Meresahkan!

1029 Kata
Ternyata selain banyak maunya, Yoga pun banyak akalnya. Brondong tampan itu malah ngelunjak mengajak Sherly ke pusat perbelanjaan untuk membeli kebutuhan memasak. "Belum jadi suami udah nyusahin," gumam Sherly. Sepulang mencari makan, ia memang tidak menyangka Yoga akan mengajaknya berbelanja. Padahal, Sherly termasuk golongan gadis yang susah diajak berbelanja seperti sayuran, kebutuhan pokok, beda lagi dengan shopping. "Kalau kamu mau membeli sesuatu tinggal bilang aja, aku akan membelikannya." Dih, sok kaya banget sih! Palingan minta uangnya sama bibi Anggi, brondong seperti Yoga pasti manjanya enggak ketulungan. "Nggak usah, aku kasihan sama kamu. Pasti kamu bawa uang saku sedikit kan? Aku masih bisa membayar kebutuhanku sendiri kok, dan jangan sok akrab sama aku." Lagi-lagi ditolak, padahal Yoga sudah memiliki penghasilan sendiri dari mengajari beberapa anak-anak yang menerapkan metode home schooling di Jakarta. Ia pun masih memiliki beasiswa yang yang tidak sedikit belum lagi beberapa artikelnya tentang pertaniannya memang pernah masuk dalam beberapa majalah besar. Zaman sekarang yang serba canggih begini, bekerja tidak melulu harus keluar rumah ataupun memakai pakaian yang formal. Yoga aktif di bidang blogger, kadang juga membuat konten ataupun tanam saham lebih menguntungkan dan tidak terlalu merepotkan karena bisa dilakukan dari rumah dan di mana saja. "Ya sudah, kalau gitu antarkan aku membeli pakaian. Aku sudah lama tidak pergi berbelanja kebutuhanku, kebanyakan teman-temanku di kampus sering berbelanja dengan pasangannya." Yoga sudah berjalan mendahului Sherly. Gadis itu hanya memanyunkan bibir, menyilangkan tangan seolah tidak setuju Yoga menyebut mereka sebagai pasangan. Kepedean banget sih si brondong! Usai berbelanja beberapa sayuran, daging dan juga buah-buahan, Yoga menitipkan belanjaannya pada kasir dan mengajak Sherly untuk keliling di sekitar bilik pakaian. "Bisa pilihkan satu untukku? Biasanya aku dipilihkan oleh ibu," pinta Yoga. "Hal beginian aja kamu gak bisa, manja banget sih!" meskipun dengan perasaan jengkel, Sherly tetap memilihkan beberapa kemeja yang seukuran dengan tubuh Yoga. Kalau dipikir-pikir, si brondong memang memiliki tubuh yang sixpack dan sempurna. "Nggak lagi ngehalu ngelihat roti sobek kan?" "Maksudnya?" Yoga hanya tertawa, ia memang rajin berolahraga dan fitness. Meskipun hati ngenes tetap harus mempesona bukan? Selera Sherly tidak buruk-buruk amat, gadis itu memilih kan kemeja pendek motif salur berwarna abu-abu dan Yoga pun segera masuk di ruang ganti membiarkan Sherly sendirian menunggunya. Sebenarnya Sherly bisa saja meninggalkan Yoga karena memang tidak suka menunggu lama, tetapi karena masih memiliki sifat kemanusiaan, ia pun tetap menunggu si brondong berganti pakaian. Setelah 5 menit, pria itu pun keluar dengan memakai kemeja yang tadi dipilihkan olehnya. Beberapa detik Sherly sempat terpana karena si brondong memang manisnya nggak kira-kira, memiliki lesung pipit di sebelah kiri yang membuat Yoga makin handsome untuk dipandang. "Aku pasti ganteng banget ya, sampai nggak kedip gitu?" canda Yoga. Sherly segera mengenyahkan pandangannya ke arah lain, tidak ingin membuat si brondong kepedean karena Sherly menatapnya lama tanpa berkedip sama sekali. "Ayo pulang, nanti aku dimarahin bibi Anggi ngajakin kamu ke mana-mana." "Kan aku yang ngajak, aku malahan yang dimarahin ibu karena nggak membelikan kamu apa-apa." Sherly menghela napas lagi, ia tak ingin dicap sebagai gadis matre. "Lain kali aja, aku ingin pulang." "Lain kali? Itu maksudnya kamu ngajakin jalan kan? Ah, baiklah! Laksanakan, tuan putri." Dengan gaya selangit, Yoga pun kembali mendahului Sherly. Pasti gadis itu menyesali kalimatnya barusan, tapi tentunya Yoga menganggap itu adalah tawaran kencan kedua. Ya, hanya bersama Sherly Yoga bisa bersikap biasa saja. Padahal di kampusnya, ia terkenal sebagai ice boy yang tak suka didekati para gadis yang mengincarnya. *** Saat hendak pamit, Yoga ditahan oleh keluarga calon mertuanya. Sherly tidak masalah si brondong pergi sekarang juga karena sudah tidak tahan berhadapan dengan mulut manis plus buaya dari Yoga. "Ini sudah malam, nanti aku bicara sama Anggi untuk memperbolehkanmu tidur di rumah Om. Lagian, Sherly kan belum puas ngobrol sama kamu, iya kan, Sher?" Sherly mendelik sekaligus tak setuju dengan tuduhan papanya, ia malahan bersyukur seandainya Yoga tidak menginap di rumahnya. Demi Tuhan! Padahal Sherly ingin sekali menghindari Yoga, tapi bocah itu malah betah di rumahnya. Ia pun akhirnya mengantarkan si brondong ke kamar kakaknya karena Sandy kerja sift malam. Ia kembali turun dan tak mau berlama-lama bersama Yoga. Membiarkan pria itu melakukan apa saja di kamar kakaknya. "Papa bangga sama dia, meskipun umurnya memang masih muda tapi sudah berani datang sendiri. Gak kayak mantan-mantan kamu yang hanya sampai di depan gerbang rumah, gak pernah pula izin sama Papa." Jelas Prima jauh mengagumi pria gentle yang berani meminta izin padanya daripada yang hanya modal dengkul. Model begituan mana cocok dijadikan menantu? "Sekarang kamu temani dia setelah makan malam, ajak keliling rumah sebentar. Papa dan mama ada kondangan sebentar ke tetangga. Ajak dia jalan-jalan sekalian. Jangan sampai Yoga menganggap Papa gak menyambutnya." Sejak kapan pula papanya menjadi sok perhatian begini? Dengan malas Sherly akhirnya memilih outfit paling sederhana demi menemani Yoga dinner di rumahnya, bahkan terkesan gembel. Ia ingin menunjukkan sisi terburuknya agar Yoga makin tak menyukainya. Dan benar, Yoga ke lantai bawah untuk menemui calon istri. Eh, ralat! Karena ia antara yakin tak yakin akan menerima perjodohan konyol itu. "Om Prima mau ke mana? Tadi Papa kamu bilang, kamu ngajakin aku keluar?" celetuk Yoga. Ia langsung menghempaskan badan di sofa dan duduk bersebelahan dengan Sherly. Diliriknya gadis pujaannya sebentar, ia tahu Sherly masih kesal dengan keputusan kakeknya. Tapi mau bagaimana lagi, setuju atau tidak setuju mereka akan menikah tahun depan. "Aku capek, kita nonton film saja. Kamu gak takut nonton horor kan?" Yoga menggeleng mantap, masa pria gentle takut demit? Gak etis lah ya! "Oke, kita nonton setelah makan malam. Tadi kita juga belanja banyak bahan kan, mumpung aku di sini aku akan memasak untukmu. Kalau mau ikut membantu, silakan." Dasar brondong cari muka! Ia hanya menurut tanpa komplen sama sekali, Sherly pun berdiri dan membenarkan kucirannya. "Ya udah, ayo kubantu!" Yoga pun mengekori gadis yang lebih dulu berjalan di depannya. Menatap punggung Sherly yang terlihat nyaman untuk dijadikan sandaran. Tapi sepertinya Sherly terlihat enggan beriringan dengan Yoga. Setelah sampai di dapur, Yoga sudah lincah mencuci sayuran, membersihkan udan dan bahkan sibuk mengoleni bumbu. Sherly saja tidak selincah itu. "Suka pedas?" "Lumayan, kalau kamu?" Si brondong tersenyum manis, lesung pipinya membuat Sherly gagal fokus. Meresahkan memang! "Suka, tapi aku lebih suka kamu sih," tawa Yoga meledak, ia berniat bercanda tapi Sherly sudah terbang sampai angkasa.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN