Bab 24 Khawatir? Pria itu diam-diam tersenyum. Wajah yang biasa datar perlahan memancarkan raut bahagia. Semua itu karena kehadiran gadis di sebelahnya. Gadis yang mungkin tidak pernah tahu bagaimana perasaannya saat ini atau malah membencinya. Adam –pria itu- tidak bisa menyalahkan orang lain jika Ajeng membencinya. Ia sendiri yang sudah membuat Ajeng merasa tidak nyaman bahkan membencinya. "Kita mau ke mana sih, Pak?" tanya Ajeng dengan wajah lelah. Ia baru saja pulang kerja dan Adam pasti akan membuatnya kelelahan lagi. Ia jelas tahu bahwa Adam sangat suka membuatnya kesusahan. Dan mungkin kebiasaan dulu masih belum bisa ia tinggalkan. Baru saja tersadar, Adam segera mengerem mobilnya dengan mendadak. Mobil yang tiba-tiba berhenti pun membuat tubuh Ajeng maju, bahkan terhantuk das

