Setelah selesai menyantap satu porsi ramyeon dan minuman bersoda yang ia pesan, akhirnya Soomin kembali membawanya ke café milik sang suami yang terlihat semakin penuh. Jeonsu memang memiliki pekerja lain selain Seojin, tetapi mereka adalah mahasiswa universitas yang akan datang saat sore hari karena jadwal mereka yang padat. Sedangkan Seojin satu-satunya siswa sekolah menengah atas yang bekerja di café ini, yang akan datang sesuka hatinya. Seojin terkadang datang siang hari saat dirinya memilih untuk bolos dari sekolah, atau datang di sore hari saat ia terpaksa untuk sekolah.
“Ah, kalian sudah datang?” Sambut Jeonsu yang sedang menaruh pesanan ke atas meja pelanggan, kemudian ia menghampiri Soomin dan melepaskan apron miliknya. Memberikan apron itu dan nampan yang ada di tangannya kepada Seojin.
“Eh… Hyung apa ini?” Tanya Seojin yang mendapatkan apron dan nampan tersebut, ia menatap pada Jeonsu yang merapikan dirinya sendiri kemudian mengeluarkan kacamata hitam dari dalam jaket yang sudah ia kenakan itu.
“Aku akan langsung berangkat berama Soomin menuju Seoul sekarang!” Jawab Jeonsu, Seojin terkejut mendengar itu dan menoleh pada Soomin yang mengangguk membenarkannya.
“Tunggu dulu! Lalu café bagaimana Hyung?” Tanya Seojin yang belum siap di berikan tanggung jawab sebesar itu oleh Jeonsu untuk menjaga cafenya selama seminggu ini.
Jeonsu menepuk-nepuk pelan bahu Seojin yang terlihat kebingungan itu, “Tenanglah adikku, Haemin dan Jihoon libur selama satu minggu ini jadi mereka bisa membuka café dari pagi. Tetapi aku akan tetap menitipkan semuanya padamu meski mereka yang membuka café! Datanglah sore hari setelah kau pulang sekolah, dan jangan mencoba-coba untuk bolos!” Seperti apa yang Seojin duga sebelumnya, Jeonsu akan menyuruhnya untuk tetap bersekolah meski Jeonsu menitipkan café itu padanya.
“Oke, Arraseo.” Jawab Seojin pada Jeonsu yang mengancamnya dengan menunjuk-nunjuk. Sementara Soomin hanya tersenyum berdiri di samping sang suami yang sedang memberikan pesan pada Seojin.
*Arraseo adalah jawaban atau pertanyaan ketika seseorang mengkonfirmasi sesuatu seperti baiklah dan iya saya faham/mengerti.“Oke, Kkaja Yeobo!” Setelah mendengar jawaban dari Seojin, Jeonsu pun segera mengajak sang Istri untuk masuk ke dalam mobil. Ia berlari ke arah pintu penumpang dan membukakannya untuk Soomin. Setelah nya barulah dia berlari ke arah kursi kemudi untuk membawa mobil tersebut.
*Kkaja Adalah kata ajakan kepada seseorang, ‘Ayo!’.Soomin membuka jendela mobilnya dan melambaikan tangan pada Seojin yang masih berdiri di tempatnya dan berjalan perlahan mendekati mobil itu. “Jaga dirimu baik-baik!” Ucap Soomin padanya. Seojin mengangguk dan tersenyum pada wanita itu.
“Tenanglah Noona, aku bisa menjaga diriku.” Jawab Seojin.
“Bye berandal!” Ujar Jeonsu padanya, yang kemudian mendapatkan pukulan dari sang Istri. Seojin hanya tersenyum melihat bagaimana perkelahian kecil itu terjadi meski mereka sudah berada di dalam mobil. Mobil tersebut pun melaju, dan klakson menjadi tanda bahwa Jeonsu dan Soomin berpamitan pada Seojin dan karyawan café yang lainnya.
Seojin terdiam melihati mobil itu sampai di mana ia tidak bisa melihatnya lagi, barulah ia berbalik untuk kembali bekerja bersama dua Hyung nya yang sudah berada di dalam café dan sibuk melayani para pelanggan.
Ini adalah jam café itu tutup, Seojin yang memang di beri tugas oleh Jeonsu untuk mencatatat pemasukan harian pun sibuk menghitung uang di kasir, sedangkah dua pegawai lainnya membereskan café yang sebentar lagi di tutup itu. “Hyung, kalian libur minggu ini?” Tanya Seojin mengkonfirmasi apakah benar keduanya libur selama satu minggu ini seperti apa yang Jeonsu katakan padanya tadi.
Haemin yang sedang menutup satu per satu jendela pun menjawab pertanyaan itu, “Ya, universitas di liburkan karena ada beberapa hal yang sepertinya akan di adakan oleh para senat.” Jawabnya seraya berjalan menuju jendela yang lainnya.
“Mengadakan apa?” Tanya Seojin yang penasaran sambil tetap menghitung uang-uang itu dan menyamakannya dengan bon-bon yang ada di dalam laci.
Jihoon keluar dari dalam kamar mandi, membawa perlengkapan pel dan menaruh ember itu ke atas lantai. “Entahlah, untuk apa kita mengetahui itu?!” Jawab Jihoon yang juga mendengarkan percakapan antara keduanya. Lelaki itu mulai membersihkan lantai café di mulai dari laintai depan kemudian mundur ke belakang.
Seojin hanya bisa mengangguk-angguk dan kembali menutup mesin kasir setelah ia selesai menghitung semua dan menyamakan jumlahnya. Ia mendongak menatap kedua Hyung nya yang masih sibuk membereskan café, kemudian ia berjalan ke arah dapur dan melihat beberapa peralatan yang masih kotor.
“Ish…” Gumamnya yang kemudian mengambil sarung tangan pencuci piring, dan mulai mencuci seluruh piring-piring serta peralatan yang kotor itu.
Saat Seojin sibuk dengan piring-piring kotor itu, Haemin datang ke dapur dan menaruh kembali lap kain yang tadi ia gunakan untuk membersihkan meja. Lelaki itu menatap pada Seojin yang sibuk dengan piring kotor, kemudian ia menghampirinya dan membantunya menyusun piring-piring itu.
“Kapan kau mulai bersekolah? Jeonsu Hyung memberitahuku bahwa kau di skors selama tiga hari?” Tanya Haemin pada Seojin. Pegawai Jeonsu yang satu itu memang memiliki sifat yang sebelas dua belas dengan pemilik café, namun bedanya Haemin tidak terlalu keras seperti Jeonsu pada Seojin. Haemin hanya akan bertanya dan memberitahu apa yang sebaiknya Seojin lakukan tanpa ada kata ‘Harus’ dalam ucapannya. Dengan kata lain Haemin akan memberi saran, dan jika Seojin tidak ingin melakukannya maka itu terserah pada Seojin.
Seojin menoleh pada Haemin yang membantunya itu, “Besok! Hah… Sebenarnya aku tidak ingin ke sekolah Hyung.” Seojin menjawab dan menghela napasnya dengan berat saat ia mengatakan keinginannya untuk tidak bersekolah dulu. Haemin hanya terdiam dan tidak menimpali ucapan tersebut, itulah Haemin… Dia tidak akan mengatakan apapun ketika ada orang lain mengeluh di sampingnya.
Seojin pun ikut terdiam saat Hyung di sampingnya itu tidak mengatakan apapun, hingga mereka selesai mencuci dan membereskan seluruh piring itu, keduanya tidak kembali berbicara. “Hyung!” Panggil Seojin pada Haemin yang kini mengelap peralatan kompor.
“Ya?” Tanyanya tidak mendongak ataupun melirik pada Seojin.
“Aku titipkan kuncinya padamu dan Jihoon hyung, karena besok aku akan pergi ke sekolah.” Haemin tersenyum dan mengangguk saat akhirnya Seojin memutuskan untuk pergi bersekolah dan memberikan kunci café kepada Haemin.
“Kau akan mulai sekolah besok?” Tanya Jihoon yang masuk ke dapur dan menaruh apron nya yang sudah ia lipat ke atas meja. Ia pun duduk di atas meja itu dan menatap pada Seojin yang mengangguk pelan, menyerah karena dirinya tahu kedua Hyung nya itu akan mendiamkannya jika dirinya memilih untuk bolos dari sekolah.
“Baguslah, fokus pada sekolahmu dan kemarilah saat kau sudah menyelesaikan kegiatan sekolahmu!” Ucap Jihoon sambil melipat kedua tangannya ke depan, kemudian ia menoleh pada Haemin yang sudah selesai dengan kegiatannya membereskan meja.
“Ayo kita makan!” Ajak Jihoon pada keduanya. Haemin mengangguk dan menoleh pada Seojin, menunggu jawaban dari satu-satunya pegawai termuda di antara mereka. Seojin mengangguk menyetujui, hal yang jarang untuknya makan bersama kedua Hyung yang bekerja di tempat yang sama dengannya itu.
Ketiga lelaki itu pun bergegas keluar dari café tersebut, mengunci pintunya dan berjalan bersama menuju sebuah kedai yang dapat mereka kunjungi untuk menyantap beberapa cemilan malam.
To be continued