Best Friend

1566 Kata
"Pagi mah, Pah" Sapa ku sambil mencium pipi keduanya. Hari ini merupakan hari pertama aku mulai bekerja di SMA Noah. Sebenarnya kemarin pak gatot, kepala sekolah SMA Noah memintaku datang pagi. Hanya saja pagi ini aku ada mata kuliah jadi aku bisa datang setelah selesai kuliah. Aku bersyukur pak gatot memberi jam kerja yang fleksibel untukku, jadi kuliahku tidak terganggu dan aku bisa menjalani keduanya. "Kamu mulai mengajar hari ini kan nak ?" Tanya mama yang mulai bisa menerima keputusanku untuk kuliah sambil bekerja. Aku mengangguk sambil menyendok nasi ke mulutku, "Iya mah, tapi aku ada jam pagi jadi kuliah dulu" Kataku. "Emang ga masalah seperti itu ? Kerjaan yang menyesuaikan dengan waktumu ?" Tanya mama lagi. "Ga mah, semua sesuai kesepakatan. Aku bilang apa adanya ke kepala sekolah kemarin, kalo kondisi aku sedang kuliah semester 7 jadi kalo bisa minta waktunya fleksibel menyesuaikan dengan kuliah. Dan bersyukurnya pak gatot ga keberatan, yang penting tanggung jawab" Jelasku panjang lebar. "Memang tanggung jawab itu penting nak, karna itu sudah keputusanmu jalani dengan baik" Ujar papa mengingatkan ku. "Iya pah" Jawabku singkat. Setelah berpamitan aku pun melajukan Toyota Yaris warna maroon kesayanganku menuju kampus. Setelah kurang lebih 40 menit berkendara aku sampai di kampus dan segera memarkir kendaraanku. Karena aku lihat bagas, sahabatku sudah menunggu di taman tidak jauh dari tempat parkir. "Hai" Sapaku sambil berjalan menghampirinya. "Hai" Katanya membalas sapaanku sambil mengambil beberapa tumpukan buku dari tanganku. "Terima Kasih" Kataku sambil berjalan beriringan dengannya menuju kelas. Bagas Arya Kuncoro, dia merupakan sahabatku dari kecil. Sejak balita aku sering diajak mama ikut acara bersama teman-teman sosialitanya, dan mami bagas termasuk teman mama. Bagas juga sering ikut ke acara mami nya sama sepertiku makanya karena itu kami menjadi dekat, sering bertemu, sering main dan itu sampai sekarang. Ditambah lagi aku sama bagas teman satu sekolah dari SD, SMP, SMA bahkan sampai kini kami kuliah juga ditempat yang sama. Bayangkan sudah sedekat apa kami ? Tapi hubungan kami murni hanya sebatas persahabatan, ga lebih. Walaupun kadang mama sama mami suka iseng jodoh-jodohin aku sama bagas tapi aku hanya tertawa aja menanggapinya, ga serius. Waktu itu ada anak teman mama namanya dion. Dia lain sekali sama bagas, dia anak yang suka menggangguku bahkan sering membuat aku menangis. Dia suka menghancurkan mainan yang sudah aku bangun dengan teman lain, dia juga selalu mengambil makanan atau minuman yang sedang aku nikmati dan pasti langsung dihabiskannya. Aku kesal sekali sampai-sampai tak tahan untuk menangis, dan bagas selalu ada disana untuk membelaku. Bagas selalu menjaga dan melindungiku dari dion. Ketika dia tahu dion akan satu sekolah dasar yang sama dengan ku bagas bahkan rela pindah sekolah dasar demi menjaga ku dari dion. Maka dari itulah aku sangat dekat dengan bagas, sampai-sampai aku sudah menganggapnya seperti abangku. "Hari ini cuma jam pertama aja ?" Tanya bagas membuyarkan lamunanku. Aku mengangguk, "Iya nanti aku langsung balik ya. Hari ini pertama aku kerja sebagai guru BK di SMA Noah, ga jauh dari sini" Kataku. "Owh jadi diterima ?" tanya bagas. "Iya, kemarin interview hari ini langsung kerja" Ujarku. Bagas sudah mengetahui kalo aku kerja sambil kuliah, waktu itu aku sempet cerita. "Yauda aku anter" kata bagas. "Ga usah, aku bawa mobil" "Tadinya mau ngajak cari buku pulangnya, tapi kalo ada kerjaan yaudah gapapa" Ujar bagas lagi. Aku melihat bagas yang sedang membolak balik halaman buku yang dipegangnya, "Hmm gimana kalo besok ? Besok kan kita ada jam ke 3 dan 4 jadi ga mesti balik ke sekolah dari kampus" Kataku. Bagas langsung menoleh ke arahku, "Oke, besok ga usah bawa kendaraan. Aku jemput" Katanya. "Paginya ga usah jemput, aku bareng sama papa aja ke sekolah. Nanti kamu jemputnya di sekolah aja" "Oke" Jawab bagas singkat. Pelajaran pertama berakhir jam 10. Aku bergegas membereskan alat tulis ku, bagas sudah menunggu ku di depan pintu. Ya seperti itu lah, aku sama bagas bagaikan amplop dan perangko yang tidak terpisahkan. "Arina" Langkah kami terhenti ketika ada sekelompok perempuan memanggilku, tapi aku tidak mengenalnya. "Ada apa ?" Aku menghampiri mereka sedangkan bagas tetap menunggu sambil sesekali memperhatikan ke arah kami. "Ini tolong ya titip buat bagas" Kata salah satu perempuan itu memberikanku bungkusan kado. Aku menoleh sekilas ke bagas, "Itu bagas. Kenapa ga kasih sendiri ?" Tanyaku heran. "Aku ga berani, takut ditolak. Tolong ya arina, pliss !!" Katanya sedikit memohon. "Iya nanti aku kasih ya, tapi aku ga janji dia mau nerima juga ya. Aku juga takut ditolak, tapi tetep aku usahakan ya" Kataku. Perempuan itu mengangguk dan tersenyum meninggalkanku. Aku kembali menghampiri bagas sambil memberikan kado dari perempuan tadi. "Nih, dari perempuan tadi aku lupa ga tanya namanya" kataku sambil menyodorkan kado itu ke bagas. Bagas hanya melirik sekilas tanpa ada niat untuk menerimanya, aku menghela nafas panjang. "Ini ah, aku pegel megangnya" Kataku sambil menyodorkan kado itu ke tangan bagas. Bagas hendak membuang kado itu ke tempat sampah namun dengan segera aku menahannya. "Kenapa dibuang ? Ish ga menghargai banget sih" Kataku sambil mengambil kado itu. "Yauda buat kamu aja" Ujarnya asal. "Lah mana bisa gitu sihh, itu kan hadiah buat kamu. Setidaknya terima dulu napa, kalo udah dirumah terserah deh mau diapain kadonya. Kalo kamu buang disini kasian kan mereka, sakit hati ngeliat kadonya dibuang" Ujarku panjang lebar, "Kalo seandainya itu kado dari aku trus kamu buang gitu aja, aku sedih banget loh" Tambahku bermaksud menjelaskan isi hati perempuan tadi ke bagas. "Kalo itu dari kamu ga akan aku buang" Jawabnya pendek. "Loh kenapa ? Kan sama-sama kado" "Karena itu dari kamu. Kalo dari yang lain aku ga perduli" tukasnya polos, membuat aku terdiam heran. Ga cuma kali ini aja perempuan-perempuan menitipkan kado mereka untuk bagas. Sudah dari SD aku sering dititipkan sama mereka, tapi bagas tetep saja begitu cuek dan ga perduli sama perasaan mereka. Kadang aku sebel sendiri, ga tega liat perempuan-perempuan itu sudah susah payah kasih kado si bagas main buang aja. Tapi memang begitu sih bagas orangnya, dingin dan cuek apalagi sama anak-anak cewek, ughhh kaya batu es ga ada senyumnya. Padahal aslinya bagas itu baik banget, pengertian, care, ganteng dan kaya pula sempet heran sih orang seperfect bagas kok masih jomblo. Dulu aku pernah penasaran tentang itu dan menanyakan langsung ke dia, "Bagas kenapa kamu masih jomblo sih sampe sekarang ? Padahal kamu itu baik, pengertian, ganteng, pinter dan kaya lagi. Kan banyak cewe yang ngantri buat jadi pacar kamu, masa kamu ga tertarik salah satu dari mereka ?" Tanyaku ketika itu. "Apa semua itu masuk dalam kriteria mu ?" Ujar bagas balik bertanya padaku. "Kriteria ku ?" Tanyaku bingung. "Yang kamu sebutkan tadi. Baik, pengertian, ganteng, pinter trus kaya. Apa itu masuk dalam kriteria mu ?" Tanya bagas kali ini dia menanyakan sambil menatapku. "A.. a.. akuu belum berpikiran sampai kesana" Jawabku terbata-bata, tatapannya kali ini membuat aku salah tingkah. "Ya sudah aku juga belum memikirkan sampai kesana" Katanya cuek. "Tapi setidaknya kamu bisa berteman dulu sama mereka" Kataku. "Aku ga nyaman berteman sama cewe" Katanya lagi. Aku melotot mendengarnya dan memukul bahunya pelan, "Ihh trus aku dianggap apa coba, aku kan cewe. Jadi selama ini kamu ga nyaman donk temenan sama aku ?" Ujarku cemberut sambil terus memukul bahunya. Bagas menangkap tanganku dan menatapku dalam, lalu menarik nafas panjang, "Kecuali kamu, aku ga akan membuka diri dengan yang lain" katanya lalu melepas tanganku. Aku menatap bagas, mungkin karna kami berteman dari kecil makanya dia merasa nyaman denganku. Sedangkan perempuan lain, mereka mendekati bagas karena ada maksud tersembunyi yaitu menjadi pacarnya makanya bagas ga nyaman. Ahh seandainya mereka mau tulus berteman dulu pasti bagas akan membuka diri, pikir ku dalam hati. "Hmm ga bosen-bosen sih mereka nitip kado buat kamu. Kadang aku jenuh loh, kadang mereka dateng ga tau tempat dan waktu kadang pas aku lagi belajar, lagi di toilet, lagi makan di kantin bahkan pernah aku dicegat dijalan ngeri banget deh fans-fans kamu" Kataku sesampainya di parkiran mobil. "Nanti aku beri mereka peringatan" katanya. Aku kaget mendengarnya, "Ish bagas jangan terlalu serius napa, aku bercanda. Kadang doank aku ngerasa cape, abis kamu nolak terus sih. Aku kan jadi bingung mau dikemanain kadonya" ujarku sambil membolak-balik kado dari perempuan tadi. "Ya sudah sini aku terima" Katanya sambil mengambil kado dari tangan ku. "Jangan dibuang ya, janji" Kataku sambil menunjukkan jari kelingking, kebiasaan yang sering kami lakukan apabila mengikat janji. "Iya janji" Katanya sambil mengulurkan jari kelingking nya juga. Aku tersenyum, "Ya sudah aku pergi dulu ya" kataku beranjak pergi. Tak butuh waktu lama, aku sudah sampai di gedung sekolah tempatku bekerja. Karna memang jarak antara sekolah dan kampusku tidak terlalu jauh, hanya butuh waktu 10 menit jika naik mobil. Aku segera menuju keruanganku, tempatnya diantara perpustakaan dan ruang kesehatan. Aku memiliki ruangan sendiri, tidak gabung dengan guru-guru lain. Aku beruntung jadi sesekali bisa sambil mengerjakan tugas kuliah, pikirku sambil mengeluarkan laptop dan alat tulis lain. Tiba-tiba aku dikejutkan oleh seseorang yang membuka pintu tanpa ijin, yaitu alen. Ia menatapku, lama sekali dia menatapku, aku pun datang menghampirinya. "Alen" Panggilku. Alen hanya menatapku tanpa menjawab. "Kenapa ? Apa ada masalah ?" Aku merasa pandangan gelisah alen ketika menatap ku. Membuatku sedikit khawatir. "Apa kamu sakit ?" Kataku sambil memegang keningnya. Tanpa diduga alen malah memegang tanganku dan menarikku ke dalam pelukannya, membuat aku kaget setengah mati. "Aku pikir kamu ga jadi kerja disini, aku udah nungguin kamu dari pagi" Ujarnya sambil memelukku erat. Hanya itu yang aku dengar dari mulut alen tanpa melepas pelukannya, seolah-olah takut kehilangan. Membuatku bingung dan tidak bisa dimengerti.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN