dilap dengan lembut, tubuhnya ditutupi oleh gelembung sabun dan wewangian yang perlahan membuat Ana nyaman. Setelah selesai dimandikan. Ana dipakaikan pakaian yang indah yang membuat Ana tampak bersinar. " Kamu cantik" puji Anggela menatap kagum pada Ana setelah ia selesai mendandaninya. " Tentunya para wanita di peringkat atas akan was-was mendapat saingan baru" ujar mimi menimpali. " Besok pasti sudah tersebar kabar anak baru ini" " wajah cantik tapi kalau servisnya ga memuaskan juga percuma, ga bakal laku" Mereka terus berbicara tapi Ana tak menanggapi ataupun menimpali obrolan mereka. Hingga akhirnya mereka capek sendiri karena Ana sama sekali tak menanggapi obrolan mereka. Dia hanya diam saja menatap kosong menerawang jauh. " Ya sudah kamu istirahat saja sekarang. Tempat tidur sudah kami bereskan untukmu. Nanti kami akan suruh orang dapur untuk mengantarkan makanan untukmu." Pamit Mimi meninggalkan kamar bersama Anggela setelah semua tugas mereka selesai. Seperginya mereka. Ana tetap diam dan termenung. Di kampungnya tentu dia tak punya waktu untuk duduk diam seperti ini. Dari matahari terbit hingga tenggelam dia harus mengurus rumah, memasak dan membantu mengurus peternakan. Malamnya pun dia harus melayani nafsu para pria b***t. Tubuhnya dipermainkan mereka sesuka hati asalkan mereka puas tak memperdulikan kesakitan dan penderitaan Ana. Yang lama kelamaan membuat Ana pun terbiasa. Kini dia berada di tempat baru dan lingkungan baru, dia sudah tak peduli jika takdir hidupnya tak berubah..
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN