Alen tiba di sekolah lebih pagi dari biasanya, alasannya tidak lain dan tidak bukan sudah pasti karena arina, guru BK yang baru mulai masuk hari ini.
Alen menunggu di kursi taman yang menghadap ke arah parkiran, agar ia bisa mengetahui kedatangan arina. Namun, sampai bel masuk berbunyi arina belum ada tanda-tanda kehadirannya. Alen pun mulai gelisah, ia celingak-celinguk ke arah parkiran berharap yang di tunggu-tunggu akan datang.
"Woi, alen masuk. Pak yudi udah dateng tuh" Teriak doni, ketika dilihatnya alen tak kunjung masuk kelas.
Alen melirik sekilas, dilihatnya sekali lagi lahan parkir itu namun yang ditunggu tak kunjung datang. Alen pun beranjak pergi dengan malas.
"Lo ngapain si ? Mondar-mandir ga jelas. Nungguin sapa si lo ?" Tanya doni ketika alen sudah duduk di sebelahnya.
Alen tidak menjawab, ia langsung membuka-buka bukunya sambil sesekali melihat arah jendela. Memang dari tempat duduknya tidak kelihatan lahan parkir, tapi ia bisa langsung lihat ruangan arina yang berada ditengah antara UKS dan perpustakaan.
Alen ingin memastikan sekali lagi apakah arina adalah orang yang selama ini ia cari ? Ketika terakhir kali mengantar arina ke parkir mobil, ia tak sengaja melihat gantungan kunci yang tak asing menggantung di tas milik arina. Namun arina keburu pergi sebelum ia dapat memastikannya. Karena itulah ia gelisah tak sabar untuk memastikannya.
"Lu ngapa dah liat-liat jam mulu ? Aneh banget si lu" Ujar doni yang bisa membaca kegelisahan sahabatnya.
"Gue..."
Alen menghentikan omongannya ketika dari jauh ia melihat sosok yang ditunggu-tunggunya nampak memasuki ruangan kerjanya. Tanpa sadar ia tersenyum dan menarik napas lega, ia sempat khawatir takut arina tidak jadi bekerja disekolahnya.
"Gue kenapa ? Lanjutin napa kalo ngomong, jangan bikin gue penasaran" Kata doni.
"Ia nanti gue ceritain ya" Katanya seraya menutup bukunya, tepat pada saat jam pelajaran pertama selesai. Ia segera keluar kelas begitu pak yudi meninggalkan ruangan. Doni hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan aneh sahabatnya.
Alen mempercepat langkah nya menuju ruang BK, menemui arina. Tanpa mengetuk ia langsung membuka pintu, membuat arina terkejut. Alen langsung mengedarkan pandangannya ke area tas arina, untuk mencari sesuatu yang sangat ingin dipastikannya.
"Alen" Panggil arina.
Namun alen tidak menjawab, ia masih mencari-cari benda yang tidak asing baginya.
"Kenapa ? Apa ada masalah ?" Tanya arina dengan nada khawatir, ketika ia berjalan tanpa sengaja menyenggol tas nya sehingga benda yang sedang di cari alen tampak di depan matanya.
Alen tak bisa menahan perasaan bahagia di hatinya, hampir saja ia mau menangis. Di tatapnya wajah yang ada dihadapannya saat ini, sekarang ia yakin arina adalah anak kecil itu, anak kecil yang selama ini ia rindukan.
"Apa kamu sakit ?" Tanya arina sambil memegang kening alen.
Tanpa diduga alen menangkap tangan arina dan menariknya kedalam pelukannya. Alen mendekap erat arina, seolah takut kehilangan lagi.
Arina tampak terkejut, ia mencoba melepaskan pelukan alen. Namun pelukan alen begitu erat membuat arina susah bergerak.
"Aku pikir kamu ga jadi kerja disini, aku udah nungguin kamu dari pagi" Katanya tanpa melepaskan pelukannya.
Pandangan nya mengarah pada benda yang menggantung di tas milik arina. Ia langsung teringat beberapa tahun silam, ketika itu alen masih sekolah dasar.
Orang tua alen sering wara-wiri keluar kota bahkan keluar negeri untuk urusan bisnis, karena kesibukannya alen sering dititipkan di rumah neneknya. Saking seringnya dititipkan alen pun memutuskan untuk tinggal bersama neneknya dan pindah sekolah, supaya ia tidak sering meninggalkan pelajaran.
"Kamu serius mau tinggal sama nenek ? Pindah sekolah ?" Tanya bunda alen.
"Iya, alen cape bolak-balik terus. Sekolah alen jadi ga bener karna sering ijin, mending ayah sama bunda kelarin dulu deh bisnisnya. Kalo udah selesai dan yakin ga nitip-nitipin alen lagi, baru jemput alen dirumah nenek" Kata alen pasti.
Ayah dan bunda alen saling menatap, sebenernya alen juga ga mau pindah sekolah. Paling males kalo adaptasi lagi dilingkungan baru, sekolah baru dan teman baru. Tapi mau gimana lagi, dalam sebulan hampir 2 minggu sekali alen ijin dan itu pun 3 hari alen ga masuk. Dari pada kaya gitu, alen cape dan sekolah jadi ga bener mending pindah aja sekalian.
"Maafin bunda ya alen" Ujar bunda sambil memeluk alen.
"Ayah sama bunda langsung kesini kalo urusannya sudah kelar ya, ayah janji" Kata ayah.
"Nanti sekolahnya bunda yang urus, kamu tunggu kabar aja ya dari bunda" Bunda menatap alen penuh rasa sayang, padahal alen baru kelas 3 SD tapi sudah punya pemikiran seperti itu, ujar bunda dalam hati.
Alen mengangguk dan mengantar kepergian orang tuanya.
"Kamu beneran mau sekolah di kampung ?" Tanya nenek.
"Iya nek, lagian ini juga ga kampung-kampung banget kok" Ujar alen.
Sudah beberapa hari alen tinggal sama nenek dan kakeknya, namun alen masih belum sekolah karena surat-surat kepindahan alen dari sekolah yang lama belum selesai. Merasa jenuh alen pun keluar rumah, sedikit berjalan-jalan tidak jauh dari rumah.
Sedang asik jalan-jalan sambil melihat-lihat pemandangan tiba-tiba ada bola jatuh tepat berada di kakinya, lalu alen mendengar seseorang setengah berteriak padanya dengan bahasa daerah yang belum dimengerti alen. Jadi alen pun tidak berbuat apa-apa dan melanjutkan jalan-jalannya.
Namun baru beberapa melangkah alen merasa ada orang menarik bajunya membuat ia jatuh kebelakang, alen pun kaget ketika dilihatnya beberapa orang berdiri dihadapannya.
"Ada apaan nih main tarik-tarik aja" Ujar alen sedikit kesal.
Anak-anak itu mengucapkan sesuatu yang tidak dimengerti alen, tapi yang pasti mereka marah pada alen dan menunjuk-nunjuk bola yang dipegangnya. Owh, mungkin tadi mereka minta ambilin bola tapi aku lewatin aja karna ga tau maksudnya, pikir alen.
"Maaf, aku ga sadar kalo kalian minta tolong ambilin bola" Kata alen sambil menunjuk bola yang dipegang salah satu dari mereka.
"... orang kota..." Kata salah satu dari mereka, sisanya alen ga ngerti apa yang mereka omongin.
"Yauda aku kan udah minta maap, permisi dulu ya" Kata alen hendak melangkah pergi.
Namun, salah seorang dari mereka menarik alen dan mendorongnya hingga jatuh. Baru hendak berdiri tiba-tiba ada seseorang yang memegang lengannya, membantunya untuk bangun. Alen menoleh ke arahnya, anak perempuan itu mengangguk dan membantu alen berdiri.
"Kalian ga boleh seperti itu" Katanya sambil berdiri di depan alen.
Mereka mengatakan sesuatu dan hendak mendorong alen lagi namun dihalang anak itu, anak yang lain kesal dan hendak mendorong alen lagi tapi ga sengaja malah mendorong anak perempuan itu hingga jatuh kebelakang menabrak alen, membuatnya ikut terjatuh.
Setelah melihat anak itu terjatuh, mereka segera pergi meninggalkan kami.
"Kamu gapapa ?" Tanya alen khawatir.
"Hmm aku gapapa" Jawabnya, alen membantunya berdiri.
"Kamu bukan orang sini asli ya ?" Tanya alen karena dilihat dari parasnya dan dari cara bicaranya anak perempuan itu sama sepertinya.
"Iya, aku disini tinggal sama eyang" Jawabnya.
"Orang tua kamu ?" Tanya alen penasaran.
"Mama papa kerja, dari pada tinggal sama pengasuh terus mending sama eyang" Jawabnya sambil terus berjalan.
Alen makin penasaran, sepertinya mereka bernasib sama. Dititipkan di neneknya karena kesibukan orang tuanya. Alen pun mengiringi berjalan disamping anak itu.
"Kamu sekolah disini juga ?"
"Iya, walaupun sudah tinggal disini hampir 2 tahun tapi tetap saja aku belum bisa berbicara lancar bahasa mereka" Katanya sambil tersenyum memperlihatkan lesung pipit di kedua pipinya.
Alen tersenyum, "Gapapa, pelan-pelan" Manis sekali senyum nya, pikir alen. "Aku juga sekarang tinggal sama nenek, bentar lagi juga pindah sekolah. Apa kita satu sekolah aja ya ?" Katanya, "Aku minta bunda buat daftar sekolah ditempat kamu" Lanjutnya.
"Boleh, tapi beda kelas kayanya ya. Aku kelas 6 kamu kelas berapa ?" Katanya sambil menghentikan langkah di sebuah rumah yang terbilang cukup besar untuk rumah kampung, "Ini rumah eyang, aku tinggal disini" Katanya lagi.
"Ohh, kayanya ga jauh dari rumah nenek aku. Lurus dikit itu rumah nenek, keliatan dari sini gentengnya" Kata alen sambil menunjuk rumah yang tak jauh dari tempatnya berdiri.
Alen menoleh lagi ke anak itu, "Aku kelas 3, Masih bisa ngobrol-ngobrol ga ?" Tanya nya.
Anak perempuan itu mengangguk, "Boleh, duduk situ aja yuk" Sambil menunjuk taman bermain tak jauh dari rumah neneknya.
Mereka pun duduk berhadapan di ayunan sambil ngobrol panjang lebar.
"Aku alen, nama kamu siapa ?"
"Arina, panggil arin aja juga boleh"
"Salam kenal ya arin, aku bersyukur ada temen yang mengerti kata-kata aku"
Seperti itulah ingatan alen tentang perkenalan pertama mereka ketika masih kecil. Masih terekam jelas dalam kepalanya, yang merupakan kenangan paling indah dalam hidupnya.
Alen sampai tidak percaya, bisa bertemu lagi dengan anak kecil itu, anak kecil yang sempat mengisi hari-harinya selama tinggal bersama nenek. Saking tidak percayanya, alen sampai tidak mau melepas pelukannya. Alen yakin anak kecil waktu itu adalah dia, arina yang saat ini ada di dalam pelukannya.