"Aku berbicara sebagai seorang Ibu, Eonnie"Yoora menggenggam erat tangan kanan Jihyun yang bahkan sang empunya tangan tak sedikitpun terlihat ingin menanggapi.
Jihyun hanya terdiam meski sekarang tangan kanannya sudah basah akibat air mata Yoora, namun dia masih tetap memandang kosong keluar jendela rumah sakit.
"Aku hancur Eonnie hiks, Aku tak tau Jungkook dimana, keadaannya seperti apa? ku mohon padamu hiks hiks"Yoora menunduk dalam mencoba menghentikan isakannya namun percuma. Dia jelas tak bisa melampiaskan rasa sesak didadanya selain dengan menangis dan terisak.
Sementara Jihyun tak bergerak sedikitpun, Jinwoon dan yang lain pun hanya bisa menghela nafas berat.
"Hanya kau yang bisa membantu kami, Setidaknya beri kami petunjuk hiks hiks!"Jihyun masih setia dengan keterdiamannya.
"Eonnie jangan diam saja! Kau tidak mengerti bagaimana perasaanku, Aku tak ingin kehilangan putraku!! ku mohonn"Dengan nada yang sedikit tinggi Yoora mampu membuat Jihyun mengalihkan atensinya kearahnya yang sekarang sudah kacau.
"Seandainya kau yang ada diposisiku kau pasti menger-----
Plak!
Semua yang ada disana membelalak, Jihyun menatap tajam Yoora.
"Berhenti bersikap seolah kalian yang paling hancur disini!"Dingin, bahkan Namjoon dan Hoseok tak pernah melihat Ibunya berbicara seperti sekarang ini.
Sementara Jihyun memindai satu-persatu semua orang yang ada diruangannya itu dengan tajam, lalu terhenti pada Yoora yang membisu dengan tangan memegang pipi kanannya yang baru saja ditampar.
"Seharusnya kalian berpikir, Aku yang paling hancur disini!!!"Air matanya kembali mengalir, Jimin bahkan ingin mendekat dan mendekap erat Ibunya, namun Jihyun menggeleng. Membuatnya urung.
Jihyun mengusap kasar air matanya, Jinwoon berjalan mendekat.
"Noona ... Ku mohon"Jinwoon menatap frustasi mata Jihyun.
"Apalagi Jinwoon? Apa yang kalian ingin dengarkan dariku"Air mata tak henti-hentinya mengalir diwajah pucatnya, meskipun ia sudah menghapusnya berulang kali.
"Tentang Jungkook yang begitu tersiksa karena kalian tinggalkan seorang diri di Mansion itu hah?!"Jinwoon telak bungkam.
"Hiks hiks"Yoora menutup wajahnya terisak.
"Ini semua salahku hiks"Lirihnya pilu.
"Aku ingin Jungkook-Ku kembali itu saja!"Jihyun kembali terisak mendengar Yoora yang bergumam.
"Aku masih berharap ini semua mimpi buruk!"Tubuhnya mulai bergetar dan Sejeon yang sedari tadi diam segera bertindak untuk memeluk Istrinya yang sekarang mulai terisak.
"Aku tak bisa menjaga Putramu Jinwoon Hiks hiks"Suaranya terdengar putus asa.
"Noona"Lirih Jinwoon, dalam hati merasa takut akan ucapan selanjutnya dari mulut sang Kakak, meski sebagiannya lagi masih berharap penuh. Putra bungsunya tidak apa-apa.
"Aku bahkan tak yakin Jungkook masih hidup, Jinwoon-ah hiks hiks"Jihyun tak kuasa, dia mengeratkan pelukannya pada sang suami.
"Setelah semua yang terjadi---
"NOONA SIAPA? SIAPA YANG MELAKUKAN SEMUA INI?"Jinwoon mendekat, menarik kasar tubuh Jihyun membuat semua terlonjak kaget. Dia meremat erat bahu sang Kakak dengan tatapan tajam.
Jihyun hanya menatap lemah adiknya.
"Se-kyung"Jinwoon terdiam.
"Shin Se-kyung!"Dan kemudian tubuhnya menegang sempurna.
▪
▪
▪
▪
Jin tersenyum hangat mendapati wanita paruh baya yang kemarin ditabraknya tengah berjalan kearahnya dengan segelas air outih seperti kemarin. Ini kali keduanya datang ke flat sederhana wanita itu dengan alasan yang sama.
Tadi sepulang dari rumah sakit, Jin menemukan wanita itu berjalan seorang diri di jalan yang berjarak tak jauh dari kediamannya. Dan dengan baik hati, dia menawarkan tumpangan dan berakhir mengantarkan wanita itu yang sebelumnya terlihat ragu menerimanya.
"Kenapa kau begitu baik padaku?"Tanya Wanita itu dingin, Jin hanya mengulas senyum manis.
"Apa berbuat baik pada seseorang juga harus mempunyai alasan yang tepat?"Jin balik bertanya dengan masih mempertahankan senyumannya. Wanita terdiam tak menanggapi.
"Sejujurnya, Aku benci semua orang"Jin mengernyit, menatap penasaran wanita itu yang mengalihkan tatapannya dengan tajam.
"Semua orang itu palsu"Wanita itu terkekeh, Jin memiliki pandangan yang berbeda melihat wanita itu.
Jin menghela nafas berat, menatap teduh wanita itu.
"Kalau kau mengatakan seperti ini karena hidup seorang diri,kau salah Bi! Tak semua orang bersikap sama seperti apa yang ada dipikiranmu"Wanita itu hanya menyunggingkan senyuman tipis.
"Sekarang kau tidak usah merasa sendiri, aku akan menemanimu kapan pun kau mau"Wanita itu menatap Jin tak percaya.
Jin justru langsung disergap rasa bingung luar biasa saat setelah mengatakan itu, Wanita itu justru pergi tanpa sepatah kata apapun.
"Apa aku salah bicara"Gumamnya lalu menunduk hanya untuk dibuat terkejut mendapati satu jam tangan berwarna hitam yang sangat familiar untuknya dibawah meja wanita itu.
Jin menunduk dan mengambil jam tangan itu.
"Hanya jam tangan? Hyung kau serius??? Tch ... Pelit sekali!!!"Jungkook mencibir dengan tangan memutar-mutar jam tangan pemberian Jin di hari ulang tahunnya yang ke lima belas.
Tak!
"Aku bahkan rela menggunakan gaji pertamaku sebagai dokter untuk membelikanmu, Dasar bocah tak tau diri!"
"Yak!!!"
Jin tersadar dari lamunannya saat suara langkah seseorang mendekat, dengan Jantung yang berpacu cepat, dia menyembunyikan jam tangan itu.
"Ada apa?"Tanya wanita itu. Jin menggeleng, mencoba mengenyahkan segala pikiran buruk pada wanita itu yang sekarang menatapnya bingung.
"A-aku hanya harus segera pulang Bi, m-maaf"Ujarnya bangkit, sedikit membungkuk lalu berlalu dari sana menyisakan wanita itu yang hanya menatap bingung kepergiannya.
▪
▪
▪
▪
Yoora mengambil satu-persatu tumpukan berbagai macam bunga yang terlihat sudah layu itu, bunga pemberian putra bungsunya dengan berbagai cara yang berakhir dihukumnya.
"Sekarang Eomma bahkan rela kehilangan seluruh bunga itu Jungkook hiks"Dia mengusap lembut berbagai macam pose sang anak dalam sebuah album potonya. Deretan gigi putih dengan dua didepan yang sedikit lebih besar. Anak itu terlihat semakin menggemaskan.
Yoora rindu, rindu sekali tawa dan senyum secerah matahari anak itu ketika ia datang mengacau ke kamarnya.
"Eomma mohon pulang sayang hiks hiks"Dia memeluk album poto itu erat.
"Eomma akan melakukan apapun yang kau mau, tapi pulang lah hiks!"Yoora bergetar.
"Eomma tak akan pernah sanggup kehilanganmu"Yoora tertunduk.
"Kelinci Eomma yang nakal, kau dimana sayang? hiks hiks"
°°°°°°°°
"Bagaimana?"Jimin bertanya pada Taehyung yang menggeleng lesu.
"Nomernya tak terdeteksi Jim"Taehyung menghela nafas berat. Matanya menatap sedih deretan poto bahkan poster adiknya disepanjang jalan.
"Aku akan sangat senang kalau pengirimnya itu benar Jungkook Tae ... Aku tidak akan marah padanya"Jimin menghela nafas. Namun matanya tetap fokus ke jalanan.
"Aku akan mengikat anak itu dibawah tangga"Taehyung mendongak, menghentikan air mata yang mungkin saja akan turun membanjiri pipinya.
"Kalaupun itu Jungkook, dia tak akan berani sejauh ini Jim"Lanjutnya. Jimin hanya mengangguk menyetujui.
▪
▪
▪
▪
Yoongi mengernyit bingung, setelah selesai dengan segala urusannya diluar sana, dia langsung pulang ke Mansionnya dan mendapati begitu banyak orang disana. Bahkan mobil polisi dan ambulan nyaris memenuhi halaman Mansion itu. Dia berjalan pelan dan melihat Namjoon keluar dari pintu utama dengan mata sembab dan penampilan kacau.
"Ada apa?"Tanyanya pelan, dan pertanyaannya mampu membuat semua orang yang berkumpul di depan pintu utama Mansion mewah itu mengalihkan atensinya sepenuhnya kearahnya.
Namjoon justru tersenyum getir.
"Jungkook ditemukan!"Yoongi spontan mengulas senyumannya, dia menghembuskan nafasnya lega dengan senyumannya dia berjalan masuk dengan tak sabaran, dia sangat rindu wajah menjengkelkan anak itu, Yoongi tak pernah sebahagia ini sebelumnya. Rasa bahagianya akan ditemukannya sang adik bungsu membuatnya acuh tak acuh pada tatapan orang disekitarnya. Yoongi ingin segera sampai dan menerobos masuk kerumunan di depan pintunya itu dan berjanji akan menggeplak belakang kepala anak itu yang sudah membuatnya panik setengah mati.
"Dalam keadaan tak bernyawa!"Langkahnya yang tadi berpacu terhenti spontan.
Yoongi seakan kehilangan dunianya tempatnya berpijak. Namjoon sudah jatuh bersimpuh kembali terisak.
■■■■■■