bc

Gala's Secret

book_age12+
97
IKUTI
1K
BACA
reincarnation/transmigration
heir/heiress
blue collar
sweet
loser
detective
like
intro-logo
Uraian

Grezzitha Handayu diam-diam menyukai Renggala, cowok tanpa cela di sekolahnya. Cowok yang diidolakan banyak orang karena kecerdasan dan tampangnya yang lumayan memukau.

Lawan Dayu cukup banyak untuk menakhlukkan hati cowok itu. Cuma, ada yang aneh dari sosoknya, dia tidak pernah tertangkap sedang bersama gadis lain yang seusianya, Gala malah sering terlihat sedang bersama guru wanita di sekolahnya.

Lalu, cowok yang terkesan sama sekali tidak ramah itu, tiba-tiba berubah jadi orang yang paling riang di dunia. Ini aneh! Ada sesuatu pada cowok itu.

chap-preview
Pratinjau gratis
Prolog
Ada pemandangan menarik siang itu. Hampir seluruh anak SMA 127 berjejalan di lapangan basket yang tak seberapa luas hanya untuk menonton ungkapan cinta yang seharusnya tak perlu diumbar-umbar, sebab belum tentu juga perasaan itu akan berbalas. Yang ada mungkin hanya akan meninggalkan rasa malu tak terkira setelahnya. "Ck! Siapa sih? Heboh amat," Grezzitha Handayu, cewek pendek dengan tubuh agak berisi itu mencoba berjinjit, melihat siapa dalang dari kehebohan ini. Tapi Tuhan memang terlalu baik padanya, sehingga daripada memberi tubuh tinggi bak model seperti yang dimiliki Melysa-yang naasnya membuat cewek itu jadi bahan perundungan karena memiliki tinggi tak lazim seperti kebanyakan gadis di luaran sana itu-, Dayu bisa hidup makmur dengan tubuh berukuran tak seberapanya. "Makanya jadi anak jangan cebol-cebol amat, udah gendut, pendek lagi, kasihan banget kan?" sahut Melysa sambil menarik kerah belakang Dayu, membuat si cewek langsung memekik heboh. "Eh-eh-eh! Leher gue!" sewot cewek itu sambil menyikut perut Melysa. "Bodo!" Melysa melepas tarikannya lalu berbicara dengan keras pada segerombolan anak di depan mereka. "Eh minggir dong, Dek! Gue juga mau nonton nih!" seru Melysa yang otomatis langsung membuat anak-anak itu memberi celah padanya. Di sekolah itu masih menerapkan senioritas memang. Kakak kelas yang paling berkuasa, sementara adik kelas harus menurut jika tidak ingin ditindas habis-habisan. "Nggak gitu lah Mel, takut tuh mereka," tegur Dayu, namun meski begitu cewek itu senang tidak perlu repot-repot berjinjit di antara sekawanan anak yang lebih muda namun memiliki tinggi lebih darinya itu. "Udah untung gue tolong juga," Melysa berdecak keras. Lalu kembali lagi berbicara sambil mengarahkan dagunya ke depan. "Noh, gebetan lo ternyata. Lagi ditembak tuh." Dayu yang masih berada di belakang Melysa menongolkan kepalanya. Mata cewek itu sontak membulat lebar. "Ih beneran! Itu Gala, dan, sama ... Riana? Jadi Gala nembak Riana?" Cewek itu luar biasa tercengang mendapati sosok cantik di depan Gala yang tengah tersenyum malu-malu. "Atau Riana yang nembak Gala." Melysa menyahut setelahnya sambil mengangguk pasti. Di depan sana Gala hanya berdiri bak patung, sementara si cewek bernama Rianalah yang lebih aktif. Cewek itu dengan penuh percaya diri menyodorkan sebungkus coklat batangan dengan merk yang kerap menghiasi layar TV. Dayu langsung menekuk wajahnya. "Mau Gala yang nembak atau Riananya yang nembak, tetep aja. Gue kalah saing. Secara, lihat deh cewek itu, cantik, imut, feminin, tinggi, kulitnya emang nggak putih, tapi dia manis. Iya kan? Lah gue? Pendek, berisi, nggak ada cantik-cantiknya. Untung kulit gue putih. Tapi tetep aja, dibandingin dia gue nggak ada apa-apanya." "Pesimis amat." "Masalahnya juga, gue sama Gala nggak pernah deket. Jangankan deket, nyapa aja belum pernah." Kedua bahu Dayu terkulai lesu. Benar. Dia tidak ada harapan untuk sosok bernama Renggala itu. Selain Riana yang luar biasa cantik, masih ada rival-rivalnya yang lain yang tak kalah cantik dari cewek bak bidadari itu. Memang banyak. Renggala memang menjadi salah satu cowok yang diidolakan di SMA 127. Kenapa? Selain ganteng kuadrat dengan tubuh tinggi dan kulit putihnya, cowok itu cerdas bukan main. Masih kelas sepuluh saja dia berhasil lolos Olimpiade Sains tingkat nasional dan dipilih mewakili Indonesia di tingkat Internasional. Namanya otomatis melambung tinggi di kalangan anak-anak SMA 127. Jadi tidak heran ada banyak kakak kelas yang menyukainya atau adik kelas yang langsung mengidolakan cowok satu itu begitu mendengar sepak terjangnya di dunia perolimpiadean. Dan merasa semakin kecil lah Dayu yang menganggap dirinya sebatas kotoran kudanil. "Katanya lo percaya Hukum Newton III?" celetuk Melysa seusai mereka keluar dari barisan itu. Dayu tidak cukup kuat mendengar Gala bilang 'iya' kepada Raina, jadi daripada membuat temannya itu sedih bukan kepalang, Melysa memilih menariknya keluar dan membawa si sahabat untuk berjalan meninggalkan kerumunan itu. "He-em." Dayu bergumam tak jelas. Tampak masih cukup larut dengan kepatah-hatiannya. Hukum Newton III, hukum aksi-reaksi. Dayu pikir, setelah mendeklarasikan dirinya sebagai pecinta seorang Gala, yang mana memang cocok untuk diperebutkan, Gala akan membalas perasaan yang sama seperti perasaannya pada cowok itu. Dayu selalu membayangkan Gala memberi reaksi terhadap aksi atau perasaan yang selama ini ia rasakan. Namun rupanya cewek itu terlalu percaya diri. Sekarang saja mungkin status Gala sudah berubah menjadi pacar orang lain. Riana memang terlalu sempurna dan sangat sayang untuk ditolak. "Mungkin selama ini gue salah mengartikan Hukum Newton III. Gue salah kalau mikir Gala bakal kasih reaksi seperti ekspetasi gue selama ini. Nyatanya, reaksi yang cowok itu kasih itu lebih ke ... ya, menolak gue," Dayu memelankan suaranya di dua kata terakhir. Rasanya fakta itu terlalu menyakitkan untuknya. "Ck! Padahal maksud gue bukan begitu." Melysa berdecak heboh. Sebenarnya ia ingin mengumpati kebodohan Dayu tepat di depan wajah cewek itu, tapi ia masih punya otak waras untuk tak semakin membuat si cewek patah hati itu guling-guling di tengah lapangan sambil menangisi nasib kurang mujurnya dengan kencang. Kasihan juga kalau jadi bahan gosip seantero sekolah. Melysa pasti juga yang kena imbasnya. Dayu emang g****k! Untung Melysa orang baik, masih mau berteman dengan cewek seperti dia. Menurutnya, jelas saja Gala tak memberi Dayu reaksi seperti yang cewek itu inginkan. Aksi teman kentalnya itu sungguh nol besar. Percuma ada perasaan kalau tidak ada aksi untuk membuktikan. Dayu terlalu d***u jika langsung menganggap rasa yang tumbuh sebagai aksi. Cewek itu mungkin hidup di negeri dongeng, yang cukup melihat sekali atau hanya mendengar nama bisa langsung jatuh hati. Mustahil! Ck! Tapi biarlah. Melysa tidak ingin repot-repot memikirkan urusan cewek beranjak dewasa itu. Ribet. Dijelaskan seperti apa pun juga tidak akan menemukan titik terang. TBC

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Head Over Heels

read
16.0K
bc

(Bukan) Pemeran Utama

read
19.6K
bc

DENTA

read
17.2K
bc

Si Kembar Mencari Ayah

read
30.4K
bc

Byantara-Aysha Kalau Cinta Bilang Saja!

read
285.1K
bc

Pembalasan Istri Tersakiti

read
8.4K
bc

Istri Tuan Mafia

read
17.4K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook