Malam Akrab

1161 Kata
Seojin berjalan keluar dari dapur, menemui ketiga temannya yang sedang berbincang-bincang mengenai rencana mereka untuk berangkat besok pagi dari rumah Seojin. “Hyung! Hyung! Apakah di apartemen mu ada kompor?” Tanya Sam pada Seojin yang berjalan menghampiri mereka. Seojin terlihat bingung saat dirinya mendapatkan pertanyaan itu, kemudian menatap pada Yeongju. “Untuk apa?” Tanyanya pada teman yang satu-satunya ia anggap masih waras itu. “Mereka membicarakan menu untuk sarapan pagi nanti, dan mereka berencana untuk memasak sesuatu.” Jelas Yeongju yang selalu mendengarkan pembicaraan keduanya meskipun ia tidak ikut andil dalam mengeluarkan suara dan membuat keputusan dalam rencana itu. Seojin duduk di samping Sam dan menjawab, “Beli saja roti di supermarket! Karena kita harus berangkat sangat pagi agar tidak terlambat ke sekolah.” Ucap Seojin seraya menyimpan kotak makanan tersebut ke atas meja. Eunjoon menyipitkan matanya saat ia melihat kotak dengan kain berbunga-bunga tersebut. “Apa ini? Kau mendapatkan kiriman dari seorang Yeoja?” Tanya Eunjoon pada Seojin yang duduk di hadapannya. Seojin menatap pada kotak tersebut yang pasti menjadi satu-satunya alasan mengapa Eunjoon bertanya seperti itu padanya. *YeojaAdalah arti dari kata sebutan untuk perempuan. “Tidak, Eommonim memberikan ini untukku!” Jawab Seojin, yang membuat Yeongju, Eunjoon dan Sam terdiam. Ketiganya telah mengetahui bahwa Ibu dari Seojin, tidak bukan hanya Ibu melainkan seluruh keluarga Seojin telah meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil. Jadi saat mereka mendengar jawaban tersebut, ketiganya terdiam kebingungan. Seojin yang menyadarinya pun segera meralat dan menjelaskan ucapannya, “Eommonim adalah seorang Ajumma yang datang kemari sebagai pelanggan, dia memintaku memanggilnya Eomma karena dia mengatakan aku mengingatkannya pada anaknya yang bersekolah di seoul, dan sudah lama ia tidak pulang kemari.” Jelas Seojin seraya tersenyum simpul sambil tetap menatapi kotak di hadapannya tersebut. Yeongju, Eunjoon dan Sam saling bertukar pandangan dan akhirnya kembali menatap pada Seojin yang masih terdiam melihati kotak itu. “Apa dia baik, hyung?” Tanya Sam dengan sangat hati-hati karena ia takut jika pertanyaannya menyinggung perasaan Seojin atau terlalu kasar. Seojin menoleh pada anak yang duduk di samping kirinya itu, “Yap… Ku rasa dia adalah orang yang baik! Bahkan kemarin dia memberikanku uang jajan meski tidak seberapa… Hahaha, dia mengingatkanku pada Eomma!” Jawab Seojin yang kemudian terdiam saat dirinya menyebutkan Eomma dalam ucapannya. Suasana di meja tersebut berubah menjadi senyap, ketiga lelaki yang ada di samping Seojin itu terdiam kebingungan harus membahas apa ketika suasananya sudah terlanjur menjadi canggung itu. “Pesanan kalian!” Untunglah di saat itu Haemin datang mengantarkan pesanan mereka. Saat yang benar-benar tepat dan menyelamatkan suasana itu. Lelaki dengan rambut sebahu yang di ikat ke belakang itu menaruh kaleng-kaleng soda di hadapan mereka dan menaruh mangkuk-mangkuk ramyeon yang masih panas tersebut. “Dan ini mandunya! Ujar Haemin menaruh semangkuk mandu di tengah-tengah meja. Seojin mengerenyitkan dahinya saat ia melihat makanan yang tidak mereka pesan itu ikut di sajikan di atas meja, ia pun menoleh pada Haemin yang tersenyum ramah. “Jamkkanman! Hyung, kami tidak memesan mandu!” Ujar Seojin pada Haemin yang akan kembali ke meja kasir itu. Haemin menoleh dan melihat mandu yang ada di atas meja mereka tersebut, seluruh teman-teman Seojin pun ikut menatap padanya. “Jeonsu hyung bilang berikan saja itu pada teman-temanmu!” Jawab Haemin yang kembali berjalan ke meja kasirnya. *Mandu Adalah nama sebuah masakan sejenis pangsit yang dibuat dengan adonan tepung dan berisikan daging yang telah di beri bumbu. * JamkkanmanAdalah arti ungkapan dari kata ‘Tunggu sebentar!’ jika intonasinya sedikit mendayu maka artinya akan menjadi ‘Bentar ya!’ “Ya! Hyung, kalian memberitahu Jeonsu hyung jika aku datang bersama teman-temanku?” Tanya Seojin dengan tidak percaya pada Haemin yang tersenyum di kursinya. Ia sedang melayani salah satu pelanggan yang hendak membayar tagihannya. Seojin tetap menunggu hingga pelanggan itu selesai dan menatap pada Haemin, “Ya… Dan Jeonsu hyung mengatakan ia menggratiskan semua pesanan temanmu!” Jawaban yang Haemin berikan itu terdengar di telinga Yeongju, Eunjoon, dan Sam. Ketiganya pun tersenyum dan mengatakan ‘Yes!’ Sebagai tanda kebahagiaan mereka, berbeda dengan Seojin yang terlihat kesal.  “Seojin-a ayo di makan, sebelum dingin!” Ucap Eunjoon seraya mengaduk-aduk ramyeon miliknya. Seojin mendesah keras dan menoleh menatap ketiga temannya yang sudah akan menyantap ramyeon gratis itu. “Makanlah yang banyak!” Ucap Haemin dari meja kasirnya, Jihoon yang keluar dari dalam dapur pun tersenyum saat melihat mereka. “Jalmeokgessseumnida!” Ucap ketiganya, yang kemudian melahap ramyeon tersebut dengan nikmat. Sementara Seojin memperhatikan ketiganya terlebih dahulu, kemudian dirinya mengambil sumpit dan mulai memakan ramyeon buatan Jihoon. * JalmeokgessseumnidaAdalah bentuk formal dari ucapan selamat makan dalam bahasa korea, yang memiliki arti ‘saya akan menikmatinya.’ “Eummm… Ini enak sekali!” Ucap Sam yang memakan ramyeon itu hingga hampir setengahnya yang tersisa, anak itu makan lebih cepat di bandingkan hyung-hyungnya yang lain. Tetapi ketiga hyungnya itu tidak pernah mempermasalahkan hal tersebut karena Sam masih berumur lebih muda di antara ketiganya.   Setelah mereka menghabiskan makanan itu, ketiganya menunggui bahkan membantu Haemin dan Jihoon membereskan café milik Jeonsu saat Seojin memeriksa keuangan. Haemin dan Eunjoon membersihkan kaca, sementara Yeongju dan Sam mengatakan mereka akan mengepel lantai, sehingga Jihoon memilih untuk mencuci piring di dapur. “Seojin-a, apakah tidak apa-apa jika kau harus pulang pergi setiap hari dari sekolahmu, kemari?” Tanya Haemin seraya mengelap kaca dalam, ia menoleh sebentar pada Seojin yang fokus menyamakan pemasukan café hari itu. “Ne hyung, gwaenchana! Aku tetap akan seperti itu selama satu minggu, dan aku baik-baik saja dengan hal tersebut!” Jawab Seojin pada Haemin yang menggelengkan kepalanya tidak percaya jika si pekerja paling muda di antara mereka itu memiliki semangat yang tinggi. *Ne Adalah ungkapan yang memiliki arti ‘Iya.’ *Gwaenchana Adalah ungkapan untuk mengatakan ‘Tidak apa-apa’ atau ‘Tidak perlu’ yang dapat berfungsi sebagai jawaban atau pertanyaan.   “Jangan sampai kau sakit karena kau memaksakan dirimu Seojin-a!” Ujar Jihoon yang telah selesai membersihkan piring-piring tersebut. Seojin menoleh dan menatap pada Jihoon yang tersenyum padanya, “Kau sudah selesai hyung? Cepat sekali!” Ucap Seojin seakan tidak percaya jika Jihoon telah menyelesaikan pekerjaannya mencuci piring. “Aku telah selesai ya! Sudah cepat selesaikan tugasmu dan pulanglah! Lihat kau menyuruh teman-temanmu untuk membersihkan café ini!” Titah Jihoon dan menunjuk teman-teman Seojin yang sibuk merapihkan café Jeonsu. Seojin terkekeh pelan, “Aku tidak meminta mereka melakukannya hyung, mereka saja yang memang tidak memiliki pekerjaan!” Ucap Seojin membalas ucapan Jihoon. “Kami melakukan ini karena mau, Seojin-ssi! Bukan karena kami tidak memiliki pekerjaan!” Bela Eunjoon yang sudah berada di dalam café dan membantu Haemin mengelap meja-meja saat ini. Seojin mengangguk-angguk membenarkan hal tersebut, dan menatap pada Jihoon yang melipat kedua tangannya di depan. “Lihat hyung… Mereka melakukannya dengan senang hati, sehingga kita tidak perlu merasa canggung! Jika seperti ini aku akan membawa mereka setiap hari kemari dan membiarkan mereka membersikan semua ini!” Ucap Seojin melayangkan sebuah candaan pada ketiga temannya yang otomatis mengeluarkan umpatan kecil tersebut.  To be continued
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN