Beginilah mereka pada akhinya… Setelah pulang dari sekolah, mereka berempat termasuk Yeongju yang mau tidak mau harus ikut itu berjalan selama dua puluh empat menit untuk dapat pulang ke rumah Seojin. Dan selama perjalanan itu Baik Sam maupun Eunjoon membicarakan banyak hal, mengenai ini dan itu.
Seojin dan Yeongju yang memang tripikal lelaki pendiam itu hanya mendengarkan saja ucapan kedua temannya itu tanpa mengucapkan sepatah katapun. Sehingga Eunjoon yang menyadari hal tersebut menoleh pada keduanya yang berjalan di belakang mereka. “Kenapa kalian berdua diam sekali? Bicaralah meski itu hanya beberapa kata!” Ujar Eunjoon yang masih menoleh ke arah kedua temannya itu.
Seojin dan Yeongju yang menatap pada Eunjoon pun menyadari adanya sebuah pohon di hadapan lelaki yang saat ini wajahnya menghadap ke arah mereka berdua. “Hati-hati dengan apa yang ada di depanmu!” Ucap Seojin yang memberi peringatan pada Eunjoon.
Lelaki itu pun berbalik dan hampir saja menabrak pohon di hadapannya jika temannya Yeongju itu tidak menarik punggung kemejanya, menyelamatkan dirinya yang akan menabrak pohon besar itu. “Aish!” Umpat Eunjoon.
Seojin dan Yeongju meneruskan langkah mereka seraya tertawa kecil menertawakan Eunjoon yang masih terdiam menatap pohon di hadapannya dengan sebal, sementara Sam hanya berdiri di samping Eunjoon dengan tawa yang ia tahan.
Eunjoon pun menoleh, menatap pada Sam dengan cukup tajam. “Mengapa kau tidak memberitahu ku?” Protes Eunjoon pada Sam yang tidak memiliki salah apapun.
Sam yang mendapatkan semprotan amarah dari Eunjoon pun dengan cepat memberikan pembelaan pada dirinya sendiri, “Karena Seojin hyung sudah memberitahumu dari awal! Mana ku tahu jika akan ada pohon ini, Hyung!” Ujar Sam yang kemudian berjalan menyusul kedua hyungnya dan meninggalkan Eunjoon sendirian. Anak manja itu pun akhirnya berjalan seraya menggerutu menyusul teman-temannya yang terlihat bergembira melihatnya seperti itu.
Setelah lebih dari satu setengah jam keempatnya menghabiskan waktu di jalan, mereka pun akhirnya sampai di wilayah di mana Seojin tinggal. Berjalan menelusuri jalanan yang lumayan sepi untuk sampai ke café yang masih buka karena memiliki beberapa pelanggan di dalamnya.
Ketiga teman Seojin terlihat terpana saat mereka melihat bagaimana bentuk café milik Jeonsu hyung yang sangat rapi dan bersih, jauh dari dugaan mereka saat ini. Seojin pun mendahului mereka untuk masuk ke dalam café, Klang! “Annyeonghaseyo!” Haemin yang duduk di kursi kasir itu mendongak, memberikan sapaan pada orang yang ia kira pelanggan tersebut. Kemudian ia tersenyum saat melihat orang yang datang adalah Seojin.
“Kau sudah pulang?” Tanyanya yang kemudian berdiri dari kursinya untuk memberikan salah satu apron pada Seojin.
“Aku datang bersama teman-temanku, hyung… Mereka mengatakan jika mereka ingin mencoba makanan di sini!” Ucap Seojin yang menerima apron tersebut. Saat mendengar ucapan itu, Haemin pun segera merebut apron yang ia berikan tadi sehingga Seojin terkejut.
“Kau duduklah bersama mereka, dan jangan bekerja! Carilah tempat yang ingin kalian tempati!” Ucap Haemin yang kemudian kembali berjalan ke arah kasir dan mengambil buku menu.
Seojin yang mendengar ucapan tersebut pun menyusul Haemin dan berbisik pada hyungnya tersebut, “Hyung! Aku akan tetap bekerja, tidak mungkin jika aku tidak melakukan apa-apa!” Ucap Seojin.
Haemin menggelengkan kepalanya, “Tidak, tidak! Mana mungkin kau meninggalkan teman-temanmu dan bekerja? Lagi pula tidak ada pelanggan baru, jadi lebih baik kau temani mereka!” Ucap Haemin, mendorong Seojin agar menjauh dari meja kasir.
Yeongju, Eunjoon dan Sam pun berdiri di tengah café, menunggu tempat mana yang bisa mereka tempati. “Silahkan duduk! Silahkan duduk!” Ucap Haemin pada ketiganya. Seojin pun akhirnya menyerah dengan kegigihan Haemin yang menyuruhnya untuk menemani ketiga temannya itu. Hingga akhirnya ia pun duduk di samping Sam, berhadapan dengan Eunjoon.
“Apa yang ingin kalian pesan?” Tanya Seojin pada ketiga temannya itu, sementara Haemin berdiri di sisi meja untuk mencatat pesanan mereka semua.
“Ramyeon!” Ucap Sam dengan keras, membuat Haemin sedikit terkejut dan kemudian mencatat pesanana anak itu. Eunjoon yang ada di samping Yeongju pun mengangguk dan menutup buku menu yang ada di tangannya.
“Aku juga!” Ucapnya.
“Aku pun!” Yeongju pun mengatakan hal yang sama, sehingga ketiga teman Seojin tersebut sama-sama memesan ramyeon. Haemin mencatatnya menjadi tiga dan menoleh pada Seojin yang masih terdiam.
“Apa yang akan kau pesan?” Tanya Haemin pada Seojin. Anak itu menggelengkan kepalanya dan mengatakan bahwa dia tidak akan memesan, tetapi Sam yang ada di sampingnya segera memesankan satu mangkuk ramyeon lagi untuk Seojin.
“Jadikan itu empat mangkuk hyung, dan tolong sodanya untuk kami semua!” Ucap Sam yang memesankan minuman untuk mereka. Haemin pun mengangguk dan akhirnya mengambil kembali buku menu tersebut, kemudian ia memukul bahu Seojin dengan pelan.
“Pergilah ke dapur, ada sesuatu yang ingin ku bicarakan!” Ucap Haemin yang berjalan menjauh dari meja tersebut. Seojin pun dengan malas berdiri dan berjalan menyusul Haemin yang masuk ke dapur café tersebut.
Saat Seojin masuk ke dapur, ia melihat Jihoon yang sedang duduk menonton sebuah movie di handphonenya. “Oh, kau datang?” Tanya Jihoon yang kemudian menyimpan handphone tersebut dan berjalan menghampiri Haemin yang memberikan sebuah kertas pesanan.
“Empat ramyeon untuk teman-temannya, dan dia tidak akan bekerja dulu untuk saat ini.” Ucap Haemin yang langsung di balas sebuah anggukan oleh Jihoon. Lelaki itu segera mengambil bahan-bahan untuk membuat ramyeon yang di pesan.
Haemin kemudian berjalan mengambil sebuah kotak yang di bungkus oleh kain, dan memberikannya pada Seojin. Membuat lelaki berseragam SMA itu kebigungan saat menerimanya, “Apa ini hyung?” Tanya Seojin pada Haemin seraya melihat apa yang ada di balik kain pembungkus bermotif bunga tersebut.
“Tadi ada seorang pelanggan yang menitipkan itu untukmu, dan ku kira dia cukup mengenalmu karena dia menyebut namamu dengan akrab?” Tanya Haemin yang merasa tidak mengenal orang yang menitipkan bungkusan itu padanya.
Seojin terdiam, berusaha mengingat siapa pelanggan yang pernah menanyai namanya, dan ia pun mengingat seorang wanita tua yang memintanya memanggil dirinya dengan sebuan Eomma dua hari yang lalu. Saat mengetahui bungkusan itu berasal darinya, Seojin pun membukanya dengan cepat. Mendapati sebuah kotak yang berisikan masakan rumah dan sepucuk surat.
“Aigoo… Kau mendapatkan fans dari kalangan ibu-ibu tua, Seojin-a!” Ujar Jihoon yang berniat memberikan sebuah olokan pada Seojin. Tetapi Seojin hanya tersenyum menimpalinya, membuat Jihoon mengerenyitkan dahi kebingungan.
*Aigoo Adalah arti dari kata ya ampun!, ya Tuhan!, Astaga! Yang di gunakan dalam percakapan sehari-hari dan ungkapan ini biasa digunakan saat mengeluh, merasakan bagian tubuh yang sakit, panik, kaget dan lain sebagainya.“Ya! Jangan berkata seperti itu! Siapa dia Seojin-a?” Tanya Haemin yang sempat menegur candaan Jihoon. Seojin memasukan surat itu ke dalam tasnya dan kembali membungkus kotak makanan tersebut, kemudian berjalan ke arah luar.
“Seorang pelanggan yang sepertinya mengidolakanku!” Jawabnya membalas candaan Jihoon yang membuat kedua hyungnya itu bertanya-tanya ‘apakah mereka harus percaya dengan apa yang Seojin katakan atau tidak.’
To be continued