-flashback on-
Empat tahun yang lalu
"Kinar..!!!" panggil Kevin pada adiknya itu.
Hari ini Kevin benar-benar dibuat kesal oleh adiknya. Dia dipanggil oleh sekolahnya Kinan gara-gara adik nya itu berulah lagi. Ya, hari ini Kinar berkelahi dengan teman satu sekolahnya.
"Apaan sih Kak? Berisik banget tau ga."
"Kamu buat masalah apalagi sih? Masa bulan ini Kakak udah 3x menghadap guru BK kamu. Bersikap manis sedikit bisa kan? Kamu ini cewek. Gak baik berantem terus dengan teman kamu." Stok kesabaran Kevin benar-benar habis karena adik satu-satunya itu. Bagaimana tidak? Pagi ini dia di telpon oleh sekolah Kinar gara-gara Kinar berkelahi dengan teman satu sekolah nya yang sama-sama wanita juga. Dia bahkan harus mengatur ulang jadwal meeting nya dengan client gara-gara masalah ini.
Sebenarnya Kevin bosan karena dipanggil terus oleh sekolah Kinan. Namun dia tak mungkin tak menghadiri panggilan tersebut. Mengingat sang Papa yang masih berada di Jakarta saat ini. Semantara Mama nya sudah tak ada.
"Nadia yang mulai Kak. Dia tiba-tiba masuk ke kelas aku marah-marah. Nuduh aku ngerebut cowok nya. Kan nggak banget!! Lagipula aku sama Rafli cuma temenan doang," jawab kinar sambil memajukan bibirnya sebal. Gimana ga sebal coba? Pagi tadi sebelum upacara bendera dimulai, Nadia masuk ke kelas nya dan memaki Kinar habis-habisan di depan teman sekelasnya yang tengah bersiap mengikuti upacara bendera. Dia menuduh Kinar merebut pacarnya, Rafli. Padahal dia sama Rafli hanya rekan di anggota Osis. Hanya sebatas itu. Entahlah Kinar pun bingung kenapa Nadia bisa menuduhnya seperti itu.
"Makanya kamu juga punya pacar. Biar ga dituduh jadi pelakor terus. Wajah kamu kan ga jelek-jelek amat," saran Kevin yang sontak membuat Kinar melotot tajam.
"Enak aja ga jelek-jelek amat!! Kinar kan emang cantik!!" protes Kinar sambil memajukan bibir nya itu. Dia tak terima dengan ucapan Kakak nya. Lah gimana ga terima? Kinar kan emang punya wajah yang cantik. Maka nya dia sering dituduh jadi pelakor oleh sebagian siswi di sekolah nya. Gara-gara pacar mereka yang sering menggodanya. Padahal Kinar nya cuek aja sama orang-orang yang menggoda nya.
"Lah lagian kamu kenapa ga cari cowok aja kalau gitu? Itu temen-temen Kakak banyak yang mau ko sama kamu."
"Ngga deh. Belum ada yang bikin Kinar kayak kesetrum gitu. Terus bergetar sampai buat Kinar melayang," ucap Kinar berangan-angan. Namun seketika ucapannya dipatahkan oleh Kakak nya tersebut.
"Pacaran sama tiang listrik aja kalau gitu!! Kan bisa membuat kesetrum lalu bergetar. Setelah itu melayang jadi hantu.. haha."
"Hush.. enak banget itu ngomong!! Kinar kan belum ketemu yang cocok aja. Lagian kan Kinar juga masih sekolah ini. Kinar mau fokus dulu belajar. Kan sebentar lagi Ujian Nasional. Nah kalau udah lulus baru deh Kinar bisa fokus buat cari pacar nya," jawab Kinar sambil senyum-senyum sendiri.
"Yaudah deh iya terserah kamu aja. Kakak cuma pengen yang terbaik aja buat kamu. Kamu kan adik Kakak satu-satunya. Kakak punya tanggung jawab buat jagain kamu," ujar Kevin sambil mengelus rambut adiknya tersebut.
"Ah.. so sweet Kakak aku ini. Jadi tambah sayang banget deh," goda Kinar sambil memeluk Kakak satu-satunya itu.
"Kakak juga sayang banget sama kamu. Yaudah kita makan malam dulu ya. Tadi Bi Warti udah nyiapin makan malamnya," ajak Kevin sambil mengapit lengan adiknya tersebut menuju ruang makan.
****
"Mas Raka gimana ini? Cafe semakin hari semakin sepi Mas," ujar salah seorang pelayan cafe tersebut kepada sang pemilik cafe yang bernama Raka.
"Kita harus memikirkan cara lagi, Gus. Kita harus buat cafe ini rame lagi. Kamu ada saran lagi ngga, Gus?" tanya Raka pada pelayan cafe nya yang bernama Agus itu. Agus adalah salah satu karyawan yang paling lama di cafe Raka. Dulu cafe ini begitu ramai dikunjungi. Tapi tiga bulan terakhir cafe nya berubah menjadi sepi. Mungkin karena mulai banyaknya saingan dimana-mana sekarang ini.
"Belum kefikiran sih Mas. Lagipula kita kan udah mencoba segala macam cara Mas. Nanti kalau saya punya ide baru, saya akan beritahu Mas Raka," jawab Agus bersemangat.
"Yaudah nanti kamu beritahu saya ya, Gus. Saya juga akan mencoba mencari ide yang bagus. Saya ga mau kalau sampai cafe ini tutup, Gus. Kamu tau sendiri kan cafe ini merupakan peninggalan Ayah saya yang udah ga ada. Cafe ini punya banyak kenangan untuk saya, Gus. Saya ga akan biarin cafe ini jatuh begitu saja."
"Saya mengerti, Mas. Yaudah kalau begitu saya lanjut bekerja lagi ya, Mas."
Raka menganggukan kepala nya. "Terima kasih sebelumnya, Gus."
"Ga perlu berterima kasih Mas. Kalau begitu saya permisi Ma," ucap Agus sambil berlalu ke bagian tempat kerjanya.