Yoora mengangkat tangan kanan putra bungsunya lalu mencium punggung tangan itu penuh kasih, Dia nyaris gila melihat anak itu tak bisa bernafas tadi, Namun Jin melakukan tugasnya dengan baik. Jungkook anak yang kuat karena itu dia pasti bisa bertahan meski sempat beberapa kali membuat hyung tertuanya itu nyaris tumbang karena lelah bercampur rasa takutnya.
"Maafkan Eomma sayang"Lirihnya bergetar.
"Eomma tak akan meninggalkalmu hiks"Jinwoon menatapnya sedih.
"Karena itu, kau juga jangan meninggalkan Eomma hiks hiks"Yoora mengangkat wajahnya memandang penuh luka wajah tirus yang pucat putra bungsunya.
"Sayang ... Kenapa tanganmu begitu kecil"Lirihnya memandang tangan kurus putranya yang pucat.
"K-kemana putra bongsor Eomma yang nakal dan tak bisa diam heum?"Dia mengusap air matanya.
"Kookie ... Eomma tak bisa hiks hiks"Yoora kembali menunduk dengan tangan yang masih menggenggam tangan putra bungsunya.
Yoora terkejut saat merasakan tangan besar Jinwoon ikut menyentuh tangannya yang masih menggenggam erat tangan putra bungsunya, dia mendongak lalu mendapati tatapan sendu suaminya yang mengarah pada putra mereka yang berbaring lemah.
"Mau memikirkan ulang semuanya?"Jinwoon bertanya sambil meliriknya sekilas, karena pandangan pria itu kembali pada si bungsu. Yoora membeku.
"Demi Putra-putra kita"Yoora terisak.
"Demi Jungkook"Dan lebih keras lagi, kemudian Jinwoon membawanya masuk ke dalam pelukannya.
"Maafkan aku"Lirih Jinwoon.
"Maafkan kesalahan besar aku Yoora"Dan Yoora hanya mengangguk kecil sebagai balasan.
.......
Taehyung dan Jimin masuk ke dalam ruangan rawat itu, sesekali saling melemparkan senyum kecil satu sama lain.
"Yakk! bocah tengil, apa kau tak bosan tidur terus hah?"Jimin menggeleng dramatis memandang tubuh Jungkook yang masih sama seperti satu bulan yang lalu. Tak ada perubahan.
Lalu tatapan Jimin mengarah pada Taehyung yang terdiam terlihat sedang menahan tangis.
"Hey ... Bukankah kau sudah berjanji untuk tak menangis lagi dihadapannya heum?"Tanyanya menyenggol pelan bahu Taehyung.
Taehyung tersadar dari lamunannya, menghela nafas lalu menyunggingkan senyuman.
"Aku juga tak tau Jim ... Mataku selalu panas hanya sekedar menatap wajah pucatnya"Darah Jimin tiba-tiba berdesir hebat, karena sungguh dia juga merasakan hal yang sama.
Namun dia mencoba menutupi semuanya, karena mencoba mengerti, Taehyung pasti lebih terpukul. Dan tugasnya adalah selalu berada disisi kedua adik sepupunya itu.
"Kookie-ah Hyung datang!"Taehyung meletakkan boneka kelinci disamping ranjang Jungkook.
"Lihat! Hyung sudah nyaris membawa semua barang-barang kesayanganmu, apa kau belum mau sadar heum?"Tanyanya lembut, Jimin mengangguk semangat menyetujui.
"Aku tak membawa apa-apa Kookie-ah ... Apa kau tak ingin memarahiku seperti Namjoon hyung dulu?"Taehyung meliriknya sekilas, mereka berdua berdiri di masing-masing sisi kanan dan kiri ranjang anak itu.
"Kau tau, satu sekolah selalu menanyakan keadaanmu pada kami"Jimin terkekeh.
"Dan berakhir Taehyung yang pergi menangis ke toilet entah karena lelah menjawab atau terlalu rindu padamu"Lanjutnya. Taehyung menunduk.
"Bangun! dan kita habiskan waktu bersama seperti dulu lagi"Jimin masih memperlihatkan senyumannya.
"Aku dan Taehyung tak akan mau gagal lagi menjagamu"Lalu entah kenapa air matanya mengalir.
"Yakkk kau yang melarangku menangis tapi kau yang malah menangis!"Desis Taehyung.
"Ini diluar rencana Taehyung! Air mataku turun tanpa dikomando"Taehyung menghembuskan nafasnya berat, dia mati-matian menahan tangisnya namun Jimin malah gagal.
"Jim aku---
"Hiks hiks"
"Yakkk bantet!"
"Aku rindu adik kecilku hiks"
........
"Taehyung Hyung tunggu!"Seorang remaja manis berlari mengejar Taehyung dikoridor sekolah menengah atas itu yang mulai sepi.
"Ada apa Jihoon-ah?"Park Jihoon, saudara semarga Jimin sepupunya. Taehyung mengenalnya dua bulan yang lalu saat anak itu pindah ke sekolahnya, satu angkatan dengan Jungkook adiknya. Sifatnya sangat bertolak belakang dengan sang adik namun karena usianya yang sama membuat Taehyung dekat dengan anak itu.
"Aku hanya penasaran Hyung! kau selalu menceritakan tentang adikmu padaku bahkan satu sekolah terkadang sering membicarakannya, apa aku boleh datang menjenguknya?" Taehyung menghela nafas panjang kemudian tersenyum sembari mengangguk kecil.
▪
▪
▪
▪
"Saeng Hyung ingin mengenalkan seseorang untukmu!"Taehyung tersenyum dengan tangan mengusap rambut sang adik yang mulai memanjang, perlakuan serta tatapan penuh sayangnya pada Jungkook mampu mengundang tatapan iri dari Jihoon yang sedari tadi memperhatikan. Betapa Taehyung sangat menyayangi adiknya membuatnya terkadang mendambakan seorang kakak seperti Taehyung terlebih Taehyung yang selalu menceritakan sosok Jungkook padanya.
"Dia Park Ji----
"Hyung ... Berapa lama adikmu koma?"Jihoon memotong perkataan Taehyung namun Taehyung tidak memperdulikannya karena terpaku pada pertanyaan yang terlontar dari mulut anak itu.
Taehyung menunduk dengan helaan nafas berat.
"Tiga bulan"Jawabnya lirih, Jihoon menutup mulutnya tak percaya.
"S-selama itu tapi kenapa?"Taehyung memilih tak menjawab pertanyaan itu dan Jihoon yang menyadari dirinya terlalu jauh segera meminta maaf.
▪
▪
▪
▪
Jinwoon mengamuk, membanting semua yang ada dihadapannya.
"Hyung kenapa? kenapa kau langsung menyerahkan wanita iblis itu ke polisi hah?"Ujarnya dan Sejeon hanya menghembuskan nafasnya berat.
"Karena aku tak ingin kau mendapat masalah karena dendammu Jinwoon!"Jawabnya tegas.
"Kau sama saja sepertinya jika kau berniat menyiksa ataupun membunuh wanita itu"Lanjutnya membuat Jinwoon merasa tak puas.
"Setelah apa yang dia lakukan pada putraku ... Polisi saja tdak cukup hyung! Arghhhh!!!"Sejeon bangkit.
"Biarkan polisi melakukan tugasnya dengan baik Jinwoon"Ujarnya lalu berlalu dari sana,membiarkan Jinwoon sendiri, menenangkan emosinya.
▪
▪
▪
▪
Yoongi menghela nafas panjang, masuk dan merasakan perasaan yang sama seperti saat ia berada diruangan itu.
Mengusak surai adiknya lalu terduduk disamping ranjang.
"Hyung rindu wajah menyebalkanmu"Satu kalimat penuh makna, Yoongi tak bisa mengekspresikan dirinya seperti apa sekarang ini.
"Jangan tidur terlalu lama atau Hyung akan benar-benar membakar barang-barang itu"Ujarnya menunjuk beberapa barang yang dibawa Taehyung untuk adiknya.
Lalu pintu itu kembali terbuka menampilkan Yoora dan Jihyun yang berjalan masuk dikuti Namjoon dibelakangnya.
Yoongi bergeming masih fokus memandang kosong wajah pucat adiknya. pikirannya entah kemana.
"H-hyung j-jan-gan ter-lalu ba-nyak mela-mun!"
Deg
Seisi ruangan tiba-tiba membeku, Yoora bahkan sudah menangis sembari berlari memeluk putra bungsunya yang entah sejak kapan sudah membuka matanya meski terlihat kembali menutup.
Yoongi masih belum tersadar dari keterkejutannya sementara Namjoon sudah bertindak untuk memanggil Seokjin.
▪
▪
▪
▪
"H-hyung ma-taku berat sa-at mengerjap!"Jin masih fokus memeriksa tubuh adiknya.
"H-hyung! lidah-ku kelu"
"H-hyung! tu-buhku s-serasa remuk s-saat di-gerakkan!"
"H-hyung kepala-ku bera-t"Jin berdecak.
"Kau bilang tubuhmu ini itu, tapi kau sendiri tak bisa diam saat aku periksa aisssh"Gemas Jin ... Binar bahagia terlihat jelas dimatanya. Sungguh! tidak ada pasien seperti adiknya ini.
Jungkook hanya tersenyum lemah mendengar gerutuannya. Ibunya tak berhenti menatapnya sedari tadi sesekali mengusap air mata harunya begitupun bibinya yang mengusap halus pipinya.
ceklek!
Pintu terbuka menampilkan Taehyung yang dengan segera berlari untuk memeluk adiknya, tubuhnya bergetar, ia belum percaya ini semua terjadi. Yang ia bisa hanya mendekap anak itu erat menyalurkan rasa rindunya yang begitu besar.
"H-hyung aku tak s-suka ca-ramu menyam-butku!"Anak itu masih berbicara terbata membuat Taehyung mengusap air matanya lalu menatapnya dalam.
"Apa kau puas membuat kami semua hampir mati jantungan huh?"Jungkook menggeleng lemah. Semua orang diruangan itu membelalak. Sementara Jinwoon belum sampai entah seperti apa reaksi pria itu nanti.
°°°°°°°°
Jin merosot jatuh ke lantai, kertas hasil observasi adiknya ada ditangannya, dan fakta itu justru membuatnya merasa tertampar oleh kenyataan.
"Maaf, maafkan hyung saeng hiks ... Mungkin setelah ini hidupmu akan berbeda hiks hiks"
■■■■■■