Hari itu terasa begitu cepat berlalu, dan seperti apa yang Jeonsu katakan pada Seojin pagi tadi, dirinya akan pergi bersama Soomin sang Istri ke Ibukota Seoul. Mereka akan melakukan perjalanan untuk melakukan liburan sekaligus perjalanan bisnis ke sana, Soomin memiliki rencana untuk membuka cabang usaha milik Jeonsu di sana.
Dan mereka berencana pergi sore itu, di mana Soomin datang mengendarai sebuah mobil yang memiliki seat 4 berwarna oren, mobil kecil itu adalah hasil usaha dari Jeonsu membuka café ini, dan hal tersebut bisa menjadi sebuah kebanggaan tersendiri untuk Keluarga sederhana seperti Jeonsu dan Soomin.
Klang! “Oh hai, Yeobo!” Jeonsu berteriak sehingga hampir seluruh pengunjung café yang datang menoleh ke arahnya.
*Yeobo adalah panggilan ‘sayang’ untuk orang yang telah berstatus suami istri.“Ish!” Soomin terlihat tidak suka dengan cara sang suami memanggilnya seperti itu, ia pun menggeram seraya berjalan menghampiri kasir tempat di mana sang suami berada dengan menebar senyuman manisnya.
“Biasakah kau tidak sekencang itu memanggilku?” Protes Soomin yang sudah berada di hadapan Jeonsu, Seojin yang sedari tadi ada di samping Jeonsu pun hanya bisa tersenyum menertawakan bagaimana konflik yang terjadi di antara suami istri itu.
“Kenapa? Kamu malu aku panggi seperti itu? Kalau begitu mau ku panggil Anae?” Tanya Jeonsu yang berusaha menggoda sang Istri sehingga ia mendapatkan sebuah pukulan pelan di lengan kanannya seraya tertawa renyah.
Soomin yang sebal pun menmanyunkan mulutnya, ia pun menoleh dan mendapati Seojin yang duduk di samping kiri dari suaminya yang sekarang sedang menertawakan mereka. “Seojin-a, apakah kau sudah makan? Ayo kita makan bersama!” Ajak Soomin secara tiba-tiba pada Seojin yang kemudian terdiam dan terkejut mendengar ajakan tersebut, ia pun melirik pada Jeonsu yang mengangguk setuju.
“Tapi, siapa yang menjaga café? Banyak sekali orang hari ini, dan sayang jika kita harus menutupnya!” Ungkap Seojin yang menoleh ke arah para pengunjung café yang sedang menikmati makanan yang mereka pesan.
“Biarkan saja mereka Jeonsu yang menjaganya!” Ucap Soomin membuat Seojin mengerenyitkan dahinya. Ia kemudian melirik pada Jeonsu yang mengangkat bahunya tanda ia tidak mengerti dengan apa yang di maksud oleh sang Istri.
“Noona tidak akan pergi dengan Jeonsu Hyung?” Tanya Seojin pada Soomin yang berdiri melipat kedua tangan ke depan seraya menatap padanya dengan tersenyum.
*Noona adalah panggilan untuk Kakak wanita dari adik laki-laki.“Aku kan mengajakmu bukan Jeonsu Oppa! Ayo, biarkan saja dia! Aku akan bersamanya selama satu minggu kedepan, jadi lebih baik untukku tidak menghabiskan waktu dengannya sekarang! Aku ingin mengajakmu makan saja, ayo! Let’s go, go!” Ucap Soomin yang langsung berjalan ke arah luar tanpa ingin mendengarkan alasan ataupun penolakan lainnya, Seojin pun menoleh pada Jeonsu untuk menanyakan apakah dirinya di perbolehkan oleh atasannya tersebut.
“Pergilah!” Ucap Jeonsu memberikan izin pada Seojin yang akhirnya membuat lelaki yang duduk di kelas satu sekolah menengah atas itu berdiri dan segera mengambil coat miliknya kemudian berlari mengejar Soomin yang sudah masuk ke dalam mobilnya.
Soomin melajukan mobilnya dengan tidak terlalu kencang karena mereka berniat untuk makan di tempat terdekat, yaitu kedai ramyeon yang berada di pinggir jalan samping Jeongdo chodeunghakyo, yaitu sekolah dasar yang berada di wilayah Cheongdo utara.
Seojin turun dari dalam mobil, setelah mobil tersebut di matikan oleh Soomin. Sore itu begitu cerah sehingga langit terlihat orange, Seojin menunggui Soomin yang baru saja keluar dari dalam mobilnya dan berjalan bersama masuk ke dalam kedai itu. Mereka memesan dua porsi ramyeon dan menunggunya di salah satu meja yang berada di dekat kaca, sehingga mereka dapat menikmati langit sore itu dengan tentram.
“Ada apa Noona membawaku kemari? Aku yakin Noona ingin menceritakan atau memberitahuku sesuatu tanpa Jeonsu Hyung tahu, ya kan?” Tebak Seojin yang sangat mengerti bagaimana sifat dari Istri Jeonsu tersebut. Soomin yang ketahuan basah pun hanya tertawa dan memukul pelan bahu lelaki yang sudah ia anggap sebagai adik kandungnya itu. Kemudian ia meminum lemon squash yang ia pesan itu dengan perlahan, Seojin yang merasa menang itu hanya terdiam di hadapannya dengan sebuah senyuman di wajahnya, tersenyum menunggu penjelasan yang akan Soomin berikan padanya.
“Jangan katakan ini pada Jeonsu! Janji!” Ucap Soomin pada Seojin setelah ia meminum hampir setengah dari gelas miliknya tersebut. Seojin hanya bisa mengangguk-anggukkan kepalanya, karena pada dasarnya ia tidak pernah menceritakan apapun yang Soomin ceritakan padanya mengenai Jeonsu. Seojin merasa jika Soomin mempercayai dirinya untuk menyimpan semua rahasia mengenai sang suamin maka, Seojin tidak akan berani untuk menceritakannya lagi pada Jeonsu karena ia tidak mau merusak pernikahan keduanya yang sudah dia anggap sebagai keluarga.
“Aku…” Soomin terdiam, menjeda ucapannya saat Ajumma penjual ramyeon mengantarkan pesanan mereka dan menaruh dua mangkuk itu ke atas meja mereka.
“Kamsahamnida!” Ucap Soomin pada Ajumma tersebut kemudian, mereka pun mengaduk ramyeon tersebut agar bumbunya menyatu dengan mie.
*Ajumma adalah panggilan untuk ibu-ibu yang berjualan atau panggilan untuk bibi di dalam keluarga.
*Kamsahamnida adalah ucapan terimakasih dalam bahasa korea. Di gunakan saat Formal atau di tujukan pada orang yang lebih tua. Seojin kembali menatap pada Soomin yang sepertinya lupa untuk menjelaskan padanya perihal mengapa ia membawa Seojin kemari dan justru sibuk menyantap ramyeon miliknya. “Noona?” Panggil Seojin mencoba mengingatkan Istri dari atasannya tersebut. Soomin menatap pada Seojin kemudian ia tersenyum dan hampir tersedak karena mengingat jika dirinya sebelumnya akan memberitahu Seojin mengenai suatu hal.
“Oh, aku hampir lupa! Mian Seojin-a!” Ucap Soomin mengambil minum dan meneguknya dengan pelan.
Seojin hanya tersenyum melihat wanita yang lebih tua darinya itu, “Oke, pelan-pelan saja Noona!” Ucap Seojin yang menyikapi hal itu dengan santai, seolah dirinya sudah biasa dengan sifat Soomin yang seperti itu.
“Oke… Sebenarnya aku sedang mengandung!” Ucapan yang di ucapkan oleh Soomin itu sukses membuat Seojin tersedak, ia pun menatap pada wanita di hadapannya ini dengan tidak percaya. “Aku sengaja mengajak lelaki tua itu ke Seoul untuk memberitahukannya di jalan.” Lanjutnya lagi, menjelaskan bahwa dirinya akan memberikan kejutan saat mereka berada di perjalanan ke seoul.
Seojin tersenyum senang, mengetahui bahwa dirinya akan segera memiliki seorang keponakan. “Jadi Noona berencana membuat liburan untuk merayakan kehamilanmu?” Pertanyaan tersebut tidak tepat tetapi pas dengan apa yang Soomin rencanakan. Soomin hanya mengangkat kedua bahunya dan kembali memakan ramyeon miliknya, mengabaikan Seojin yang terdiam mengedip-ngedipkan matanya menunggu Soomin.
“Noona?” Tegur Seojin saat ia mengetahui sang Noona sengaja mengabaikan dirinya.
“Iya… Iya… Aku merencanakan itu semua, jadi tolong pegang café untuk satu minggu ini. Butagteuleowo!” Soomin pun akhirnya mengaku dan meminta agar Seojin mau memegang café mereka selama satu minggu, meski Seojin tahu Jeonsu akan tetap menyuruhnya untuk lebih mendahulukan sekolah dari pada menjaga café. Ia hanya mengangguk pada Soomin yang menangkupkan kedua tangannya ke depan.
* Butagteuleowo adalah kata permohonan pada seseorang yang ingin di mintai tolong.
To be continued