"Lagi ngapain Gus?" tanya Raka pada karyawan nya yang bernama Agus itu.
"Ini mas, aku lagi chatting. Iseng-iseng gitu. Siapa tau ketemu jodoh disini," jawab Agus sambil tersenyum lebar.
"Mending juga nyari langsung. Kalau nyari lewat online gitu kebanyakan penipuan, Gus."
"Iya itu sih tergantung kita nya Mas. Kita nya mesti pinter-pinter tuh nyarinya. Jangan asal liat foto cewek cantik, langsung kita deketin. Kita harus pastiin dulu itu orang nya apa bukan. Jangan mudah ketipu sama foto. Takut nya dia pake foto orang. Atau lebih parah nya, foto nya dia edit. Jadi pas kita dapat kenalan di online gitu, kita harus ajak dia video call, Mas. Biar ga kena tipu."
"Emang nyari langsung susah ya Gus? Ko mesti ribet-ribet nyari di dunia maya?"
"Ga susah sih Mas sebenarnya. Cuma kalau di dunia maya kita kenal pribadinya dulu. Dengan banyak cerita sama bertukar fikiran sebelum ketemu. Kalau ngerasa cocok ya tinggal lanjut ketemu. Kalau ngga, ya langsung di akhiri aja perkenalannya. Jadi kita ga ngerasa ga enak kalau ga ada kecocokan. Kan ga langsung ketemu orang nya. Beda lagi kalau nyari langsung. Kalau ga ada kecocokan, kadang kita bingung mesti bilang apa ke dia. Suka ga tega gitu kalau ketemu orang nya terus bilang ga cocok." Agus mencoba mengutarakan apa yang ada di pikiran nya pada Raka.
"Ah, aneh aja kamu tuh Gus." Raka tertawa mendengarkan obrolan Agus.
Raka bukanlah tipe orang yang suka mencari jodoh seperti Agus. Bukan karena dia tak bisa mencari jodoh lewat online. Akan tetapi dari dulu sampai sekarang yang Raka tunggu dan Raka harapkan untuk menjadi jodoh nya adalah seorang wanita yang bernama Andini. Andini adalah cinta pertama Raka semasa SMA. Maka dari itu dia tak berniat mencari wanita lain. Padahal dari dulu sampai sekarang perasaan nya tidak pernah dibalas oleh Andini. Namun Raka tak ingin menyerah dengan perasaan nya pada Andini. Karena menurut Raka, cinta pertama itu harus menjadi cinta terakhir nya juga.
"Makanya cobain deh Mas. Seru tau. Kalau Mas ngerasa ga ada kecocokan, kan lumayan bisa nambah temen baru. Lagian kita tuh harus mengenal dunia luar juga Mas. Jangan terlalu berdiam diri. Dan jangan menunggu seseorang yang ga pernah pasti." Ucapan Agus sontak membuat Raka terdiam seketika.
Ada benar nya apa yang dikatakan oleh Agus, batin Raka dalam hati.
"Hmm.. ya udah nanti saya fikirkan. Saya masuk ke dalam dulu ya Gus," ucap Raka sambil menepuk bahu Agus lalu pergi meninggalkan karyawan nya itu.
****
Hari ini adalah hari yang paling menyebalkan untuk kinar. Bayangkan saja saat makan malam, Papa nya membawa seorang wanita yang dia perkenalkan sebagai calon istrinya. Dan itu berarti, wanita tersebut pasti akan menjadi Ibu sambung untuk dia dan Kakaknya.
Kinar benar-benar tak terima jika Papa nya akan menikah lagi. Dia menganggap Papa nya telah mengkhianati cinta Mama nya. Walaupun Mama nya telah berpulang, akan tetapi dia tak mau Papa nya menikah lagi. Dia cuma ingin mempunyai satu Papa dan satu Mama. Kinar tak mau mempunyai Mama lagi. Benar-benar tak mau. Dan disinilah Kinar sekarang, dia berada di dalam kamarnya sambil terus menangis tersedu-sedu.
Kevin yang melihat kekecewaan Kinar, mencoba menyusul Kinar ke kamar nya dan mencoba memberikan pengertian untuk adik nya itu. Tapi pintu kamar Kinar terkunci sampai Kevin terus mengetuk bahkan menggedor pintu kamar adik nya agar dia bisa bicara dengan adik nya itu.
"Kinar buka pintunya. Kakak mau bicara sama kamu. Jangan kayak anak kecil begini. Kasian Papa sudah berumur. Dia ingin di masa tua nya ada yang menjaga dan mengurusnya. Sementara kamu dan Kakak sama-sama sibuk. Ga selalu bisa menjaga dan mengurus Papa." Kevin mencoba menjelaskan pada Kinar
"Gimana kalau ternyata wanita itu ga benar-benar menjaga dan mengurus Papa? Gimana kalau dia cuma pengen menguasai harta Papa aja? Kinar ga mau Papa cuma dimanfaatin Kak. Ga mau!!" teriak Kinar dari dalam kamar.
"Kamu pasti mengenal Papa dengan baik kan? Papa ga mungkin mengambil keputusan itu kalau Papa ga memikirkan nya dengan matang-matang."
"Kinar ga peduli Kak. Pokonya Kinar ga mau Papa sampai menikah lagi. Titik."
"Kinar, jangan bicara seperti itu. Kasian Papa."
"Justru Kinar seperti ini karena kasian dan sayang sama Papa." Kinar tetap tidak mau mengalah dengan pemikirannya.
"Kakak pergi aja sana!! Kinar mau sendiri dulu. Jangan ganggu Kinar."
Kevin pun lantas berjalan kembali ke arah ruang makan menemui Papa dan Tante Sarah.
"Maafin adik saya ya Tante. Maafin Kinar ya Pah. Mungkin saat ini Kinar belum bisa menerimanya."
"Ga apa-apa Vin. Papa juga mengerti. Besok Papa akan bicara lagi dengan Kinar."
"Maafin Tante ya, Vin. Gara-gara kehadiran Tante, suasana makan malam kalian jadi terganggu," ucap Tante Sarah sambil tertunduk lesu. Dia benar-benar sedih melihat penolakan Kinar padanya. Tapi dia akan terus berusaha meyakinkan calon anak sambungnya itu kalau dia benar-benar tulus mencintai Papa mereka.
"Tante ga usah minta maaf. Tante ga salah ko. Kinar nya saja yang memang masih kekanakan. Nanti Kevin dan Papa bakal mencoba bicara lagi sama Kinar. Tante harus sabar ya. Kevin percaya kalau Tante benar-benar tulus mencintai Papa," ucap Kevin menenangkan.
"Terima kasih ya, Vin."
"Ga masalah, Tan. Ya udah kita lanjut makan lagi yu," ajak Kevin pada Papa nya dan Tante Sarah.