part 16

1247 Kata
Yoongi terbangun dengan nafas terengah-engah, peluh membanjiri sebagian wajahnya. Pandangannya sontak terkunci pada gantungan fotonya tengah merangkul sosok adik bungsunya yang tengah tertawa lebar disana. Yoongi mengulas senyuman tipisnya masih tetap memandang foto itu. "Untuk pertama kalinya Hyung merasa bersyukur mimpi buruk"Ujarnya melirih. Lalu deringan di ponselnya mengalihkan sepenuhnya atensinya. Yoongi segera mengambil benda pipih yang terletak di meja dekat ranjangnya lalu mengangkat panggilan tersebut. "Hallo?" "Hyung dimana? kerumah sakit sekarang!!"Suara Namjoon terdengar serak dari seberang sana, Yoongi mengusap mata sipitnya. "Ada apa?"Tanyanya dengan suara khas orang bangun tidur. "Jungkook di temukan!"Tubuh Yoongi sontak menegang, matanya bergulir untuk kembali menatap foto adiknya, Ingatan tentang mimpinya barusan berputar diotaknya. Yoongi menggeleng dengan segera menjauhkan ponselnya dari telinganya. Dia dengan segera bangkit dan dengan terburu-buru bersiap dan keluar kamarnya. ▪ ▪ ▪ ▪ Sesampainya di rumah sakit, Yoongi terkejut mendapati begitu banyak orang disana. Ibunya yang tengah terisak dipelukan Taehyung, Bibinya dan semua sepupunya, dan sosok wanita paruh baya yang ia tak tau siapa dengan seorang pemuda jangkung yang kulitnya sama sepertinya tengah menatap heran kedatangannya. "J-jungkook dimana?"Tanyanya dengan suara bergetar, matanya bergulir menatap pintu dibelakang Ibunya dan Taehyung berdiri. Yoongi menghembuskan nafasnya lega, setidaknya sang adik masih hidup. Namun ia kembali dibuat bingung saat tak mendapati ayahnya disana. "Paman Jinwoon dan Appa-ku pergi mencari wanita penyebab Jungkook seperti ini"Menyadari tatapan kebingungan Yoongi, Namjoon segera angkat bicara. Sementara Taehyung sudah jatuh bersimpuh dengan deraian air matanya. "Jungkook-- dia" "Kacau hiks! Wanita itu tak punya hati hiks hiks"Taehyung meracau dengan tangan yang menutupi wajahnya. Yoongi terdiam, seandainya malam itu dia tak egois mungkin ini semua tak akan menimpa adik bungsunya. Yoongi mengusap wajahnya frustasi, tidak ada yang lebih menyakitkan dari ' kita tak bisa berbuat apa-apa' untuk orang yang kita sayang yang sedang berjuang. Terdiam dan menjadi penonton adiknya yang melawan maut adalah hal terburuk yang dibenci Yoongi. "Ini semua salah saya sepenuhnya!"Lalu semua mata menatap wanita paruh baya yang melepaskan diri dari dekapan pemuda jangkung itu. Yoongi bahkan lupa atensi kedua orang asing itu saking kalutnya. "Seandainya saya lebih berani---" "Kalian siapa?"Potong Yoongi cepat. Wanita itu menunduk dalam. "Saya adalah dokter suruhan Shin Se-kyun wanita yang---- "b******k!"Yoongi mendekat namun Hoseok segera menahan tubuhnya. "Hyung! Tahan emosi mu"Ujarnya, dokter itu mulai terisak. "Saya tidak punya pilihan lain hiks"Dokter itu berujar lirih. "Wanita iblis itu mengancam akan membunuh putra saya"Lanjutnya menatap sedih pemuda jangkung itu yang menunduk. "Apa yang kalian lakukan pada adikku?"Yoongi mengepalkan tangannya kuat, dia bertanya dingin. Jihyun juga ikut menatap dokter wanita itu tajam. "Dia menyuruh saya merawat anak itu"Yoongi menunduk. "Agar dia bebas menyiksanya!"Yoora mendongak dengan wajah kacaunya. "b******k! hiks hiks ... Apa kalian manusia? apa dosa putraku pada kalian hiks hiks"Isaknya. "Ini bukan sepenuhnya salah Eomma saya"Pemuda yang sedari tadi diam angkat bicara, melihat Ibunya yang terpojok membuatnya segera bertindak. "Kalau kalian ada di posisinya pasti kalian akan melakukan hal yang sama"Lanjutnya menatap Yoora dan Jihyun secara bergantian. "Selama ini Eomma saya pulang dengan mata sembab, Eomma saya juga tertekan!"Tambahnya. "Maafkan saya Nyonya hiks hiks ... Saya tidak berani melakukan apapun, tapi melihat anak itu yang sekarat----- "HENTIKAN!"Yoora berteriak emosi. "Kalian tidak mungkin tidak tau berita kehilangan yang kami sebar bukan?"Dokter wanita itu semakin terisak hebat. "Kenapa kalian tidak langsung--- "Bukankah kami sudah bilang, wanita itu mengancam Eomma saya! Tapi demi anak kalian, dia nekat sampai sejauh ini"Yoora menunduk, isakannya mulai terhenti. "Dan sekarang nyawa kami terancam karena kalian"Pemuda itu mengepalkan tangannya kuat. "Wanita itu tidak akan diam saja disaat Eomma memilih berkhianat padanya!"Lanjutnya. Namjoon menghela nafas berat. "Kalian tenang saja, kalian pikir kami akan diam saja setelah apa yang wanita itu lakukan pada adik kecil kami heum?"Namjoon menatap kosong jauh ke depan membuat Pemuda itu mengangguk ragu sembari mengusap lembut punggung Ibunya. Lalu hening terjadi dengan Yoongi yang entah sejak kapan terduduk dengan kepala menunduk dalam. ▪ ▪ ▪ ▪ Jin keluar dengan raut letih dan beberapa noda darah di jas putihnya, pandangannya kosong dan Yoora dengan segera masuk ke dalam ruangan rawat putra bungsunya tanpa perlu bertanya di ikuti Taehyung di belakangnya. "H-hyung!"Panggil Namjoon mendekat dan Jin langsung memeluk erat pemuda itu kemudian terisak. Jihyun memandangnya penuh ketakutan begitupun Jimin dan Hoseok, hanya Yoongi yang terdiam di posisinya. "Kookie tidak apa-apa kan Hyung?"Jimin bertanya parau sembari mengusap bekas air mata di pipinya. Jin semakin terisak di pelukan Namjoon. "Bocah bodoh itu benar-benar berhasil membuatku nyaris gila hiks hiks"Isaknya. Semua menatapnya penuh tanya termasuk Yoongi. "Kalau sampai terjadi apa-apa, aku tidak akan memaafkan diriku sendiri hiks hiks"Lanjutnya dan Namjoon hanya berusaha menenangkan dokter muda itu. ▪ ▪ ▪ ▪ Jinwoon menggertakkan giginya kuat, rahangnya mengeras dan kedua tangannya mengepal kuat. "Jinwoon-ah, kita harus tetap sabar"Di sampingnya Sejeon terus menenangkan. "Bagaimanapun caranya, cepat atau lambat ... Aku harus menemukan wanita itu Hyung"Dinginnya memukul kuat stir mobilnya. "Dan aku tak bisa menunggu lama!"Lanjutnya dan Sejeon hanya mengusap lengannya dengan sabar. "Aku bersumpah! Dia akan mengalami hal yang lebih mengerikan dari apa yang putraku rasakan"Matanya berkilat tajam, tersimpan begitu banyak kebencian dalam sorotnya yang seolah membakar siapapun yang membuatnya marah. °°°°°°°° Tiga hari setelah Jungkook di nyatakan koma ... Keadaan semakin di luar dugaan dimana Yoora yang tiba-tiba menggugat cerai Jinwoon membuat seluruh keluarganya murka dibuatnya. Begitu pula dengan Jinwoon yang hanya diam saja tanpa berniat menenangkan atau pun membujuk Yoora, pria dewasa itu bersikap seolah dia menerima dengan ikhlas semua tindakan Istrinya. "Taehyung dan Jungkook akan ikut bersama ku"Yoora berujar dingin dengan tatapan kosongnya, air matanya padahal sudah berderai membanjiri pipinya. Jinwoon bangkit lalu menatap jauh ke luar Mansionnya dari Jendela, dia menghela nafasnya berat. "Tidak! Semua putra ku akan tinggal bersama ku disini"Tolaknya tegas, Yoora menatapnya tak percaya. "Kau egois!"Hardiknya. Brak!! Pintu kamar itu terbuka kasar menampilkan Yoongi yang datang dengan raut emosi terlihat dari pemuda itu yang mengepalkan tangannya kuat. "Apa kalian punya hati hah?"Dinginnya tajam. Yoongi menatap penuh luka kedua orang tuanya. "Oh atau kalian emang sengaja ingin mempercepat kematian adikku hah?"Jinwoon da Yoora menatap putra keduanya itu tak percaya. "YOONGI"Bentak Jinwoon keras, Yoongi hanya tersenyum sinis dibuatnya. "Jaga bicaramu!"Lirih Yoora, air matanya kembali mengalir. "Lalu aku harus apa Eomma?"Yoongi menunduk. "Kenapa? kenapa kalian harus memutuskan berpisah disaat Jungkook sedang berjuang melawan kematian, KENAPA?"Yoongi menyeka air matanya. Jinwoon dan Yoora menunduk. Jinwoon mengepalkan tangannya kuat saat sekelebat bayangan tentang janjinya pada putra bungsunya melintas diotaknya. "Aku sayang Appa, sayang Eomma ... Aku yang harusnya merasa takut!" "Aku akan melupakan semuanya ... Appa berjanjilan untuk tidak meninggalkan Eomma" " Brengsek!!!" Prang! "YOONGI Hiks"Panik Yoora saat Yoongi memilih menghantam cermin di kamar itu membuat tangannya terluka. "Kalian tak pantas menjadi orang tua kami!"Dinginnya lalu pergi dari sana. Yoora mulai terisak dan Jinwoon yang menangis dalam diam. °°°°°°°° Taehyung memandang kosong wajah pucat adiknya dengan tangan kanan menggenggam satu tangan adiknya yang terbebas dari infus namun harus di perban, mengingat luka-luka disekujur tubuh anak itu. "Jangan bersedih ... Hey, hyung ada disini untukmu"Taehyung berujar parau. "Tidak Jungkook, orang tua kita memang akan berpisah bukan berarti hyung akan meninggalkanmu, tidak!"Dia berbicara seolah adiknya tau ssmuanya, seolah adiknya merasakan bagaimana perasaannya ketika melihat rumah tangga orang tuanya yang berada diujung tanduk. "Hyung disini bersama mu hiks hiks"Pada akhirnya Taehyung tetap terisak meskipun ia berusaha kuat menahannya. ▪ ▪ ▪ ▪ "Aku tidak akan berbicara sebagai anak tertua kalian"Jin menghela nafas panjang. "Tapi aku berbicara sebagai seorang kakak disini"Jin menutup matanya, dengan matanya yang sembab Yoora terdiam begitupun Jinwoon. "Pikirkan semuanya baik-baik Eomma, Appa ... Taehyung dan Jungkook masih sangat membutuhkan kalian"Lirihnya. "Jangan pikirkan aku dan Yoongi, kami sudah sama-sama dewasa tapi Taehyung dan Jungkook?"Jin menghela gusar. "Kalian harusnya berpikir sebelum bertindak, Apa yang akan kalian jawab nanti kalau Jungkook sadar dan bertanya"Jin mati-matian menahan emosinya di depan kedua orang tuanya. "Maaf---- "Kalaupun dia bisa sadar"Lanjut Jin lirih memotong perkataan Jinwoon, lagi-lagi membuat Yoora merasa terpukul. "Aku----- Perkataan Jin terpotong saat seorang perawat masuk dengan nafas terengah-engah. "Dok! Denyut jantung Adik anda pasif dok!"Panik perawat itu, Jin membulatkan matanya tak percaya dan tanpa aba-aba berlari di ikuti Jinwoon dan Yoora dibelakangnya. Dan benar saja sesampainya di ruangan itu mereka disambut dengan bunyi biip yang panjang dari mesin kardiograf yang menunjukkan garis lurus. Dan Taehyung yang mengamuk disana. "Lepaskan aku!!! Biarkan aku menemani Adikku hiks hiks"Isaknya memberontak saat para perawat itu menariknya keluar. ■■■■■
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN