"Apa yang mau kamu bicarakan?" tanya Nara yang langsung membuat Raka tersenyum bahagia. Raka lalu bangkit dengan perlahan.
"Na.. Nara. Aku.. aku merindukan kamu, Na," jawab Raka sambil berjalan mendekati Nara. Nara berdecih sebal mendengar jawaban Raka.
"Rindu? Kamu bilang rindu? Hahaha.. omong kosong apa yang kamu bicarakan padaku, Om?"
"Aku benar-benar merindukan kamu, Na. Aku minta maaf karena aku pernah menyakiti kamu. Bahkan aku pernah menyia-nyiakan perasaan kamu buat aku. Aku benar-benar menyesal, Na. Aku baru menyadari perasaan aku sama kamu setelah kamu pergi dari hidupku. Aku mencintai kamu, Na. Maaf karena dulu aku pernah ragu dengan perasaan ini. Tolong beri aku kesempatan."
"Kesempatan?"
"Ya, kesempatan. Kesempatan untuk memperbaiki semuanya, Na. Kita mulai hubungan ini dari awal lagi ya," ujar Raka sambil memegang tangan Nara. Tapi Nara langsung menghempaskan pegangan Raka pada tangan nya tersebut.
"Mulai hubungan dari awal lagi? Memang dulu kita pernah memulai? Bahkan aku sendiri ga tau apa arti aku buat kamu dulu," jawab Nara penuh emosi. Raka tertunduk lesu mendengar jawaban Nara.
"Maaf, Na. Aku sungguh minta maaf. Aku tau aku salah. Aku benar-benar bodoh karena menyia-nyiakan kamu dulu. Aku tau mungkin sangat sulit buat kamu memaafkan aku. Tapi aku mohon, beri aku kesempatan buat menebus semuanya." Raka berucap lirih di depan Nara. Sungguh dia merasa menyesal dengan apa yang terjadi dulu. Seharusnya dulu Raka menerima kehadiran Nara dalam hidupnya. Seharusnya dia bisa lebih membuka hatinya untuk Nara. Tidak terfokus dengan kisah cinta masa lalu nya yang rumit dengan Andini.
"Sudah terlambat, Om. Aku sudah memiliki orang lain dalam hidupku. Seseorang yang jauh lebih baik dan lebih segalanya dari Om. Jadi aku minta mulai detik ini, Om lupain aku. Karena semenjak kejadian itu, perasaan aku sama Om udah hilang."
"Dan asal Om tau, dari semenjak hari itu. AKU MEMBENCI KAMU OM!!" teriak Nara penuh emosi. Seketika Raka tertohok dengan apa yang diucapkan oleh Nara. Sungguh perkataan Nara membuat hatinya terasa sakit.
Dia menatap Nara dengan begitu sendu. Tak lama kemudian terbit sebuah senyuman kecil di bibirnya. "Aku ga peduli, Na. Aku akan tetap berusaha membuat kamu jatuh cinta padaku seperti dulu. Selama janur kuning belum melengkung, aku akan tetap berusaha mendapatkan kamu kembali."
"Terserah.. aku ga peduli," ucap Nara sambil berlalu meninggalkan Raka. Melihat Nara yang berusaha meninggalkannya lagi membuat Raka berlari mengejarnya. Tapi lagi-lagi langkah Raka terhenti saat orang-orang bertubuh besar itu menghalangi lagi langkah nya.
"Jangan ganggu adik gue lagi. Belum cukup lo nyakitin dia hah?" teriak Kevin pada Raka.
"Tapi aku mencintai Nara. Aku benar-benar mencintai nya," sahut Raka yang langsung membuat Kevin tersenyum sinis.
"Cinta lo bilang?? Udah basi tau ga!!"
bughh..
bughh..
Seketika tubuh Raka jatuh tersungkur kembali akibat pukulan yang dilayangkan oleh Kevin. Kevin terus saja memukul Raka dengan brutalnya. Kevin begitu kesal melihat Raka yang begitu keras kepala.
Kevin juga tak habis fikir bagaimana mungkin adik satu-satunya itu bisa jatuh cinta dengan sosok seperti Raka. Cowok cupu dan berkaca mata tebal. Bahkan Nara selalu menolak semua teman Kevin yang mendekatinya. Padahal teman-teman kevin jauh lebih baik daripada Raka.
"Berhenti Kak!! Anak orang bisa mati ditangan kamu!! Lebih baik kita pulang sekarang. Papa pasti sudah menunggu untuk makan malam bersama." Ucapan Nara lantas membuat Kevin berhenti memukuli Raka. Mendengar suara Nara membuat Raka mendongkakkan wajahnya memandang Nara. Sekilas Nara bisa melihat tatapan sendu dan sedih dimata Raka. Tapi Nara sama sekali tak mau peduli lagi dengan Raka. Dia sudah terlanjur membenci Raka.
Nara segera berbalik pergi meninggalkan Raka diikuti oleh Kevin dan para pengawalnya. Tapi saat Nara hendak mencapai pintu mobil nya, tubuh Nara membeku mendengar lirihan suara Raka.
"Aku mencintai kamu, Na. Aku benar-benar mencintai kamu. Tolong kasih aku kesempatan buat membuktikan perasaan aku sama kamu," ujar Raka menahan sedih nya.
Nara meremas ujung bajunya ketika mendengar perkataan Raka. Sudut matanya terasa begitu panas menahan laju air mata yang sebentar lagi akan terjatuh.
Dan tanpa Nara sadari, nama Raka masih bertahta di lubuk hati terdalam nya.