Luce membuka mata, memegang kepalanya yang pening. Setelah itu, dia baru menyadari bahwa dia tidak terbangun di padang, tetapi di rumah dengan atap berbentuk bulat, dengan perapian yang menghangatkannya. Begitulah ciri khas rumah di pulau Altis. Tetapi, rumah ini tidak seperti rumah kakek Ryu. Apalagi rumah Leim dan Leom. Rumah ini terlihat berantakan, gelap dan pengap. Langit-langitnya dipenuhi sarang laba-laba. Sesekali Luce melihat serangga besar yang merayap-rayap di dinding, meski tak banyak cahaya yang masuk, maksudku rumah itu tak memiliki jendela tepatnya, hanya sedikit cahaya dari dinding yang papannya tidak terpasang rapat. Tetapi Luce tidak peduli dengan itu, dia sudah cukup bersyukur karena kelima temannya yang baru terbangun ada bersamanya. “Dimana kita sekarang?” tanya Bald

