bc

The Perfect Boss! [END18+]

book_age18+
1.7K
IKUTI
16.5K
BACA
possessive
family
arranged marriage
scandal
CEO
drama
comedy
sweet
city
cruel
like
intro-logo
Uraian

#officeromance

Bos baru itu bernama Nicholas Weagly. Pria dengan segala kesempurnaannya. bagaimana kalau bos baru ini dipertemukan dengan Sandra yang suka komat-kamit membaca doa, hobi menyalahkan orang lain dan kerja otak yang cukup lamban hingga bisa membuat semua orang tensi? Apakah Nick yakin kalau Sandra adalah wanita yang diinginkannya?

chap-preview
Pratinjau gratis
The Perfect Boss! - 1
Dua puluh menit dan Sandra masih di dalam busway. Dia berdiri dengan gelisah, berdesakkan dengan orang-orang yang diburu waktu. Sesekali dia menatap jam klasik warna cokelat yang melingkar di pergelangan tangannya. Dia terlambat masuk kantor. Itu sudah pasti! Ini gara-gara mimpi sialan bertemu pangeran berkuda putih. Sang pangeran mengatakan bahwa dia bisa berbicara dengan para binatang. Sebab itu sang pangeran berbicara padanya. What?!                                                                     Sialan!                                Dia pikir aku binatang? Apa di mimpi itu aku jadi binatang ya? Sandra masih sempat memikirkan mimpinya di tengah gencatan orang-orang. Samping kanan wanita berpostur tinggi bak model. Samping kiri wanita bertubuh gempal. Depan dan belakang wanita dengan tas ransel besar seperti orang yang mau kabur dari rumah. Sandra menghela napas panjang.        Dia terlambat tiga puluh menit. Masalahnya ini bukan hari biasa. Ini adalah hari penyembutan bosnya yang baru. Anak tunggal dari Mr. Weagly. Seorang pria Amerika yang menikah dengan wanita Indonesia. Terlambat di saat penyambutan bos baru adalah kesialan terlaknat. Apa kata bos barunya nanti? Setelah pintu keluar busway terbuka, Sandra bergegas keluar dan berlari-lari layaknya mengejar pencopet dompetnya. “Semoga aku nggak terlambat.” Mulutnya terus komat-kamit mengucap segala do’a termasuk do’a tidur dan do’a  makan. Astaga! Saking terburu-burunya, Sandra menabrak orang-orang yang berkerumun dan dengan napas terengah-engah dia berteriak permisi hingga dirinya menjadi pusat perhatian orang-orang di jalan. Mereka menatap Sandra dengan tatapan sinis. Sandra masuk lift dengan pria asing yang mengenakan jas abu-abu mahal. Pria itu berwajah tampan dengan hidung mancung tegak lurus. Rambutnya klimis dengan sapuan pomade. Sandra memencet angka 18 di mana kantornya berada di lantai 18. Pria asing itu diam dan sepertinya mereka satu tujuan. “Jangan terlambat. Jangan terlambat.” Sandra berkomat-kamit. Sang pria asing menoleh dengan dahi mengernyit. Salah satu kekurangan Sandra adalah dia selalu lepas kontrol. Sering meledak-ledak jika emosinya tidak stabil dan merasa benci jika diperhatikan orang asing. “Kenapa?” tanyanya ketus pada pria itu. Pria itu nyaris terlonjak karena terkejut. Dia membuang wajah. “Ini gara-gara bos baru sialan!” umpatnya dengan penuh kekesalan. Pria itu melirik Sandra keheranan. “Bos baru?” dia bertanya penasaran. “Ya! Hari ini hari penyambutan bos baru. Tahu nggak aku sebel dengan bos itu gara-gara dia aku harus merasakan kecemasan. Aku terlambat!” Sandra meledak-ledak. “Itu kan salah kamu. Bagaimana bisa terlambat begitu?” Sandra menatap tajam pria itu. “Salahku?” Sandra nggak terima dong. Tapi setelah beberapa saat berpikir, ucapan pria itu benar juga. Ya, memang salahnya. Bos baru nggak bersalah dalam hal ini. Tapi dirinyalah yang bersalah. Dia melempar ponselnya saat alrm berbunyi. Mengabaikan ayam berkokok. Mengabaikan pesan dari Vivi. Dan lain sebagainya. Pria itu tidak berminat untuk berseteru dengan wanita asing yang mengomel di pagi hari. Dia memilih diam. Sandra kembali berkomat-kamit tanpa suara. Dia mengucap berbagai do’a yang dihapalnya. Pria itu melirik dengan ekor mata. Aku berurusan dengan warga planet mana sih? Pria berhidung mancung itu bergidik ngeri. ***                       The Perfect Boss! - 2             Sandra sampai dengan selamat di ruangan meeting kantor. Bos baru belum datang. Dia punya kesempatan lebih baik karena nggak terlambat pas bos baru sialan itu datang. Sandra duduk di sebelah Vivi. Rekan kerja sekaligus sahabatnya. Dia mengatur napas yang tadi terengah-engah.             Vivi menggeleng dramatis. “Untung, tuh, bos belum dateng.” ujar Vivi seraya memencet body butter bentuk tube dengan wangi stroberi dan memoleskan di lengannya.             Sandra mendongak ke atas atap. “Thanks God.” Katanya seakan Tuhan melihatnya dari atap.             Vivi membelai rambut ombre purple yang baru seminggu lalu diombre. Dia mendekati telinga Sandra dan berbisik. “Katanya bos kita ini lulusan luar negeri. Dia kuliah di Amerika tapi tidak tahu di mana. Usut punya usut katanya di Oxford.             Sandra mengernyit. “Oxford kan Inggris, Vi. Bukan Amerika.”             “Eh,” Vivi terkejut. “Masa?”             “Iya, Oxford tuh di Inggris. Itu nama salah satu kota di Inggris. Kalau Amerika tuh Harvard, Stanford, Cambridge.”             “Hehe,” Vivi nyengir kuda. “Eh, yang lebih penting, San, bos kita masih muda dan belum menikah.” Vivi berkata dengan nada suara manja.             “Terus apa urusannya?” Sandra bertanya polos.             “Itu berarti kita punya kesempatan untuk—“ Vivi terdiam. “Ekhemm.” Dia berdeham. Tersenyum penuh makna.             Sandra tidak mengerti. Lebih tepatnya Sandra tidak peka. Dia orang dengan kadar kepekaan rendah. Jadi, kalau bicara dengannya lebih baik langsung saja. Atau kerennya to the point. Dan itu sama saja hehe.             “Ustt... jangan bergosip.” Samantha, HRD perusahaan menegur mereka. Samantha adalah wanita 30 tahun yang baru saja menikah tahun lalu. Dia mengenakan kacamata berframe bulat dan tubuhnya padat, berisi. Lengannya juga besar. Persis lengan orang yang kerja keras mengangkat batu ratusan kali.             “Jadi, kita masih menunggu bos itu?” tanya Sandra pada Samantha—yang otaknya lebih waras daripada Vivi.             “Yap!”             “Berapa lama lagi sih? Lama sekali. Dia mandi dua jam mungkin ya. Sarapan satu jam dan make up dua jam setengah.” Gerutu Sandra sebel. Dia bangun terburu-buru, nggak mandi, nggak sarapan, lari-lari, cemas, resah dan gelisah. Tapi, si bos baru itu belum juga datang.             “Dia pria tulen, San.” Kata Samantha heran pada Sandra yang selalu berprasangka yang tidak-tidak.             Sandra hendak komat-kamit lagi baca semua do’a yang dihapal. Tapi, dia takut nanti jadi lapar dan ngantuk. Karena do’a sebelum tidur dan do’a sebelum makan selalu masuk daftar do’a yang selalu diucapkannya. Dimana pun dia berada huft!             Vivi kembali berbisik. “Katanya Anita adalah mantan kekasihnya.” Sandra menoleh dengan mata membelalak. “Mantan kekasih siapa?”             “Bos. Saat mereka masih kuliah di universitas yang sama. Mereka berhubungan.”             “Berhubungan apa?” dahi Sandra mengernyit. “Berhubungan badan?”             Vivi menggeleng. “Pacaran, San. Sepasang kekasih begitu. Kamu dari planet mana sih?” Vivi tampak jengkel.             Sandra terkikik. Lalu matanya menyapu semua orang yang ada di ruangan. “Di mana Anita?”             Vivi mengangkat bahu. “Lucu ya. Dia bekerja di perusahaan milik ayah mantan kekasihnya.” Kata Vivi dengan wajah ekspresif manja yang menyebalkan.             “Usttt... jangan bergosip!” Tegur Samantha lagi.             Anita adalah wanita paling cantik di kantor. Sandra pernah dengar kalau Anita lulusan universitas unggulan dunia. Selain cantik dia juga pintar. Sayangnya, gadis itu termasuk gadis yang tertutup. Dia jarang bersosialisasi dengan orang-orang kantor. Dia juga pelit senyum. Kalau tersenyum tipis sekali setipis kulit pangsit.             “Selamat pagi semuanya.” Pak Arthur Weagly direktur utama sekaligus pemilik perusahaan tersenyum ramah dan hangat.             “Pagi, Pak.” Semua menjawab serentak.             “Terima kasih kalian sudah menunggu kedatangan putra saya. Dia akan menggantikan saya di perusahaan ini. Putra saya akan menjabat sebagai CEO di perusahaan ini.” Arthur menatap pintu. Seorang pria berwajah indo dengan hidung mancung mengenakan jas abu-abu mahal masuk. Dia tersenyum sekilas.             “Nicholas Weagly. Selamat bergabung.” Ucap Arthur dengan senyum bangganya.             Pria itu masuk dengan senyum ala kadarnya. Semua orang yang berada di dalam ruangan berdiri dan tepuk tangan kecuali Sandra. Tentunya. Dia masih terkejut. Matanya membelalak tak percaya. Setengah ketakutan dan setengah kecemasan bergelayut pada perasaannya.             Mata Nicholas Weagly mengarah padanya. Tersenyum penuh tantangan pada Sandra.             Mati aku!                                                ***            

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Billionaire's Baby

read
280.5K
bc

Naughty December 21+

read
509.0K
bc

My Hot Boss (Indonesia)

read
661.8K
bc

Beautiful Madness (Indonesia)

read
220.4K
bc

Perfect Marriage Partner

read
810.4K
bc

Call Girl Contract

read
323.1K
bc

Living with sexy CEO

read
277.9K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook