Davis mengangguk dengan sungguh-sungguh. “Oke, aku mengerti. Jadi, kau benar-benar masih memiliki kasih sayang yang tersisa untuku. Kau berharap aku berpisah dengan Aurel Smith dan kembali bersamamu?” Wiska membeku. Davis mendecakkan lidahnya dan mengelengkan kepalanya. “Sayangnya, aku tidak akan terpengaruh dengan perkataanmu. Aku tidak akan pernah kembali padamu meskipun aku berpisah dengan Aurel Smith. Jadi, untuk apa bersusah payah seperti ini?” Rasa sakit menerjang hati Wiska dengan perkataan Davis. Jantungnya berdegup kenang seperti tetesan hujan keil yang lebat. Dia menjilat bibirnya yang kering dan berkata dengan suara yang berat. “Aku tidak mengharapkanmu untuk kembali kepadaku. Aku... Aku tahu kau membenciku, jadi aku tidak berharap apapun. Aku hanya tidak ingin kau terluka

