Interview
Aku kembali mematut diriku depan cermin, ketika dirasa pas aku pun segera menyusul ke ruang makan untuk sarapan dengan keluargaku.
"Pagi mah, pah" Sapaku sambil mencium pipi mereka. Aktivitas yang setiap hari aku lakukan kepada mereka.
"Kamu jadi interview nak hari ini ?" Tanya mama sambil menuangkan air ke gelasku yang kosong.
Aku mengangguk, "Iya mah jadi" Kataku sambil menikmati sarapanku.
"Kenapa harus kerja sih nak ? Apa uang jajan yang papa sama mamamu berikan masih kurang ?" Tanya mamaku.
"Ga mah, Aku ga kekurangan uang. Semua yang papa mama berikan sudah lebih dari cukup kok"
"Terus kenapa harus kerja sih ? Gimana sama kuliah kamu ? Mending kamu fokus aja sama kuliah kamu dulu, bentar lagi juga selesai kan abis itu baru kerja" Ujar mamaku ada sedikit nada kekhawatiran disana.
"Mama ga usah khawatir ya, Kuliah tetap prioritas utama aku kok. Aku ngajar cuma pengen cari pengalaman aja mah, aku bakal langsung berenti kalo ternyata kuliah aku jadi terganggu, oke" Jelasku.
"Pah, bantuin mama bilangin anaknya dong" Pinta mamah putus asa.
"Gapapa mah, anaknya juga sudah janjikan kalo itu mengganggu kuliahnya dia bakal berhenti. Yauda kita dukung aja selama itu baik" Ujar papa yang membuat senyumku merekah tapi sebaliknya membuat mama cemberut.
Aku segera menghabiskan sarapan ku lalu menghampiri mama dan memeluknya, "Mama jangan khawatir ya, aku akan tetap fokus sama kuliah aku. Mama percaya kan sama anaknya yang cantik ini ?" Ujarku sambil bercanda.
Aku melihat senyum tipis di wajah mama, tandanya mama sudah bisa menerima keputusanku untuk kuliah sambil kerja.
"Aku berangkat dulu ya mah, terima kasih ya pah" kataku sambil mencium pipi keduanya.
Namaku Arina Putri Andini, usiaku 20 tahun, saat ini aku mahasiswa aktif semester 7 jurusan psikologi di universitas mercu buana.
Hari ini aku ada interview di salah satu sekolah swasta tak jauh dari kampus aku. Kebetulan pagi ini ga ada mata kuliah jadi aku bisa menghadirinya.
Aku kerja bukan karena aku kekurangan uang, tapi memang semata-mata untuk cari pengalaman. Keluarga ku bisa dibilang berkecukupan. Papa memiliki usaha yang bergerak dibidang advertising dan saat ini sedang maju pesat. Begitu juga mama, mama memiliki beberapa butik mewah yang tersebar di mall-mall besar jakarta dan Bandung. Jadi untuk masalah finansial kami benar-benar baik.
Aku mengerti kekhawatiran mamaku, ia takut kuliahku jadi terganggu. Tapi apa mama lupa kali ya kalo anak gadisnya ini smart, pintar dan jenius ? Aku selalu juara kelas semasa sekolah dan IPK ku pun selalu tertinggi dikampus. Aku terkekeh menyadari sedang memuji diri sendiri.
Setelah berkendara selama kurang lebih 45 menit, aku tiba disekolah tujuanku. Aku memarkir mobilku dan Sekali lagi aku mematut diriku di cermin untuk memastikan penampilan pertamaku ini baik dan berkesan. Setelah itu aku segera menyusuri koridor sekolah menuju ruang guru.
"Sebentar ya miss, bapak sedang ada tamu. Silahkan duduk dulu" Ujarnya, aku menduga nya ia salah satu guru disekolah ini. Aku pun mengangguk dan tersenyum.
Sudah 15 menit aku menunggu namun aku belum bertemu dengan kepala sekolah. Aku pun mulai jenuh dan beranjak keluar untuk menikmati pemandangan sekolah. Namun baru hendak melangkahkan kaki keluar aku tabrakan dengan seorang anak yang sedang membawa setumpuk buku. Bruk, dan buku-buku itu pun jatuh aku segera membantu anak itu membereskan bukunya.
"Maaf ya, saya ga lihat" kataku sambil membereskan buku-bukunya.
"Iya gapapa bu eh ka" katanya mengganti panggilan untukku setelah melihatku.
"Gapapa panggil ibu aja, bentar lagi juga saya akan jadi salah satu guru kamu" kataku sambil bercanda.
"Tapi kok lebih cocok dipanggil kaka ya" Alihnya.
"Yauda gapapa terserah kamu, tapi kalo nanti saya sudah diterima disini kamu harus panggil saya ibu loh. Yauda gih kamu simpan dulu itu buku nya, nanti guru kamu nyariin loh" Kataku.
Anak itu pun mengangguk dan berlalu pergi. Selang beberapa menit anak itu kembali lagi datang menghampiriku.
"Nama saya Alen, kelas 3 Ips 2" Katanya sambil mengulurkan tangannya padaku dan memperkenalkan dirinya.
"Halo alen, saya Arina. Calon guru kamu" Ujarku setengah berbisik sambil membalas uluran tangannya.
"Kaka lebih cocok jadi anak kuliahan" Katanya asal, tapi bener.
"Saya memang masih kuliah, bentar lagi kelar"
Alen menatapku, "Umur kaka berapa ?"
"Minggu depan 20 tahun"
"Oh kita seumuran" Katanya pelan tapi masih bisa terdengar olehku. Masa anak sekolah umurnya 20 tahun, tanya ku dalam hati.
"Kalo beda 3 tahun kaya seumuran" Seakan-akan bisa menebak kebingungan ku alen pun melanjutkan omongannya. Dan aku pun jadi paham maksudnya.
"Berarti kamu baru 17 tahun ya, sama seperti anak-anak yang lain. Paling rata-rata kalian usianya masih segitu ya"
"Tapi 17 tahun sudah bukan anak-anak, bisa dibilang beranjak dewasa" katanya menegaskan itu padaku.
Aku menatap heran kearahnya, "Iya-iya alen remaja beranjak dewasa"
"Ibu Arina bapak kepala sekolah sudah menunggu" Panggilan seseorang menghentikan percakapan ku dengan alen.
"Baik bu" Jawabku, aku pun kembali menoleh ke alen, "Doakan ya biar saya diterima" Kataku sambil beranjak pergi.
"Arina"
Panggilan itu menghentikan langkahku, aku menoleh dan mendapati alen tepat di depanku, jaraknya terlalu dekat sampai membuatku mundur selangkah.
"Kalau diterima disini kaka jadi guru apa ?" katanya sambil menatapku.
Aku pura-pura berfikir sejenak, "Hmm kalo dilihat dari pendidikan sepertinya saya akan jadi guru BP dan saya akan menghukum anak-anak tidak sopan seperti kamu yang memanggil guru dengan namanya langsung" Kataku dengan mimik tegas tapi tersenyum setelahnya lalu pergi meninggalkan alen.
Tanpa aku sadari dibelakangku alen masih menatap kepergian ku sambil tersenyum dengan manisnya.
"Saya sudah lihat lamaran ibu arina, eh kok kaya belum pantes ya dipanggil ibu bagaimana kalo miss aja ?" Tanya kepala sekolah, Pak gatot. Aku hanya tersenyum mendengarnya jadi inget alen, dia juga mengatakan hal yang sama.
"Miss juga gapapa pak" Kataku.
"Dilihat dari latar belakang miss arin Sepertinya bukan orang sembarangan"
"Maksudnya bagaimana pak ?"
"Bukan orang biasa gitu ya, apalagi sekarang lagi menyelesaikan pendidikan psikologi. Miss arin yakin mau bekerja disini ?"
"Saya orang biasa kok pak. Iya saya mau bekerja disini pak, saya mau cari pengalaman"
"Kalo dilihat dari pendidikan nya, miss arin cocok jadi guru konseling anak-anak. Membantu mereka yang membutuhkan bantuan"
Arin mengangguk, "Iya itu bisa pak. Saya akan membantu mereka"
"Baik, nak arin diterima bekerja disekolah ini sebagai guru konseling nya anak-anak. Besok sudah mulai bekerja ya nak arin"
Arin tersenyum girang, "Baik pak terima kasih. Saya pamit" Kataku sambil berjabat tangan dengan pak gatot.
"Ambil seragam guru dulu nak arin, nanti di depan ada bu winda beliau yang akan membantu nak arin".
"Baik pak terima kasih" Kataku sambil beranjak pergi. Begitu keluar ruangan kepala sekolah bu winda sudah menungguku dan mengajakku ke koperasi mengambil seragam guru.
"Miss arin badannya bagus, kayanya ukuran L juga pas" Kata bu winda.
"Owh iya bu" Aku menerima 5 seragam untuk 5 hari yang berbeda. Aku mendengarkan dengan seksama penjelasan bu winda mengenai jam kedatangan dan kepulangan pegawai, jadwal pemakaian seragam dan sebagainya.
Tet tet tet
Aku mendengar suara bel dan terlihat anak-anak berhamburan keluar kelas. Ternyata sekarang waktunya mereka istirahat. Koperasi ini letaknya dekat area kantin jadi alhasil arin harus melewati mereka untuk pulang.
"Begitu saja ya miss arin, apa masih ada yang ingin ditanyakan ?"
"Sudah cukup bu winda, terima kasih. Mohon bimbingannya ya" Ucapku.
"Sama miss arin, selamat bergabung ya" Katanya dan pergi meninggalkanku.
Aku kembali menenteng plastik berisi baju seragamku, ugh lumayan berat dan aku harus tergopoh-gopoh melewati mereka. Aku menghembuskan nafas panjang.
Baru hendak melangkah aku kaget ada seseorang yang mengambil plastik seragamku. Aku menoleh, dan melihat alen di depanku sambil membawa plastik itu.
"Kembalikan ?" Pintaku.
"Aku hanya mau membantu" Katanya pendek.
"Kamu perlu izin untuk itu.. Jangan asal tarik, kamu kan bukan penjambret" Kataku tegas, aku tidak boleh lembek terhadapnya nanti jadi kebiasaan.
Alen meletakkan bungkusan itu di depanku, "Biarkan aku membantumu miss" Katanya pelan, aku pun mengangguk.
"Lain kali jangan seperti itu, utarakan yang baik niatmu. Bersikaplah yang baik, masa mau nolong maen tarik-tarik aja"
"Iya miss"
Alen mengantar ku sampai ke tempat parkir mobil, setelah memasukkan barang bawaanku aku menghampirinya.
"Terima Kasih ya" Kataku.
"Kapan mulai bekerja ?" Tanya nya.
Aku menatapnya, aku ingin dia mengoreksi kata-katanya dan dia pun menyadarinya.
"Kapan mulai masuk miss ?" Katanya lagi.
"Besok, sampai ketemu besok ya" Aku mengulurkan tangan ke alen dan dia membalas uluran tanganku.
Alen mencium tanganku, aku sempat risih tapi aku baru ingat ini biasa dilakukan murid-murid kepada gurunya. Setelah itu aku pun pergi meninggalkan alen yang masih memandangi kepergianku.