Bel pulang sekolah berbunyi. Raihan sudah berdiri menunggu di depan pintu kelas Clara, tentu saja kedatangannya bikin isi kelas heboh. Raihan si ketua Osis, si ganteng, dan si ramah, idola para cabe-cabe tidak ada angin tidak ada hujan nongol secara tiba-tiba di depan kelas.
"Gue pulang dulu ya beib Tia," bisik Clara tepat di telinga Tia. Sahabatnya itu masih sibuk dengan buku-buku yang akan ia masukkan ke dalam tas miliknya dan hanya mengangguk sekilas.
"Gue udah dijemput sama mas pacar, d**a ... bye-bye...," lanjut Clara sambil mengerlingkan mata centilnya. Ia meninggalkan teman sebangkunya yang baru ngeh dengan apa yang dilihatnya.
"Demi apa!" seru Tia
Perempuan itu baru tersadar saat Clara, sudah tidak terlihat lagi batang hidungnya.
"Demi apa!" teriaknya lagi semakin heboh. Bisa-bisanya dia ketinggalan berita paling hot sepanjang masa, padahal sumber berita berada tepat di dekatnya.
Clara menuju parkiran sekolah. Hari ini merupakan hari keempat mereka jadian, dan perdana Raihan mengajak jalan Clara sepulang sekolah. Tetapi kesenangannya sepertinya harus sedikit tertunda dahulu, karena kesekian kalinya Raihan mendadak ada rapat osis.
Nasib berpacaran dengan ketua osis menjadikan Clara harus ekstra sabar jika ada panggilan mendadak di tengah kesenangan mereka. Akhirnya, Clara luntang-lantung di sekolah padahal harusnya saat ini mereka tengah asyik menikmati hari perdana mereka jalan sebagai sepasang love bird.
Clara memutuskan pergi ke kantin, setidaknya dia bisa melampiaskan rasa sebalnya dengan memakan berbagai macam makanan yang tersedia di sana, tentu saja sambil menunggu Raihan selesai dengan urusannya.
Tetapi di tengah perjalanan menuju kantin, tidak sengaja ia melihat Yoga sang robot es sedang duduk sendiri di tengah lapangan dengan hanya ditemani bola basket kesayangannya.
"Dasar jomblo!" ejek Clara, meskipun orang yang diejek tidak bisa mendengarnya.
Ia berjalan mendekat ke arah Yoga sembari cengar-cengir seperti biasa. Berjalan percaya diri dan berlagak sombong berasa dirinya manusia paling istimewa, karena sudah berhasil membuang title kejombloannya.
Ia berjalan pelan-pelan berniat untuk mengagetkan Yoga, tiba-tiba saja ide iseng muncul saat mendekati laki-laki itu. Dua langkah semakin dekat, satu langkah semakin dekat, begitu Clara sudah berancang-ancang hendak mengagetkan Yoga, manusia jadi-jadian itu malah berbalik menatapnya dengan santai tanpa rasa bersalah.
Bahu Clara merosot seketika. Laki-laki di hadapannya ini sungguh hobby sekali menghancurkan kesenangan Clara.
Clara mencebikkan bibirnya sebal, Ia lalu menowel bahu Yoga beberapa kali sampai laki-laki itu kembali menatapnya.
"Senyum napa Ga ... kaku amat mukanya ... bautnya kekencengan, ya?" ejek Clara.
Perempuan itu ikut duduk di sebelah Yoga.
"Lo gak ada kerjaan amat sih, Ra?"
Akhirnya dirinya dinotice juga keberadaannya oleh robot es, Clara tersenyum lima jari saking senangnya.
Yoga kembali sibuk dengan dunianya, ia mengambil ponsel dan mengutak-atiknya kembali, menganggap jika orang yang ada di sebelahnya tidak ada.
"Kenapa si Ga lo sewot banget jadi orang? Kan, gue sedih...," lirih Clara. Dia lupa jika Yoga, bukan manusia.
Yoga berdehem. "Ngapain ke sini? Cintanya Clara mana?"
"Raihan maksudnya?"
"Siapa lagi cintanya elo? Banyak emang? Ada berapa?" sindir yoga.
Clara pindah posisi menjadi berhadapan langsung dengan Yoga. "Ke kantin yuk ... bete gue sendirian, dia ada rapat osis."
"Jangan deket-deket gue napa! Gue trauma sama bau kentut lo!"
Clara malah terkekeh mengingat adegan balas dendamnya tempo hari. "Yaelaah bau kentut itu bikin kita awet muda tau...."
"Teori lo aja itu!"
"Hahahahaa ... yuk, Ga!"
"OGAH" jawab Yoga. Laki-laki itu memasukkan ponsel pintarnya ke dalam saku celana dan beranjak dari duduknya bermaksud untuk segera pergi. Dia hanya ingin ketenangan, suasana hatinya begitu mengerikan akhir-akhir ini.
Clara menepuk-tepuk rok abunya, membersihkan debu yang melekat. Ia bergerak menyusul Yoga. "Ayolah Ga ... gue traktir, deh...," rayu Clara.
Gak asik banget jika harus makan seorang diri di kantin layaknya seorang jomblo, itu pemikiran Clara.
Yoga masih terus berjalan tidak tergerak dengan suara Clara ,meskipun suara perempuan itu dibuat semelas mungkin.
"Bakso dua porsi deh...," tawar Clara. tapi Yoga masih juga tidak bergeming.
"Ga ... Yoga..." Clara masih belum menyerah. "Sama dua porsi jus melon juga, deh..." lanjutnya.
"Ok, deal!" sahut Yoga masih tetap berjalan dengan songongnya. Clara mencibir lalu langsung melompat ke punggung sahabatnya itu.
"Berat banget si lu! Turun gih encok ntar, gue!" rutuk Yoga.
Clara tertawa pura-pura tuli. Ia bergelayut manja di balik punggung Yoga. Laki-laki itu meskipun nyinyir, tetapi masih membiarkan segala tingkah polah Clara.
"Ga...," Clara berbisik.
"Hmmm...."
"Tapi pakai duit lo ya?"
"Hah!"
"Iya pakai duit lo, duit gue tinggal dua puluh ribu perak Ga ... masak mentraktir lo, gue nya gak makan sih?" Clara merapikan rambut Yoga yang berantakan. "Masak mau bayar debet, kan gak ada mesin ATM Ga di kantin...."
"Kenapa lo sok-sokan mau traktir? Dodol!"
"Biar lo nya mau nemenin lah...."
Harusnya Yoga belajar dari pengalaman, tapi tetap saja dia masih tertipu oleh mulut Clara. Clara mentraktir dirinya, adalah sesuatu hal yang mustahil.
Yoga membenarkan posisi gendongannya. "Berat amat sih lo, Ra!"
"Gue turun dua on tau Ga ... enak aja berat!"
"Turun cepet!"
Clara semakin mengeratkan pelukannya di leher Yoga. "Ogaaaaaah...."
"Nanti orang lain lihat dikira kita pacaran lagi, kan rugi di gue!"
"Haduuuh jahatnya...," balas Clara. Wanita itu kembali mengencangkan pelukannya.
"Mereka pacaran ya?" tanya salah satu cewek berkacamata.
"Mereka kayaknya udah deket dari zaman kapan tau deh ... gak tau juga kalo pacaran, sih...," Sahut cewek yang satunya.
"Gosipin apa sih, lo pada?" kali ini si cowok yang bertanya.
"Itu tuh orang ganteng lagi mesra-mesraan sama cewek. Itu si cewek namanya Clara-Clara itu bukan, sih?"
"Itu Clara. Bukannya cewek lo, Rai?"
Raihan mengikuti arah pandang ketiga teman osisnya, lalu mengangguk tampak tidak terganggu dengan pemandangan antara pacar dan teman sekelasnya.
"Demi apaaaa!" teriak kedua cewek itu histeris. Berita hot ini kenapa sampai tidak terdengar di telinganya?
"Kok lo nyantai aja?" tanya teman cowok Raihan yang bernama Iam.
"Mereka sahabatan, gue percaya sama Clara. Lagi pula tadi cewek gue udah bilang kok."
"Yakin lo?" ledek Iam.
"Kita mau ngegosip apa rapat osis, sih?" Raihan akhirnya membuka pintu tempat rapat mereka. Ia tidak nyaman membicarakan kehidupan pribadinya meskipun dirinya dan Iam berteman dekat.
Si cewek berkacamata lagi-lagi membuka suara berbisik ke temannya. "Orang cantik mah bebas milih ya ... yang satu sahabatnya yang satu cowoknya. Oengen deh jadi dia, gak terima gue."
"Lah, kenapa gak terima lo?"
"Gue kan fans garis kerasnya bebeb Yoga."
"Gue juga fansnya, tapi apalah kita."
"Pakek pelet apa sih itu cewek, kok bisa deket sama Yoga?"
"Nanti aja lo mikirnya, sekarang fokus noh di depan ada Raihan juga gak kalah cakep."
"Dia malah pacarnya cewek tadi."
Si teman cewek berkacamata hanya nyengir melihat kelakuan temannya itu.
Raihan yang dari tadi mendengar percakapan teman osisnya hanya mendesah pasrah. Dia mencoba meyakinkan kepada dirinya sendiri bahwa memang benar Yoga dan Clara memang benar-benar sahabat, tidak lebih.
Sejujurnya di hati kecilnya, terkadang juga timbul kekhawatiran. Tapi lagi-lagi ia coba sangkal dan enyahkan.