Dalam diam Karin mencoba berpikir dan bertanya apa yang harus dia lakukan. Dia tidak ingin mengorbankan anak yang dikandungnya namun dia juga tidak ingin kehilangan orang yang sangat dicintainya.
"Pulanglah dan jangan kembali kesini" ucap sosok berbaju kebaya merah tersebut.
" Saya akan melakukan apa saja asalkan kamu benar-benar bisa mewujudkan apa yang saya inginkan" kata Karin dengan mantap.
Wanita berbaju kebaya merah tersebut tersenyum menyeringai. Seolah-olah telah berhasil menjerat Karin untuk menjadi budaknya.
"Apakah kamu yakin?" tanyanya.
"Baiklah" jawab sosok tersebut dan kemudian memegang perut Karin yang masih datar.
Janin yang tidak bersalah itu telah digadaikan jiwanya dalam perjanjian dengan makhluk halus yang berbahayaberbahaya tersebut. Karin tidak mempedulikan apa yang menunggunya dikemudian hari nanti?
"Kemari dan berendam lah dalam kubangan air ini. Biarkan energiku merasuk ke dalam tubuhmu" ucap wanita berkebaya merah tadi.
"Baiklah nyai" perlahan Karin memasukkan kakinya kedalam kubangan di tengah air terjun tersebut. Entah kenapa airnya terasa begitu surut. Padahal dilihat dengan mata biasa betapa dalam air yang terhampar di pinngiran air terjun tersebut.
"Pejamkan matamu dan panggil namaku sebanyak lima kali. Nyai Dasima... Nyai Dasima... Nyai Dasima... Nyai Dasima... Nyai Dasima..." lengkingnya dalam keheningan malam. Disertai gemuruh angin yang mencekam. Namun peristiwa yang mengerikan ini tak membuat Karin merasa takut. Entah keberanian darimana yang datang menghampiri dirinya.
"Nyai Dasima... Nyai Dasima... Nyai Dasima... Nyai Dasima... Nyai Dasima... " ucap Karin penuh keyakinan dan kemudian menutup matanya secara perlahan.
Tiba-tiba saja dia merasa sedang berada di sebuah pondok tua namun masih terlihat kokoh. Disana nampak untaian bunga kantil menyelimuti pondok tersebut.
"Ambillah satu bunga kantil itu dan kemudian makan lah" kata Nyai Dasima menyuruh Karin. Karin pun melangkah mendekati gubuk tua tersebut kemudian mengambil satu bunga kantil itu dan memakannya.
Tanpa dia sadari ketika Karin membuka mata dia berada dipinggiran air terjun. Haripun ternyata sudah terang. Bagaimana mungkin dia tertidur disini. Bukannya tadi malam dia bertemu sosok wanita berkebaya. Segala macam pertanyaan berkecamuk dalam dirinya.
Dalam kebingungannya dia berharap apa yang dia alami tadi malam bukanlah sebuah mimpi belaka. Dia tidak ingin semua yang dia lakukan hanya berbuah sia-sia. Segala keinginannya harus terwujud dan tercapai. Apapun akan dia lakukan.
Ketika dia melangkahkan kakinya untuk beranjak pergi, dia terkejut melihat sosok wanita berkebaya merah yang tidak lain adalah Nyai Dasima memperlihatkan sosoknya dibalik guyuran air terjun. Dia berdiri mengambang diatas air. Karin pun terkjut sambil menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
Apakah semua kejadian tadi malam benar-benar terjadi? Tanyanya dalam batin.
"Aku akan mewujudkan semua keinginanmu, selama kamu berjanji akan memenuhi keinginanku dan menepati janjimu" suara itu berbisik ke telinga Karin.
"Saya akan menepati janji saya kepada Nyai Dasima" ucapnya lirih.
Setelah itu sosok Nyai Dasima pun menghilang dibalik air terjun pengantin. Raut wajah Karin yang semula cemas berubah menjadi bahagia karena apa yang dia inginkan akan terwujud. Tanpa mempedulikan atau pun memikirkan resiko apa yang akan dia hadapi nantinya? Hanya sebuah ambisi yang bersarang di dalam kepalanya dan juga hatinya. Ambisi untuk memiliki orang yang dicintainya seutuhnya.
Karin pun berlalu pergi meninggalkan tempat itu dan kembali pulang untuk menemui kekasihnya yang selalu dia puja selama ini.
"Aku pasti akan membuatmu bertekuk lutut kepadaku Rey, akan kupastikan kau tergila-gila mencintaiku" ucapnya dengan rasa penuh percaya seakan kemenangan telah berpihak kepadanya.
Apa yang akan terjadi setelahnya?
Ditunggu ya next ceritanya.