Wedding

1351 Kata
     Sudah 10 hari semenjak acara pertunangan Kia dengan Gavin yang artinya hanya tinggal 4 hari lagi saja untuk menunggu pernikahan mereka. Pagi ini Kia berencana pergi dengan sahabat sahabatnya untuk memberitahukan hubungannya dengan Gavin, ia tidak berencana untuk menyembunyikannya lebih lama lagi. Lama kelamaan mereka juga akan tahu bagaimana hubungannya dengan Gavin.      Sesampainya di cafe tempat mereka janjian, Kia melihat sahabat sahabatnya sudah pada datang. Ia menghampiri mereka dengan jantung yang berdetak kencang karena khawatir jika mereka menganggap ia sudah menyembunyikan sesuatu dari mereka dan menganggapnya tidak percaya pada mereka.      Kia berusaha tetap tersenyum kepada mereka yang sudah menyadari kehadirannya. Mereka berbincang bincang sembari meminum minuman yang telah mereka pesan. Sampai dimana Kia akan memberi tahukan semuanya pada mereka. "Gue mau ngomong sesuatu sama kalian, dan ini serius." Ucap Kia dengan wajah seriusnya. Mereka menatap Kia dengan serius. "Ngomong apa, jangan bikin deg degan gini deh Ki." Ucap Naya yang ikutan deg degan. "Sebenarnya gue__.." Ucap Kia terhenti karena belum sepenuhnya batinnya kuat untuk membicarakan semuanya. "Apa?." Tanya Vita tambah penasaran. "Tapi kalian jangan terkejut ya, dan jangan teriak juga." Ucap Kia memperingati. Takut jika mengganggu pelanggan lainnya, atau lebih parahnya ada anak kampus lainnya dan menyebarkan berita panas ini. "Iya." ucap mereka bebarengan dengan pastinya. "Sebenarnya 4 hari lagi gue mau nikah." Ucak Kia cepat sambil menunggu respon dari sahabatnya itu. "APA?." Teriak mereka terkejut. Padahal Kia sudah memperingati mereka biar tidak terkejut, tapi buktinya ya gini. "Gue bilangkan jangan terkejut apalagi teriak." Ucap Kia sedikit kesal. "Sama siapa?." Tanya Elin tanpa mempedulikan perkataan Kia. "Sama..___ .. Pak Gavin." Ucap Kia pelan, Tapi masih bisa didengar oleh mereka. "APA?, Lo serius Ki?." Ucap mereka bebarengan lagi. "Kok bisa?." Tanya Vita penasaran. "Gue di jodohin sama bonyok gue 10 hari yang lalu, awalnya gue juga terkejut kalo calon gue itu pak Gavin , waktu itu gue juga mau nolak, tapi pak Gavin nerima perjodohan itu, ya dengan terpaksanya gue juga harus terima." Jelas Kia. "Lo bilang terpaksa? sama pak Gavin yang tampannya kebangetan lo bilang lo terpaksa?." Tanya Elin tak percaya dengan temannya yang satu ini. "Iya, sampai sekarangpun gue masih belum bisa nerima sepenuhnya, tapi gue coba dulu aja." Jawab Kia yang membuat teman temannya terperangah tak percaya. "Gini ya Ki, Pernikahan itu bukan hanya coba coba yang dimana kalo lo nyaman lo terusin dan kalo lo gak nyaman lo tinggalin gitu aja. Pernikahan lebih serius dari apa yang lo pikirin Ki. Jadi lo bukan hanya mencoba aja, tapi lo harus terima dan membuka hati lo buat pak Gavin." Ucap Naya Panjang kebar. "Iya, Gue tau kok Nay." Jawab Kia dengan senyum tipisnya.      Setelah acara pengakuan Kia, Mereka pergi ke Mall untuk berbelanja sepuas puasnya, karena Setelah menikah nanti Kia belum tentu bisa seperti sekarang ini dengan sahabatnya. *****      Tak terasa waktu berjalan begitu cepat sampai akhirnya tiba dimana saatnya pernikahan Gavin dan Kia. Yang datang di pernikahan ini hanya orang tertentu saja. Seperti sahabat Kia teman Gavin, dan beberapa orang penting lainnya.      Kia terlihat begitu cantik memakai gaun pengantinnya. Ia terlihat gugup saat melihat Gavin yang sudah menunggunya. Gavin melihat Kia dengan tatapan kagumnya, Matanya tak pernah luput dari wanita yang sebentar lagi akan menjadi istri sah nya. SKIP…. Acara pernikahannya selesai dengan lancar, dan hanya tinggal pesta nanti malamnya.      Kia dan Gavin duduk bersebelahan menunggu tamu yang datang, tamu yang datang tidak begitu ramai. Hanya ada orang orang penting saja. "Hei bro, akhirnya lo nikah juga." Ucap teman Gavin yang di ketahui namanya Teo. "Iya makasih. Dan lo kapan nyusul?." Ledek Gavin. "Anjir lu, tunggu aja undangan gue ntar." Jawabnya. "Btw, Istri lo cantik banget, salken gue Teo teman Gavin yang paling ganteng." Ucapnya sembari mengulurkan tangannya, Kia membalasnya dan tersenyum sembari mengucapkan terima kasih. "Yang lain mana nih? kok belum pada datang?." Tanya Teo celingak celinguk mencari teman temannya. "Mereka udah datang dari tadi, Lo nya aja yang telat." Ucap Gavin. "Parah tu anak anak, ngak ngajak ngajak gue lagi. " Umpat Teo. "Periksa dulu hp lu sana, setelah itu mau lo marah marah juga ngak pa-pa." Jawab Gavin kesal. "Hehehe... santai bro." ucap Teo cengegesan dan berlari menjauh dari Gavin dan Kia.     Selama beberapa jam pesta berlangsung, akhirnya hanya tinggal keluar Kia dan keluarga Gavin saja yang berada di sana. Mereka berkumpul di sebuah meja sembari bercerita cerita. "Sekarang kalian sudah sah menjadi suami istri, jadi Gavin tolong jaga Kia dengan baik baik walaupun pernikahan kalian hanya didasari dengan perjodohan doang, dan Kia tolong hormati Gavin sebagai suami kamu, kalian harus saling menerima apapun itu." Terang Hasa. "Iya pi." Jawab Gavin dan Kia berbarengan. "Dan juga kalo ada masalah selesai kan baik baik, jangan kabur dan lari gitu aja. Ingat Kia." Tegas Sena sambil menatap putrinya itu. "Kok Kia mi?." Tanya Kia tak terima. "Lo kan emang gitu dek." Sela Raka. "Sejak kapan juga?." Jawab Kia jengkel. "Intinya kalian harus saling percara aja." Ucap Nila. "Yaudah, kalian istirahat sana, capek kan dari tadi berdiri mulu." Ucap Alfi. Mereka hanya mengiyakan perintah Alfi dan pergi menuju kamar mereka.      Saat di kamar, Kia mempersilahkan Gavin terlebih dahulu untuk memakai kamar mandi. Setelah itu baru Kia yang memakainya. Kia di kamar mandi kurang lebih 20 menit hanya untuk mandi saja.     Sekeluarnya Kia dari kamar mandi, ia melihat Gavin tiduran di kasur sambil memainkan ponselnya. Kia merasa deg degan lantaran ini pertama kalinya ia berdua dengan seorang cowok di dalam kamar kecuali dengan Raka dan papinya.     Dengan pikiran yang sudah kemana mana, Kia mengambil ponselnya dan duduk di atas kasur bersebelahan dengan Gavin. Baru saja Kia menghidupkan ponselnya, ponselnya sudah berpindah tangan dengan cepat. "Udah tidur, kamu capek kan? Jangan main hp mulu." Ucap Gavin yang mulai membaringkan tubuhnya. "Emang kapan saya terakhir pake hp pak? Kan udah lama juga." Ucap Kia kesal. "Jangan panggil saya dengan panggilan bapak kalo di luar kampus Kia." Tegas Gavin. "Kalo saya tetap manggil bapak gimana?." Tanya Kia menentang Gavin. Dia penasaran apa yang akan Gavin lakukan jika dia benar benar menentangnya. "Saya akan sita fasilitas kamu." Jawab Gavin yang telah menutup matanya. "Iya deh iya, Oh iya, jangan aneh aneh ya kak kalo saya lagi tidur."Tegas Kia memperingati Gavin. "Kamu yang mikirnya jangan aneh aneh." Jawab Gavin. Kia tidak menanggapi Gavin dan pergi ke alam mimpinya.     Beberapa saat setelah Kia tidur, Gavin bangun hanya untuk memastikan apa Kia sudah tidur atau belum. Setelah itu Gavin kembali tidur lagi. *****     Pagi ini Kia bangun lebih awal dari biasanya. Ia merasa ada sesuatu yang berat mengganjal di atas perutnya. Dengan malasnya, ia memegang perutnya tetapi yang didapatinya adalah tangan Gavin yang melingkar di atas perutnya. Kia terkejut dengan keberadaan tangan Gavin di atas perutnya dan dengan pelan Kia melepaskan tangan Gavin dan berlari menuju kamar mandi.     Kia merasa jantungnya berdebar debar luar biasa. Ia mencoba menenangkan jantungnya dengan berendam air panas. Setelah selesai mandi ia masih melihat Gavin meringkuk di bawah selimut. Awalnya Kia ingin membangunkannya, tapi melihat wajah Gavin yang kelelahan Kia mengurungkan niatnya.    Akhirnya Kia memutuskan untuk pergi kedapur. Sesampainya di dapur, ia melihat Sena dan Nila sudah sibuk dengan pekerjaan mereka masing masing. "Pagi mi, pagi ma." Sapa Kia. "Pagi sayang." Jawab Nila dan Sena. "Tumben kamu udah bangun jam segini, biasanya juga susah di bangunin." Ucap Sena yang masih sibuk dengan pekerjaannya. "Yaelah mi, anak bangunnya cepat salah, lambat juga salah. Yang ngak salahnya gimana sih mi?."Ucap Kia. Nila hanya tersenyum melihat anak dan ibu itu. "Oh iya, Gavin mana?." Tanya Nila yang tidak melihat keberadaan Gavin. "Kak Gavin masih tidur ma, mungkin kecapekan." Jawab Kia. "Ada yang bisa Kia bantu ngak ma?." Lanjut Kia. "Ngak usah, kamu bangunin Gavin aja sana." Perintah Nila. Kia hanya menuruti perintah Nila dan berjalan ke kamarnya yang berada di lantai dua.    Sesampainya di kamar, Kia sudah tidak melihat Gavin lagi tapi ia mendengar suara air dari dalam kamar mandi. Kia hanya menyiapkan pakaian yang akan digunakan Gavin dan kembali turun menuju meja makan.    Awalnya Kia keberatan dengan pernikahan ini dan berniat untuk tidak peduli. Tapi ia berpikir kalau dia tidak peduli, bukankah itu sama saja melalaikan kewajibannya sebagai seorang istri. Jadi ia hanya berlaku sebagai seorang istri yang baik di mata Gavin.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN