Jungkook tak pernah membayangkan kejadian seperti ini akan menimpa hidupnya sebelumnya.
Tidak ada celah, selama enam belas tahun ia hidup. Ayahnya selalu memanjakannya, Ibunya mengasihinya dan para kakaknya memberikannya kasih sayang yang melimpah.
Jungkook bahagia, tentu saja. Hidupnya mampu membuat semua orang bahkan iri hanya dengan melihat intraksinya dengan keluarganya.
Jungkook pikir itu wajar, karena dia terlahir sebagai anak bungsu bahkan paling kecil dari keluarga besarnya.
Setiap malam dia selalu merencanakan hari yang indah dengan orang-orang terkasihnya.
Seperti memberikan Ibunya bunga disetiap pagi, meminta ini itu pada Ayahnya yang mustahil dapat ditolak oleh pria itu. Mengunjungi Kakak sulungnya dan menjahili kakak keduanya yang selalu didukung oleh kakak kesayangannya.
Jika ada yang bertanya, apa yang paling Jungkook sukai maka jawabannya adalah wajah kesal para kakaknya pengecualian untuk kakak ketiganya.
Karena Taehyung adalah otak dari semuanya.
Bagi Jungkook, Taehyung adalah kakak yang sempurna untuknya. Karena hanya kakak ketiganya itu yang selalu mendukungnya di segala situasi.
Semuanya berjalan sempurna, dengan senyuman lebarnya Jungkook selalu membuat keadaan tak terkendali dengan otak kecil nakalnya. Jungkook memang menjadi anak yang selalu tertawa untuk hal-hal kecil membuat para sepupunya terkadang jengkel bahkan para Kakaknya tak segan-segan menghukumnya.
Namun dia berpikir itu adalah bentuk kasih sayang yang ditunjukkan oleh para kakak kebanggaannya.
Jungkook selalu menyukai ketika Yoongi memarahinya dan mengatakannya menyebalkan, karena apa yang di katakan kakak keduanya itu adalah kebalikannya untuknya.
Jungkook juga menyukai ketika Jin selalu mengatainya perusak suasana dan pemancing keributan karena dia tau dibalik semua itu Kakak sulungnya selalu takut jika keadaan sepi tanpa dirinya.
Dan untuk Taehyung, Jungkook menyukai segala perkataan dan perlakuan kakaknya itu. Dia belajar banyak dari kakaknya itu. Taehyung adalah guru terhebat sepanjang masa untuknya, Taehyung adalah panutannya dan Taehyung adalah kakak tersayangnya.
Karena itu, saat Taehyung mengalami kecelakaan dan koma, Jungkook untuk pertama kalinya merasakan ketakutan terbesar dalam hidupnya.
Jungkook tak menyukai melihat benda-benda aneh menurutnya itu menempel di tubuh sang kakak, Jungkook juga tak menyukai wajah pucat Taehyung dan Jungkook paling tidak suka saat Taehyung mengabaikan semua ucapannya dan malah terbaring lemah seolah menikmati tidur panjangnya.
Jungkook tak menyukai semua itu dan berjanji, dia adalah orang pertama yang akan Taehyung lihat setelah sadar dari komanya dan dia akan menyampaikan semua keluhannya itu pada Taehyung.
Karena Taehyung sama seperti Ayah mereka, tidak bisa menolak permintaanya.
Karena alasan itu, dia selalu terjaga untuk menjaga Taehyung demi tekadnya.
Tidak saat Wanita itu datang dan dalam sekejap mata mengacaukan semuanya.
karena Jungkook tak lagi bisa memikirkan keadaan Taehyung karena nyawanya sendiri lebih terancam setelahnya.
Dan malam itu adalah malam yang menjadi akhir dari segala tawanya yang terekam jelas diotaknya di detik-detik terakhir sebelum gelap merenggut semuanya.
Jungkook pikir, wanita itu akan membakar tubuhnya hidup-hidup atau membuang tubuhnya ke sungai untuk menghilangkan jejak.
Jungkook pikir malam itu adalah malam terakhirnya menghirup udara segar tapi tidak, saat dia terbangun di sebuah ruangan serba putih dengan bajunya yang entah kemana dan menyisakan celana panjangnya yang terakhir digunakannya.
Jungkook tersenyum tipis kala itu, berpikir bahwa keluarganya menemukannya dan menyelamatkannya dari wanita itu.
Namun lagi-lagi ia salah saat menyadari dokter yang merawatnya hanya menatapnya sendu saat wanita gila itu datang dan menyeretnya pergi tanpa peduli keadaannya pergi dari sana, menyadari tempatnya dirawat bukanlah rumah sakit besar melainkan sebuah klinik sepi yang terletak jauh dari kota.
Penderitaan Jungkook yang sebenarnya baru dimulai.
Karena kenyataannya Wanita itu menyembuhkannya untuk kembali melukainya.
Jungkook sadar, ini adalah rencana mengerikan yang dimaksud wanita itu malam itu.
Dimana ketika ia dibawa masuk dalam sebuah ruangan penuh debu dan barang bekas berserakan didalamnya. Tubuhnya sangat amat lemas tapi wanita itu mengikatnya kuat. Jungkook hanya pasrah karena tidak memiliki kekuatan untuk melawan.
Bahkan wanita itu tak sedikitpun memiliki rasa manusiawi membiarkan angin yang membuat dingin menyentuh kulitnya langsung yang tak memakai baju.
Wanita itu justru tertawa, mengambil sebuah pisau dan memainkannya di kulitnya yang langsung mengeluarkan darah segarnya.
Bahkan perban dikepalanya masih ada tapi wanita itu kembali membuat luka disana.
Menjadikannya binatang sekaligus penonton atas tingkah gila yang dilakukannya pada keluarganya diluar sana.
Jungkook dijadikan pelampiasan, jika seandainya wanita itu emosi.
Dan untuk pertama kalinya dalam hidup Jungkook berdo'a supaya Tuhan segera mencabut nyawanya dan membawanya dalam dekapan-Nya. Setidaknya kalau seandainya salah satu dari keluarganya tak dapat menemukannya.
...........
Tuhan tak mendengarkan do'anya karena realitanya Jungkook bertahan dalam ketidak inginannya untuk hidup.
Dengan wajah pucat pasi, darah yang mengalir dipelipisnya, lengan dan kakinya. Serta air matanya yang sudah mengering di pipinya Jungkook memang tak pernah henti-hentinya memohon pada wanita itu yang menyiksanya namun berupaya terus mempertahankan kesadaran dirinya.
"A-aku tak s-sanggup"Lirihnya pilu.
"Bu-nuh aku!"Wanita itu makin tertawa.
"Tentu! Aku jelas akan membunuhmu bocah! tapi perlahan supaya kau merasakan neraka didunia ini, sudah cukup aku membiarkan kalian bahagia selama ini"Air matanya mengalir bersamaan dengan ringisan yang sama seperti ketika wanita itu membuat kulit ditubuhnya mengeluarkan darah.
Jungkook menunduk namun secepat kilat wanita itu mengangkat dagunya.
"Jangan sampai kau menutup matamu b******k! belum saatnya kau mati"Dinginnya.
Plak!
Darah disudut bibirnya kembali mengalir namun pandangannya berat membuatnya menutup mata.
"Buka matamu!!"Wanita itu menjambak rambutnya keras.
"A-ampuni a-ku"Wanita itu mengulas senyumannya.
"CUKUP!"
Dokter yang merawatnya itu datang ke ruangan itu membuat wanita itu melepas jambakannya dan menoleh.
"Se-Kyung-Sshi hentikan! kau akan membunuhnya hiks!"Dokter wanita itu menangis menatap keadaan anak yang menjadi mainan wanita buruk rupa bernama se-kyung itu berada diambang batas.
"Jangan ikut campur jalang! Tugasmu hanya mempertahankan anak itu untuk terus bernyawa supaya aku bebas menyiksanya"Dokter itu menggeleng sembari menutup mulutnya.
"Atau kau mau Putramu menggantikanya hah?"Sontak Dokter itu terdiam dengan wajah menegang.
...........
"Nak! bangun ... kau harus makan"Dokter itu menyentuh lembut pipi pucat Jungkook, seolah kulit anak itu akan rapuh saat ia menyentuhnya. Namun tak ada sautan.
"Nak!"Panggilnya. Jungkook sudah tak sadarkan diri dan dengan panik dia segera bertindak.
"K-kau sama sa-ja bi"Jungkook membuka matanya sayu.
"Ka-lau kau pri-hatin de-ngan keadaanku ... B-biarkan a-aku ma-ti!"Wanita itu membisu.
.......
"Baju ini memang tidak semahal baju yang biasa kau pakai, tapi setidaknya kau tidak akan kedinginan lagi nak!"Dokter itu tersenyum sembari memasang baju milik putranya pada Jungkook yang memejamkan matanya.
"Nak?"Panggilnya saat tak sedikitpun mendapat respon dari Jungkook.
Dokter itu mulai panik hendak membuka ikatan ditubuh anak itu.
"T-tolong a-aku"Jungkook membuka matanya dengan nafas tersenggal, air matanya mengalir.
"K-kau ba-ik bi, per-gilah ke aya-hku ka-lau kau ta-kut pada w-wanita itu ... T-tolong aku!"Dan setelahnya anak itu untuk kesekian kalinya tak sadarkan diri.
.........
dua hari setelahnya.
"Buka matamu b******k!"Se-kyung mengamuk menggoncang-goncang tubuh Jungkook kasar, Dia tak bisa menemukan dokter yang selama ini merawat anak itu karena dokter itu sudah menghilang bersama satu-satunya putranya entah pergi ke mana. Membuatnya kalut bahkan permainannya pada keluarga Jeon belum selesai.
"Kau tidak boleh mati secepat ini, buka matamu!!!!"Teriaknya menepuk-nepuk keras pipi Jungkook yang semakin dingin.
Wanita itu kalut, memandang tajam Tubuh Jungkook kemudian dengan segera pergi darisana.
Jungkook sudah tak bisa merasakan apapun lagi pada tubuhnya, Namun hatinya menghangat saat ia sadar akan dekapan seseorang yang amat familiar untuknya kini tengah memeluknya erat.
"Aku mencarimu kemana-mana bodoh hiks hiks"Jungkook amat sangat tau suara ini. Meski pendengarannya berdengung dia tidak mungkin tidak mengenal suara yang selama ini menghabiskan waktunya dengannya.
"A-aku se-lalu men-unggumu H-hyung"Isakan orang yang mendekapnya semakin terdengar keras.
"Jangan mengatakan apapun! atau aku akan menghukummu seperti Eomma hiks hiks"Jungkook mengulas senyumnya disela rasa sakitnya.
"Sayang ... Kita pulang"Lalu ia merasa dekapan itu terlepas bersamaan tubuhnya yang terasa melayang.
"Ap-ppa i-ini sa-kit"Jungkook merasakan sebuah kecupan yang dirindukannya menyentuh dahinya.
"Jagoan Appa selalu kuat!"Jungkook menutup matanya saat suara berat ayahnya membisiki telinganya.
"S-semuanya te-rasa sa-kit Ap-pa"Jungkook bisa merasakan sebutir air menetes jatuh ke pipinya. Ayahnya menangis.
"Appa dan Hyung lebih sakit melihatmu seperti ini hiks hiks"Jungkook terkekeh lemah.
"A-ppa ce-ngeng!"Lirihnya lalu gelap sempurna mengambil alih semuanya.
Setidaknya Tuhan mengabulkan salah satu do'anya bukan? karena mengirim seseorang untuk menyelamatkannya.
■■■■■■